** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com ******* Dibawah ini tulisan seorang teman dalam sebuah milis. INilah hal yang kita layak perhatikan dan hormati. Bagaimana mbak mbak Aris, Lina dan teman teman lain? " Tetapi saya haqqulyakin bahwa hal itu tidak akan terjadi, karena akan mendapat tantangan dari mayoritas kaum muslimin sendiri. Konsep "Negara Islam" itu kan hanya merupakan tafsir atau ijma' sebagian ulama saja, bukan "the authentic teaching of the Al Qur'an". Tidak ada perintah menegakkan Daulah Islamiyah dalam Al Qur'an, tidak pula dalam Hadis Nabi. Karena itu dalam diskusi mereka dengan tokoh Masyumi Mr Moh Roem [1] dalam tahun 1983, Pak Amien Rais dan Cak Nur dengan tegas menyatakan bahwa konsep "Negara Islam" itu tidak ada. .." Salam Danardono Pak JASP, terima kasih atas saran anda yang sangat konstruktif untuk kemajuan Sumbar, yang artinya untuk kemajuan Indonesia juga. Kalau anda tidak keberatan, tanggapan anda, yang merupakan seorang pakar dan prkatisi manajemen yang sangat berhasil ini, akan saya forwardkan ke milis orang Minang yang terbesar dan tertua: "Rantaunet", agar dapat menjadi perhatian pihak-pihak yang berkepentingan di kalangan masyarakat Sumbar. Saya memahami kekhawatirn rekan-rekan non-muslim terhadap formalisme Syariat Islam (SI) di Sumbar atau di mana saja. Tetapi saya haqqulyakin bahwa hal itu tidak akan terjadi, karena akan mendapat tantangan dari mayoritas kaum muslimin sendiri. Konsep "Negara Islam" itu kan hanya merupakan tafsir atau ijma' sebagian ulama saja, bukan "the authentic teaching of the Al Qur'an". Tidak ada perintah menegakkan Daulah Islamiyah dalam Al Qur'an, tidak pula dalam Hadis Nabi. Karena itu dalam diskusi mereka dengan tokoh Masyumi Mr Moh Roem [1] dalam tahun 1983, Pak Amien Rais dan Cak Nur dengan tegas menyatakan bahwa konsep "Negara Islam" itu tidak ada. Kita tahu bahwa pengetahuan keagamaan Pak Amien Rais dan Cak Nur tidak di bawah mereka-mereka selalu yang mengusung konsep "Negara Islam" atau Pemberlakuan Syariat Islam tersebut. Habib Rizieq? Selain itu formalisme Syariat Islam di sejumlah negara terbukti gagal mengakkan inti ajaran Islam: egalitarianisme dan keadilan. Contoh yang sangat nyata, formalisme Syariat Islam di Arab Saudi sama sekali gagal melindungi TKI dari penganiayaan dan hak untuk memperoleh keadilan. Padahal jangankan terhadap pembantu rumah tangga (khadam), terhadap sahabat-sahabat beliau yang punya hamba sahaya saja, Nabi yang Mulia itu mengingatkan: "Beri mereka pakaian seperti yang kamu pakai, beri mereka makanan seperti yang kamu makan!" Konsep Negara Medinah, di mana Nabi mengatur negara berdasarkan wahyu, tidak mungkin dikopi ke zaman modern ini. Jawabannya sederhana saja: Nabi adalah pribadi yang tidak tergantikan, baik oleh pribadi lain maupun institusi (apa lagi MUI seperti yang waktu ini !). Ketika seorang melapor kepada beliau bahwa dia telah melakukan hubungan intim dengan isterinya di siang hari dalam bulan Ramadhan, malah akhirnya memperoleh sekeranjang kurma :-). Pasalnya, ketika Nabi menyuruh orang tersebut, yang ternyata seorang miskin, memberi makan orang miskin lain dengan kurma pemberian Nabi untuk menghapus dosa terhadap "pelanggaran" :-) yang dilakukannya, orang itu menjawab: "Ya Rasulullah, aku adalah orang yang paling miskin di Medinah," Nabi sambil tersenyum, sampai urat gigi beliau terlihat berkata: "kalau begitu ambil saja kurma itu buat kamu!" [2]. Dapatkah Birokrat berlaku seperti ini, atau dapatkah kebijakan seperti itu diadopsi ke dalam UU di sebuah negara modern? Secara pribadi saya yang muslim "tipikal" ini, Indonesia yang saya dambakan adalah Indonesia yang sekuler, yang bertumpu pada rasionalisme dan pluralisme (tidak saja menerima, tetapi juga juga memghormati keberagaman bangsa ini: ras, suku, agama dan kepercayaan). Persis seperti value dan motto yang terpampang jelas pada homepage milis ini: RASIONAL+PLURAL=SEKULER. Kembali ke Sumbar , saya percaya bahwa sekalipun ada sebagian kecil menggasnya, mayoritas masyarakat Sumbar akan menolak formalisme Syariat Islam, karena dengan segala kekurangannya, masyarakat Sumbar dikenal dengan tradisi demokrasi dan keindonesiaan yang panjang, yang tercermin dari sikap putra-putra terbaik mereka yang mereka sumbangkan kepada Indonesia dari Hatta, H Agus Salim, Syahrir, Natsir, Tan Malaka sampai kepada Ahmad Syafii Maarif dan Ayzumardi Azra. Terplihnya Gamawan Fauzi, cagub dengan dana kampannyenya paling minim dan diusung oleh PDIP, partai yang sama sekali tidak populer di Sumbar, mengalahhan Dr Iwan Pratikno (orang Minang "asli") yang didukung oleh PKS, partai yang memperoleh suara terbanyak kedua setelah Golkar pada Pemilu legislatif serta dana kampanye yang besar merupakan salah satu buktinya. Pasalnya Gamawan dinilai berhasil menerapkan "good governance" dalam memimpin Kab Solok selama dua periode sehingga memperoleh "Hatta Anti-Corruption Award". Saya percaya bahwa mayoritas masyarakat Minang tidak ingin lebih dari pada penegakkan Syariat Islam di Sumbar melalui proses kultural: "Adat Bersandi Syarak [3], Syarak Bersandi Kitabullah" (ABSSBK), yang memungkinkan Ruh Islam---Islam yang damai dan toleran, sesuai dengan watak aslinya [4]---masuk begitu dalam ke kehidupan mayoritas masyarakat Minang. Formalisme Syariat Islam justru berpotensi sangat besar untuk mematikan ruh tersebut. Gamawan Fauzi pun pada pidato pelantikannya mengatakan bahwa kebijakannya dalam memimpin Sumbar akan berpedoman kepada "ABSSBK" Wassalam, Darwin [1] Mengenai tokoh Masyumi Alm Mr Moh Roem, saya mendengar sesuatu yang menarik yang saya dengar dari Tausiah Subuh KH Dr Miftah Farid melalui Radio Delta FM tadi pagi: Setiap ke Yogya, beliau selalu menginap di rumah sahabatnya yang menjadi Ketua Partai Katholik. Hal ini dikemukakan Pak Miftah ketika memberi jawaban kepada seorang penanya, "Bolehkah shalat di rumah seorang non-muslim?" [2] Hadis Sahih Rawi Bukhari dan Muslim. [3] Syarak=Syariat [4] Sepanjang yang saya ketahui, Kedubes AS tidak pernah memberikan "travel warning" bagi warganya untuk berkunjung ke Sumbar. Sumbar juga tidak terkenal sebagai wilayah di mana perusakan dan membakaran terhadap gereja sering terjadi. *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **