[nasional_list] [ppiindia] Berpikir Positif tentang UN

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Mon, 21 Feb 2005 00:19:33 +0100

** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum **

http://www.suaramerdeka.com/harian/0502/21/opi4.htm
Senin, 21 Februari 2005WACANA

Berpikir Positif tentang UN
Oleh: Anasrullah

KORAN ini secara berturut-turut memuat tulisan yang berjudul seputar ujian 
nasional (UN). Tulisan itu sangat menarik, bukan hanya menyangkut persepsi 
yang memang bisa dipertanggungjawabkan, tetapi lebih dari itu yaitu 
pernyataan oleh dua orang tokoh. Pertama Ketua PGRI Jateng, Drs. 
Soedharto,MM, dan yang kedua Drs. Suwilan Wisnu Yuwono,MM. Kepala Dinas 
pendidikan Jateng.
Drs Soedharto mengatakan belum tercapainya standar pelayanan minimal (SPM) 
di masing-masing sekolah-khususnya di Jateng, maka UN tidak perlu diadakan. 
Sementara itu Drs. Suwilan Wisnu Yuwono,MM menyatakan, adanya ujian nasional 
(UN) tidak perlu dirisaukan. Pihak sekolah supaya menyiapkan anak didiknya 
tanpa memikirkan ada atau tidak ada UN.
Pendapat ini secara implisit setuju diadakan UN seperti yang diharapkan oleh 
Mendiknas Bambang Sudibyo.Pendapat yang berbeda dari dua orang tokoh di 
jajaran pendidikan di Jawa Tengah ini tidak perlu ditanggapi secara hitam 
putih, karena dua bapak ini memang berada di tempat yang berbeda, sehingga 
sangatlah pantas kalau ada perbedaan pendapat seperti itu. Tetapi ruh dari 
pendapat yang nampaknya berseberangan ini saya meyakini sama, yaitu 
sama-sama bermuara peningkatan mutu pendidikan.
Yang menjadi permasalahan, bagaimana cara menuju tercapainya peningkatan 
mutu pendidikan di semua jenjang dan di semua daerah (tentunya), sehingga 
bisa relatif sama .
Di pihak yang menganggap SPM belum tercapai di semua sekolah, mengharapkan 
uang yang dianggarkan untuk pelaksanaan UN dialihkan penggunaaannya, yaitu 
untuk tercapainya SPM, karena UN tidak memiliki makna bagi peningkatan 
kualitas pendidikan tanpa diikuti dengan pemenuhan SPM. Di pihak lain 
mengatakan UN diperlukan untuk mengukur kualitas sekolah antara sekolah satu 
dengan sekolah lain.
PIus Minus
Ujian nasonal memang ada positifnya. Hal ini bila peserta didik dan sekolah 
sudah yakin bahwa UN ini sama sekali tidak bermasalah. Mengapa tidak 
bermasalah? Ya, tentu jawabnya karena peserta didik tsb, sudah siap 
mengahadapi dan merasa bisa mengatasi permasalahan UN. Mengapa bisa demikian 
? Karena SPM sudah tidak bermasalah. Lebih konkret lagi, sekolah tersebut 
berani menghadapi segala risiko UN, bahkan dia lebih bangga , karena 
urusannya bukan lagi sekadar lulus dan tidak lulus tetapi sudah pada 
tingkatan yang lebih tinggi lagi, yaitu bersaing dalam soal peringkat, baik 
di tingkat regional maupun nasional, apalagi tingkat lokal.
Kelompok yang setuju diadakan UN ini menganggap, hasil UN ini bisa menjadi 
tolok ukur bagi penerima kerja maupun perguruan tinggi. Selanjutnya akan 
berdampak sangat luas dan berjangka panjang. Artinya akan terbentuk opini 
publik bahwa almamater sekolah tersebut bermutu atau tidak bermutu, dengan 
menggunakan standar nasional. Ini bila ditinjau secara eksternal.
