** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum ** http://www.suaramerdeka.com/harian/0502/21/opi4.htm Senin, 21 Februari 2005WACANA Berpikir Positif tentang UN Oleh: Anasrullah KORAN ini secara berturut-turut memuat tulisan yang berjudul seputar ujian nasional (UN). Tulisan itu sangat menarik, bukan hanya menyangkut persepsi yang memang bisa dipertanggungjawabkan, tetapi lebih dari itu yaitu pernyataan oleh dua orang tokoh. Pertama Ketua PGRI Jateng, Drs. Soedharto,MM, dan yang kedua Drs. Suwilan Wisnu Yuwono,MM. Kepala Dinas pendidikan Jateng. Drs Soedharto mengatakan belum tercapainya standar pelayanan minimal (SPM) di masing-masing sekolah-khususnya di Jateng, maka UN tidak perlu diadakan. Sementara itu Drs. Suwilan Wisnu Yuwono,MM menyatakan, adanya ujian nasional (UN) tidak perlu dirisaukan. Pihak sekolah supaya menyiapkan anak didiknya tanpa memikirkan ada atau tidak ada UN. Pendapat ini secara implisit setuju diadakan UN seperti yang diharapkan oleh Mendiknas Bambang Sudibyo.Pendapat yang berbeda dari dua orang tokoh di jajaran pendidikan di Jawa Tengah ini tidak perlu ditanggapi secara hitam putih, karena dua bapak ini memang berada di tempat yang berbeda, sehingga sangatlah pantas kalau ada perbedaan pendapat seperti itu. Tetapi ruh dari pendapat yang nampaknya berseberangan ini saya meyakini sama, yaitu sama-sama bermuara peningkatan mutu pendidikan. Yang menjadi permasalahan, bagaimana cara menuju tercapainya peningkatan mutu pendidikan di semua jenjang dan di semua daerah (tentunya), sehingga bisa relatif sama . Di pihak yang menganggap SPM belum tercapai di semua sekolah, mengharapkan uang yang dianggarkan untuk pelaksanaan UN dialihkan penggunaaannya, yaitu untuk tercapainya SPM, karena UN tidak memiliki makna bagi peningkatan kualitas pendidikan tanpa diikuti dengan pemenuhan SPM. Di pihak lain mengatakan UN diperlukan untuk mengukur kualitas sekolah antara sekolah satu dengan sekolah lain. PIus Minus Ujian nasonal memang ada positifnya. Hal ini bila peserta didik dan sekolah sudah yakin bahwa UN ini sama sekali tidak bermasalah. Mengapa tidak bermasalah? Ya, tentu jawabnya karena peserta didik tsb, sudah siap mengahadapi dan merasa bisa mengatasi permasalahan UN. Mengapa bisa demikian ? Karena SPM sudah tidak bermasalah. Lebih konkret lagi, sekolah tersebut berani menghadapi segala risiko UN, bahkan dia lebih bangga , karena urusannya bukan lagi sekadar lulus dan tidak lulus tetapi sudah pada tingkatan yang lebih tinggi lagi, yaitu bersaing dalam soal peringkat, baik di tingkat regional maupun nasional, apalagi tingkat lokal. Kelompok yang setuju diadakan UN ini menganggap, hasil UN ini bisa menjadi tolok ukur bagi penerima kerja maupun perguruan tinggi. Selanjutnya akan berdampak sangat luas dan berjangka panjang. Artinya akan terbentuk opini publik bahwa almamater sekolah tersebut bermutu atau tidak bermutu, dengan menggunakan standar nasional. Ini bila ditinjau secara eksternal. Secara internal, adanya UN akan menambah semangat dalam bekerja karena apa yang telah dikerjakan selama ini tidak sia-sia dan terbukti para siswanya telah diukur diuji oleh pihak lain -lembaga independen atau pemerintah - dengan hasil bagus atau tidak bagus (tidak bermasalah karena memang sudah siap mental). Kelompok yang setuju dengan UN mengatakan, sekolah yang menguji anak didiknya sendiri banyak menimbulkan masalah. Misalnya untuk penentuan kelulusan Untuk tingkat SMP dan SMA dan mungkin tingkat SD, seorang guru akan mengalami dilema yang luar biasa sulitnya. Di tingkat SMP dan SMA maupun SD siswa belum bisa mandiri emosi masih tinggi, faktor orangtua juga masih sangat dominan. Intinya, seorang guru akan lebih memilih "aman" daripada bermasalah. Besar kemungkinan faktor penyebab ketidaklulusan atau kelulusan siswa, karena adanya faktor x ( like and dislike).Atau dengan kata lain, siswa bisa lulus atau tidak lulus karena adanya faktor x. Di zaman yang serba tidak menentu ini, gara-gara lulus atau tidak lulusnya seorang siswa, bisa menjadikan keakraban di antara guru akan terancam, karena besar kemungkinan ada yang ingin menjadi pahlawan (kesiangan) di mata siswa. Di lain pihak bila penyebab ketidaklulusannya itu karena nilai pelajaran tertentu dan bisa diketahui oleh siswa atau siapa saja yang membela anak yang tidak lulus. Maka yang menjadi permasalahan adalah faktor keamanan guru perlu diperhitungkan. Jangankan masalah lulus, soal yang sepele saja - misalnya seorang guru "menasihati" anak dengan maksud untuk kepentingan anak sendiri; ada anak dan orang tua yang tidak bisa menerima . Apalagi soal nasib