[nasional_list] [ppiindia] Buat mbak Aris: Tulisan seorang teman: SI di Sumbar?

  • From: "RM Danardono HADINOTO" <rm_danardono@xxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Thu, 23 Feb 2006 16:24:00 -0000

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com ******* Dibawah ini tulisan seorang 
teman dalam sebuah milis. INilah 
hal yang kita layak perhatikan dan hormati. Bagaimana mbak mbak 
Aris, Lina dan teman teman lain?

" Tetapi saya haqqulyakin bahwa hal itu tidak akan terjadi, karena 
akan mendapat tantangan dari mayoritas kaum muslimin sendiri. 
Konsep "Negara Islam" itu kan hanya merupakan tafsir atau ijma' 
sebagian ulama saja, bukan "the authentic teaching of the Al 
Qur'an". 

Tidak ada perintah menegakkan Daulah Islamiyah dalam Al Qur'an, 
tidak pula dalam Hadis Nabi. Karena itu dalam diskusi mereka dengan 
tokoh Masyumi Mr Moh Roem [1] dalam tahun 1983, Pak Amien Rais dan 
Cak Nur dengan tegas menyatakan bahwa konsep "Negara Islam" itu 
tidak ada. .."

Salam

Danardono






Pak JASP, terima kasih atas saran anda yang sangat konstruktif untuk
kemajuan Sumbar, yang artinya untuk kemajuan Indonesia juga. Kalau 
anda tidak keberatan, tanggapan anda, yang merupakan seorang pakar 
dan prkatisi manajemen yang sangat berhasil ini, akan saya 
forwardkan ke milis orang Minang yang terbesar dan 
tertua: "Rantaunet", agar dapat menjadi perhatian pihak-pihak yang 
berkepentingan di kalangan masyarakat Sumbar.

Saya memahami kekhawatirn rekan-rekan non-muslim terhadap formalisme
Syariat Islam (SI) di Sumbar atau di mana saja. Tetapi saya 
haqqulyakin bahwa hal itu tidak akan terjadi, karena akan mendapat 
tantangan dari mayoritas kaum muslimin sendiri. Konsep "Negara 
Islam" itu kan hanya merupakan tafsir atau ijma' sebagian ulama 
saja, bukan "the authentic teaching of the Al Qur'an". Tidak ada 
perintah menegakkan Daulah Islamiyah dalam Al Qur'an, tidak pula 
dalam Hadis Nabi. Karena itu dalam diskusi mereka dengan tokoh 
Masyumi Mr Moh Roem [1] dalam tahun 1983, Pak Amien Rais dan Cak Nur 
dengan tegas menyatakan bahwa konsep "Negara Islam" itu tidak ada. 
Kita tahu bahwa pengetahuan keagamaan Pak Amien Rais dan Cak Nur 
tidak di bawah mereka-mereka selalu yang mengusung konsep "Negara 
Islam" atau Pemberlakuan Syariat Islam tersebut. Habib Rizieq?

Selain itu formalisme Syariat Islam di sejumlah negara terbukti gagal
mengakkan inti ajaran Islam: egalitarianisme dan keadilan. Contoh 
yang sangat nyata, formalisme Syariat Islam di Arab Saudi sama 
sekali gagal melindungi TKI dari penganiayaan dan hak untuk 
memperoleh keadilan.

Padahal jangankan terhadap pembantu rumah tangga (khadam), terhadap
sahabat-sahabat beliau yang punya hamba sahaya saja, Nabi yang Mulia 
itu mengingatkan: "Beri mereka pakaian seperti yang kamu pakai, beri 
mereka makanan seperti yang kamu makan!" Konsep Negara Medinah, di 
mana Nabi mengatur negara berdasarkan wahyu, tidak mungkin dikopi ke 
zaman modern ini. Jawabannya sederhana saja: Nabi adalah pribadi 
yang tidak tergantikan, baik oleh pribadi lain maupun institusi (apa 
lagi MUI seperti yang waktu ini !). Ketika seorang melapor kepada 
beliau bahwa dia telah melakukan hubungan intim dengan isterinya di 
siang hari dalam bulan Ramadhan, malah akhirnya memperoleh 
sekeranjang kurma :-).

Pasalnya, ketika Nabi menyuruh orang tersebut, yang ternyata seorang
miskin, memberi makan orang miskin lain dengan kurma pemberian Nabi
untuk menghapus dosa terhadap "pelanggaran" :-) yang dilakukannya, 
orang itu menjawab: "Ya Rasulullah, aku adalah orang yang paling 
miskin di Medinah," Nabi sambil tersenyum, sampai urat gigi beliau 
terlihat berkata: "kalau begitu ambil saja kurma itu buat kamu!" 
[2]. Dapatkah Birokrat berlaku seperti ini, atau dapatkah kebijakan 
seperti itu diadopsi ke dalam UU di sebuah negara modern?

Secara pribadi saya yang muslim "tipikal" ini, Indonesia yang saya
dambakan adalah Indonesia yang sekuler, yang bertumpu pada 
rasionalisme dan pluralisme (tidak saja menerima, tetapi juga juga 
memghormati keberagaman bangsa ini: ras, suku, agama dan 
kepercayaan). Persis seperti value dan motto yang terpampang jelas 
pada homepage milis ini:

RASIONAL+PLURAL=SEKULER.

Kembali ke Sumbar , saya percaya bahwa sekalipun ada sebagian kecil
menggasnya, mayoritas masyarakat Sumbar akan menolak formalisme 
Syariat Islam, karena dengan segala kekurangannya, masyarakat Sumbar 
dikenal dengan tradisi demokrasi dan keindonesiaan yang panjang, 
yang tercermin dari sikap putra-putra terbaik mereka yang mereka 
sumbangkan kepada Indonesia dari Hatta, H Agus Salim, Syahrir, 
Natsir, Tan Malaka sampai kepada Ahmad Syafii Maarif dan Ayzumardi 
Azra.

Terplihnya Gamawan Fauzi, cagub dengan dana kampannyenya paling minim
dan diusung oleh PDIP, partai yang sama sekali tidak populer di 
Sumbar, mengalahhan Dr Iwan Pratikno (orang Minang "asli") yang 
didukung oleh PKS, partai yang memperoleh suara terbanyak kedua 
setelah Golkar pada Pemilu legislatif serta dana kampanye yang besar 
merupakan salah satu buktinya. Pasalnya Gamawan dinilai berhasil 
menerapkan "good governance" dalam memimpin Kab Solok selama dua 
periode sehingga memperoleh "Hatta Anti-Corruption Award". Saya 
percaya bahwa mayoritas masyarakat Minang tidak ingin lebih dari 
pada penegakkan Syariat Islam di Sumbar melalui proses 
kultural: "Adat Bersandi Syarak [3], Syarak Bersandi Kitabullah"
(ABSSBK), yang memungkinkan Ruh Islam---Islam yang damai dan toleran,
sesuai dengan watak aslinya [4]---masuk begitu dalam ke kehidupan
mayoritas masyarakat Minang. Formalisme Syariat Islam justru 
berpotensi sangat besar untuk mematikan ruh tersebut.

Gamawan Fauzi pun pada pidato pelantikannya mengatakan bahwa
kebijakannya dalam memimpin Sumbar akan berpedoman kepada "ABSSBK"

Wassalam, Darwin

[1] Mengenai tokoh Masyumi Alm Mr Moh Roem, saya mendengar sesuatu 
yang menarik yang saya dengar dari Tausiah Subuh KH Dr Miftah Farid 
melalui Radio Delta FM tadi pagi: Setiap ke Yogya, beliau selalu 
menginap di rumah sahabatnya yang menjadi Ketua Partai Katholik. Hal 
ini dikemukakan Pak Miftah ketika memberi jawaban kepada seorang 
penanya, "Bolehkah shalat di rumah seorang non-muslim?"
[2] Hadis Sahih Rawi Bukhari dan Muslim.
[3] Syarak=Syariat
[4] Sepanjang yang saya ketahui, Kedubes AS tidak pernah memberikan
"travel warning" bagi warganya untuk berkunjung ke Sumbar. Sumbar 
juga tidak terkenal sebagai wilayah di mana perusakan dan membakaran 
terhadap gereja sering terjadi.







***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Buat mbak Aris: Tulisan seorang teman: SI di Sumbar?