** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.kompas.com/kompas-cetak/0602/24/utama/2462965.htm Kesehatan Bocah Penderita Hernia Itu Tinggal di Bekas Kandang Ayam Kalau saja Amar (6) lahir di keluarga kaya, besar kemungkinan ia tidak akan menderita seperti sekarang. Sebab, kecukupan materi sering kali berkorelasi positif dengan akses pelayanan medis. Kondisi serba kuranglah yang membuat Amar terkungkung penyakit hernia sejak ia lahir. Hernia memang tidak ganas seperti kanker atau tumor. Namun, penyakit yang disebabkan ketidaksempurnaan pembentukan di daerah sekitar alat reproduksi ini cukup membuat Amar menderita. Selain muncul rasa minder karena terlihat berbeda dari teman-teman sebayanya, Amar harus menahan rasa nyeri setiap saat. "Kalau lagi kumat, jalan saja susah," kata Inen, orangtua Amar. Bahkan, memakai celana bukan urusan gampang bagi Amar. Ia harus dibantu orang lain agar bahan celana tidak menggesek dinding alat kelaminnya. Bahkan, anak pasangan Inen (45) dan Popon (40) ini harus memakai celana dalam dobel setiap hari. "Supaya tidak sakit," kata Inen. Amar tak sendirian menderita penyakit ini. Saudara kembarnya, yaitu Amir, juga mengalami penyakit serupa. Sama seperti dirinya, Amir juga belum dioperasi. Kini Amir tinggal di rumah bibinya di Sukanagara, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Inen mengatakan, ia pernah membawa anaknya ke rumah sakit, tetapi biaya operasi yang mencapai jutaan rupiah membuat dia membawa anaknya pulang kembali. Sehari-hari lelaki yang cacat pada jari tangannya ini hanya bekerja sebagai kuli di Pasar Cicalengka. Untuk menambah penghasilan, ia juga bekerja sebagai pemulung barang bekas. "Tetapi, sekarang banyak orang yang tidak malu menjadi pemulung. Penghasilan saya jadi berkurang," ujar Inen. Dari dua pekerjaannya itu, Inen hanya memperoleh pendapatan Rp 10.000-Rp 15.000 per hari. Istrinya, Popon, bekerja sebagai pembantu rumah tangga dengan upah Rp 150.000 per bulan. Gabungan penghasilan keduanya tetap belum cukup untuk membawa kedua anaknya berobat di rumah sakit. Apalagi, selain Amar-Amir ditanggung bibinya-Inen dan Popon harus membiayai dua anak lainnya, yakni Hermawanto (10) yang duduk di kelas V SD dan Nenih Mulyati (13) yang duduk di kelas I SMP. Keluarga ini juga belum memiliki tempat tinggal. Rumah berdinding bambu yang mereka tinggali adalah milik seorang tetangga. Setiap bulan Inen membayar sewa Rp 60.000. "Kayunya banyak dimakan rayap. Alhamdulillah, mau diperbaiki dulu sama pemiliknya," kata Inen. Rumah itu pun jauh dari standar kesehatan. Barang-barang tampak bertumpuk di dalam ruangannya yang sempit. Sebelumnya, rumah itu berfungsi sebagai kandang ayam. Kemudian dibersihkan dan diperbaiki di beberapa bagian sehingga difungsikan sebagai tempat tinggal keluarga tersebut. Inen mengatakan, semula dia sekeluarga tinggal dengan adiknya yang juga sudah berkeluarga. Namun, rumah itu terlalu sempit untuk dihuni dua keluarga. Akhirnya, Inen yang sudah 10 tahun tinggal di Bandung ini memilih keluar. Ia datang kepada seorang warga Pajagalan yang sering menggunakan tenaganya, yakni Endang Sugandi (60), dan meminta agar bisa menempati bekas kandang ayam yang waktu itu tak dipakai lagi. Oleh Endang, kandang ayam itu diperbaiki ala kadarnya. "Sebenarnya, kalau hitungan bisnis rugi karena saya harus mengganti kayu, genteng, dan sebagainya. Tetapi, saya hanya berdasar perikemanusiaan. Uang sewa pun saya tidak minta. Itu terserah Inen," ujar Endang. Rumah itu berlantai semen tipis di ruang tamu dan sebagian kamar. Permukaan lantai dalam rumah lebih rendah daripada halamannya sehingga air mudah masuk jika hujan. Menurut bidan Desa Waluya, Fitri, operasi Amar dan Amir bisa dibiayai dengan fasilitas asuransi keluarga miskin. Namun, hingga sekarang kartu itu belum turun. Bahkan, seandainya kartu itu turun, Inen masih harus berpikir untuk membawa anaknya ke sana. "Ongkos bolak-balik ke Bandung juga tidak sedikit," kata Inen. (d06) [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **