[nasional_list] [ppiindia] Bocah Penderita Hernia Itu Tinggal di Bekas Kandang Ayam

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Fri, 24 Feb 2006 03:08:07 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.kompas.com/kompas-cetak/0602/24/utama/2462965.htm


 
Kesehatan
Bocah Penderita Hernia Itu Tinggal di Bekas Kandang Ayam 


Kalau saja Amar (6) lahir di keluarga kaya, besar kemungkinan ia tidak akan 
menderita seperti sekarang. Sebab, kecukupan materi sering kali berkorelasi 
positif dengan akses pelayanan medis. Kondisi serba kuranglah yang membuat Amar 
terkungkung penyakit hernia sejak ia lahir.

Hernia memang tidak ganas seperti kanker atau tumor. Namun, penyakit yang 
disebabkan ketidaksempurnaan pembentukan di daerah sekitar alat reproduksi ini 
cukup membuat Amar menderita. Selain muncul rasa minder karena terlihat berbeda 
dari teman-teman sebayanya, Amar harus menahan rasa nyeri setiap saat.

"Kalau lagi kumat, jalan saja susah," kata Inen, orangtua Amar. Bahkan, memakai 
celana bukan urusan gampang bagi Amar. Ia harus dibantu orang lain agar bahan 
celana tidak menggesek dinding alat kelaminnya. Bahkan, anak pasangan Inen (45) 
dan Popon (40) ini harus memakai celana dalam dobel setiap hari. "Supaya tidak 
sakit," kata Inen.

Amar tak sendirian menderita penyakit ini. Saudara kembarnya, yaitu Amir, juga 
mengalami penyakit serupa. Sama seperti dirinya, Amir juga belum dioperasi. 
Kini Amir tinggal di rumah bibinya di Sukanagara, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Inen mengatakan, ia pernah membawa anaknya ke rumah sakit, tetapi biaya operasi 
yang mencapai jutaan rupiah membuat dia membawa anaknya pulang kembali. 
Sehari-hari lelaki yang cacat pada jari tangannya ini hanya bekerja sebagai 
kuli di Pasar Cicalengka. Untuk menambah penghasilan, ia juga bekerja sebagai 
pemulung barang bekas. "Tetapi, sekarang banyak orang yang tidak malu menjadi 
pemulung. Penghasilan saya jadi berkurang," ujar Inen. Dari dua pekerjaannya 
itu, Inen hanya memperoleh pendapatan Rp 10.000-Rp 15.000 per hari.

Istrinya, Popon, bekerja sebagai pembantu rumah tangga dengan upah Rp 150.000 
per bulan. Gabungan penghasilan keduanya tetap belum cukup untuk membawa kedua 
anaknya berobat di rumah sakit. Apalagi, selain Amar-Amir ditanggung 
bibinya-Inen dan Popon harus membiayai dua anak lainnya, yakni Hermawanto (10) 
yang duduk di kelas V SD dan Nenih Mulyati (13) yang duduk di kelas I SMP.

Keluarga ini juga belum memiliki tempat tinggal. Rumah berdinding bambu yang 
mereka tinggali adalah milik seorang tetangga. Setiap bulan Inen membayar sewa 
Rp 60.000. "Kayunya banyak dimakan rayap. Alhamdulillah, mau diperbaiki dulu 
sama pemiliknya," kata Inen.

Rumah itu pun jauh dari standar kesehatan. Barang-barang tampak bertumpuk di 
dalam ruangannya yang sempit. Sebelumnya, rumah itu berfungsi sebagai kandang 
ayam. Kemudian dibersihkan dan diperbaiki di beberapa bagian sehingga 
difungsikan sebagai tempat tinggal keluarga tersebut.

Inen mengatakan, semula dia sekeluarga tinggal dengan adiknya yang juga sudah 
berkeluarga. Namun, rumah itu terlalu sempit untuk dihuni dua keluarga.

Akhirnya, Inen yang sudah 10 tahun tinggal di Bandung ini memilih keluar. Ia 
datang kepada seorang warga Pajagalan yang sering menggunakan tenaganya, yakni 
Endang Sugandi (60), dan meminta agar bisa menempati bekas kandang ayam yang 
waktu itu tak dipakai lagi.

Oleh Endang, kandang ayam itu diperbaiki ala kadarnya. "Sebenarnya, kalau 
hitungan bisnis rugi karena saya harus mengganti kayu, genteng, dan sebagainya. 
Tetapi, saya hanya berdasar perikemanusiaan. Uang sewa pun saya tidak minta. 
Itu terserah Inen," ujar Endang.

Rumah itu berlantai semen tipis di ruang tamu dan sebagian kamar. Permukaan 
lantai dalam rumah lebih rendah daripada halamannya sehingga air mudah masuk 
jika hujan.

Menurut bidan Desa Waluya, Fitri, operasi Amar dan Amir bisa dibiayai dengan 
fasilitas asuransi keluarga miskin. Namun, hingga sekarang kartu itu belum 
turun. Bahkan, seandainya kartu itu turun, Inen masih harus berpikir untuk 
membawa anaknya ke sana. "Ongkos bolak-balik ke Bandung juga tidak sedikit," 
kata Inen. (d06)


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Bocah Penderita Hernia Itu Tinggal di Bekas Kandang Ayam