Secara internal, adanya UN akan menambah semangat dalam bekerja karena apa 
yang telah dikerjakan selama ini tidak sia-sia dan terbukti para siswanya 
telah diukur diuji oleh pihak lain -lembaga independen atau pemerintah - 
dengan hasil bagus atau tidak bagus (tidak bermasalah karena memang sudah 
siap mental).
Kelompok yang setuju dengan UN mengatakan, sekolah yang menguji anak 
didiknya sendiri banyak menimbulkan masalah. Misalnya untuk penentuan 
kelulusan Untuk tingkat SMP dan SMA dan mungkin tingkat SD, seorang guru 
akan mengalami dilema yang luar biasa sulitnya. Di tingkat SMP dan SMA 
maupun SD siswa belum bisa mandiri emosi masih tinggi, faktor orangtua juga 
masih sangat dominan. Intinya, seorang guru akan lebih memilih "aman" 
daripada bermasalah. Besar kemungkinan faktor penyebab ketidaklulusan atau 
kelulusan siswa, karena adanya faktor x ( like and dislike).Atau dengan kata 
lain, siswa bisa lulus atau tidak lulus karena adanya faktor x.
Di zaman yang serba tidak menentu ini, gara-gara lulus atau tidak lulusnya 
seorang siswa, bisa menjadikan keakraban di antara guru akan terancam, 
karena besar kemungkinan ada yang ingin menjadi pahlawan (kesiangan) di mata 
siswa. Di lain pihak bila penyebab ketidaklulusannya itu karena nilai 
pelajaran tertentu dan bisa diketahui oleh siswa atau siapa saja yang 
membela anak yang tidak lulus. Maka yang menjadi permasalahan adalah faktor 
keamanan guru perlu diperhitungkan.
Jangankan masalah lulus, soal yang sepele saja - misalnya seorang guru 
"menasihati" anak dengan maksud untuk kepentingan anak sendiri; ada anak dan 
orang tua yang tidak bisa menerima . Apalagi soal nasib lulus dan tidak 
lulus. Penentuan lulus dan tidak lulus bila "ujian " dilaksanakan oleh guru 
sendiri secara intern cukup memusingkan bagi guru.
Demikian pula bila nilai akan digunakan untuk melanjutkan ke jenjang yang 
lebih tinggi. Misalnya dari SD ke SMP, dari SMP ke SMA maka istitusi yang 
lebih tinggi itu akan mengadakan seleksi lagi dalam menjaring calon 
siswanya. Sebagai pengalaman beberapa tahun yang lalu maka muncullah KKN 
yang notabene saat ini sedang menjamur dan sedang diberantas. Seolah dapat 
diduga justru praktik KKN lah yang berjalan sedang pemberantasannya hanya 
sebatas lipstik saja.
Sebaliknya bilamana UN ditiadakan, alias sekolah diberi kewenangan untuk 
menguji sendiri siswanya, maka banyak keuntungan yang bisa dipetik oleh 
sekolah. Misalnya, karena guru sudah bisa mengukur kompetensi apa saja yang 
telah dimiliki oleh siswanya maka soal-soal yang akan diujikan akan mudah 
disesuaikan. Pihak sekolah juga akan bisa mengatur kelulusan.
Kalaupun soal-soal yang diujikan tidak sesuai dengan standar dan para 
siswanya pun tidak bisa mengerjakan, bisa mendapat nilai minimal - karena 
sekolah mempunyai kewenangan. Sekali lagi soal lulus dan tidak lulus bisa 
diatur. Kelompok yang menginginkan UN sendiri tentunya menganggap tidak 
cacat hukum, karena sesuai dengan UU Sisdiknas.
Persoalan kualitas pendidikan sepertinya akan mengurai benang kusut. Sulit 
dicari mana yang ujung dan mana yang pangkal. Kalau sudah ditemukan ujungnya 
ataupun pangkalnya, ternyata sulit juga untuk menindaklanjuti. Pepatah 
mengatakan sudah masuk dalam lingkaran setan. Artinya rantai yang membuat 
lingkaran permasalahan itu harus dipotong, dan dari situlah kita akan 
memulai.
Orang yang di lapangan ( guru) setiap mengadakan rapat kenaikan kelas, 
apalagi kelulusan selalu dihadapkan pada permasalahan, kalau banyak yang 
tidak lulus atau banyak yang tidak naik kelas maka akan menghambat jumlah 
siswa yang akan masuk. Artinya, bila yang tidak lulus lima anak, maka 
seolah-olah yang tidak naik harus lima demikian seterusnya, jumlah siswa 
yang diterima di kelas satu ( sepuluh) yang seharusnya 300, akan berkurang 
lima, menjadi 295 siswa baru. Belum lagi kalau ditinjau dari segi keamanan 
baik bagi sekolah maupun bagi guru.
Kualitas di PT
Tidaklah adil kalau kita membicarakan kualitas pendidikan selalu dan hanya 
di tingkat SD, SMP, maupun SMA . Marilah kita tengok bagaimana kualitas 
pendidikan di tingkat perguruan tinggi (PT). Banyak suara miring yang 
ditujukan kepada PT dan sering kita dengar tetapi jarang dipermasalahkan. 
Harapan masyarakat dan bangsa, seseorang tidak hanya dinilai dari 
pendidikannya saja, tetapi juga harus dilihat dari pengetahuannya.
Masyarakat pengguna tenaga kerja sering mengeluh karena para lulusan PT 
dengan sederet gelar, tetapi pengetahuannya tidak lebih dari anak lulusan 
SMA atau bahkan sederajat dengan pengetahuan anak SMP. Janganlah masyarakat 
disalahkan bila muncul plesetan-plesetan gelar. Misalnya : Anas, S.Pd. bukan 
Anas Sarjana Pendidikan tetapi Anas Sarjana Patang puluh Dino. Artinya 
seorang yang bernama nas mendapatkan gelar, dengan rnengikuti kuliah selama 
empat puluh hari saja. Pengetahuan apa yang bisa diperoleh selama 40 hari 
itu. Biasanya teman-teman yang sudah jadi PNS terus melanjutkan kuliah, 
kesarjanaan yang diperoleh sekadar untuk kelengkapan administrasi saja .
Demikian pula plesetan yang cukup menyakitkan, minimal memerahkan telinga. 
Misalnya Anas, M.M. gelar yang berharga dua puluh juta itu diucapkan Anas 
Mlonga - Mlongo Artinya orang yang bernama Anas itu bisanya hanya 
mlonga-mlongo alias bengong saja. Atau Anas Mesam Mesem Artinya orang yang 
bergelar MM itu kalau ditanya hanya mesam-mesem (tersenyum) saja, karena 
memang tidak berpengetahuan setara dengan gelar magisternya. S.Ag 
diplesetkan Sarjana Alam Gaib dsb.dsb. Maaf kepada semuanya saja, tulisan 
ini bukan ditujukan kepada orang- perorang.
Kembali kepada UN diadakan atau tidak diadakan, dan bagaimana meningkatkan 
kualitas pendidikan, marilah kita berbaik sangka saja kepada para tokoh 
pendidikan kita baik di tingkat pusat maupun daerah. Semua ingin bangsa ini 
bermartabat tinggi tidak dilihat sebelah rnata oleh bangsa lain, apalagi 
menjadi bangsa yang dicampakkan. Semua yakin tidak menginginkan seperti itu. 
Tinggal mulainya dari mana dan kapan. Kalau akan dimulai sekarang jangan 
mengharap hasilnya segera dan saat ini. Kalau mulainya dari UN dan tidak UN, 
penulis harus tahu diri bahwa persoalan itu bukan porsi penulis. (18)
-AnasrullahGuru SMA Negeri 1 Kajen Kabupaten Pekalongan 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Berpikir Positif tentang UN