lulus dan tidak lulus. Penentuan lulus dan tidak lulus bila "ujian " dilaksanakan oleh guru sendiri secara intern cukup memusingkan bagi guru. Demikian pula bila nilai akan digunakan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Misalnya dari SD ke SMP, dari SMP ke SMA maka istitusi yang lebih tinggi itu akan mengadakan seleksi lagi dalam menjaring calon siswanya. Sebagai pengalaman beberapa tahun yang lalu maka muncullah KKN yang notabene saat ini sedang menjamur dan sedang diberantas. Seolah dapat diduga justru praktik KKN lah yang berjalan sedang pemberantasannya hanya sebatas lipstik saja. Sebaliknya bilamana UN ditiadakan, alias sekolah diberi kewenangan untuk menguji sendiri siswanya, maka banyak keuntungan yang bisa dipetik oleh sekolah. Misalnya, karena guru sudah bisa mengukur kompetensi apa saja yang telah dimiliki oleh siswanya maka soal-soal yang akan diujikan akan mudah disesuaikan. Pihak sekolah juga akan bisa mengatur kelulusan. Kalaupun soal-soal yang diujikan tidak sesuai dengan standar dan para siswanya pun tidak bisa mengerjakan, bisa mendapat nilai minimal - karena sekolah mempunyai kewenangan. Sekali lagi soal lulus dan tidak lulus bisa diatur. Kelompok yang menginginkan UN sendiri tentunya menganggap tidak cacat hukum, karena sesuai dengan UU Sisdiknas. Persoalan kualitas pendidikan sepertinya akan mengurai benang kusut. Sulit dicari mana yang ujung dan mana yang pangkal. Kalau sudah ditemukan ujungnya ataupun pangkalnya, ternyata sulit juga untuk menindaklanjuti. Pepatah mengatakan sudah masuk dalam lingkaran setan. Artinya rantai yang membuat lingkaran permasalahan itu harus dipotong, dan dari situlah kita akan memulai. Orang yang di lapangan ( guru) setiap mengadakan rapat kenaikan kelas, apalagi kelulusan selalu dihadapkan pada permasalahan, kalau banyak yang tidak lulus atau banyak yang tidak naik kelas maka akan menghambat jumlah siswa yang akan masuk. Artinya, bila yang tidak lulus lima anak, maka seolah-olah yang tidak naik harus lima demikian seterusnya, jumlah siswa yang diterima di kelas satu ( sepuluh) yang seharusnya 300, akan berkurang lima, menjadi 295 siswa baru. Belum lagi kalau ditinjau dari segi keamanan baik bagi sekolah maupun bagi guru. Kualitas di PT Tidaklah adil kalau kita membicarakan kualitas pendidikan selalu dan hanya di tingkat SD, SMP, maupun SMA . Marilah kita tengok bagaimana kualitas pendidikan di tingkat perguruan tinggi (PT). Banyak suara miring yang ditujukan kepada PT dan sering kita dengar tetapi jarang dipermasalahkan. Harapan masyarakat dan bangsa, seseorang tidak hanya dinilai dari pendidikannya saja, tetapi juga harus dilihat dari pengetahuannya. Masyarakat pengguna tenaga kerja sering mengeluh karena para lulusan PT dengan sederet gelar, tetapi pengetahuannya tidak lebih dari anak lulusan SMA atau bahkan sederajat dengan pengetahuan anak SMP. Janganlah masyarakat disalahkan bila muncul plesetan-plesetan gelar. Misalnya : Anas, S.Pd. bukan Anas Sarjana Pendidikan tetapi Anas Sarjana Patang puluh Dino. Artinya seorang yang bernama nas mendapatkan gelar, dengan rnengikuti kuliah selama empat puluh hari saja. Pengetahuan apa yang bisa diperoleh selama 40 hari itu. Biasanya teman-teman yang sudah jadi PNS terus melanjutkan kuliah, kesarjanaan yang diperoleh sekadar untuk kelengkapan administrasi saja . Demikian pula plesetan yang cukup menyakitkan, minimal memerahkan telinga. Misalnya Anas, M.M. gelar yang berharga dua puluh juta itu diucapkan Anas Mlonga - Mlongo Artinya orang yang bernama Anas itu bisanya hanya mlonga-mlongo alias bengong saja. Atau Anas Mesam Mesem Artinya orang yang bergelar MM itu kalau ditanya hanya mesam-mesem (tersenyum) saja, karena memang tidak berpengetahuan setara dengan gelar magisternya. S.Ag diplesetkan Sarjana Alam Gaib dsb.dsb. Maaf kepada semuanya saja, tulisan ini bukan ditujukan kepada orang- perorang. Kembali kepada UN diadakan atau tidak diadakan, dan bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan, marilah kita berbaik sangka saja kepada para tokoh pendidikan kita baik di tingkat pusat maupun daerah. Semua ingin bangsa ini bermartabat tinggi tidak dilihat sebelah rnata oleh bangsa lain, apalagi menjadi bangsa yang dicampakkan. Semua yakin tidak menginginkan seperti itu. Tinggal mulainya dari mana dan kapan. Kalau akan dimulai sekarang jangan mengharap hasilnya segera dan saat ini. Kalau mulainya dari UN dan tidak UN, penulis harus tahu diri bahwa persoalan itu bukan porsi penulis. (18) -AnasrullahGuru SMA Negeri 1 Kajen Kabupaten Pekalongan ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **