** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **refleksi: Rusak lingkungan tergantung dari keprihatinan penduduk dan pemerintah setempat. Kesan saya dalam membandingkan kota Denpasar dengan kota-kota turis diberbagai negeri, tanpa ragu-ragu bisa dibilang Denpasar masih tertinggal masih jauh. http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/2/28/o2.htm Dampak yang paling dirasakan oleh masyarakat lokal yang tinggal di suatu kawasan wisata adalah pencemaran lingkungan. Transportasi serta sistem manajemen lalu lintas yang jelek adalah sumber utama polusi udara dan kebisingan. --------------------------------- Benarkah Pariwisata Merusak Lingkungan? Oleh Ketut Gede Dharma Putra BEBERAPA penelitian yang komprehensif memperlihatkan betapa pariwisata telah memberikan kontribusi nyata pada peningkatan kualitas hidup masyarakat Bali. Namun pada sisi yang lain, pembangunan kepariwisataan ternyata menyisakan dampak negatif. ---------------------- Masyarakat Bali baru sadar setelah menikmati keindahan gemerlap dunia pariwisata yang memabukkan, ada beberapa hal yang harus segera diantisipasi agar kenikmatan yang pernah dirasakan dulu, tetap dapat dirasakan juga oleh generasi berikutnya. Dampak negatif pariwisata terhadap lingkungan hidup telah diuraikan oleh World Tourism Organization (WTO) pada tahun 1996, yang harus secara cermat dipikirkan oleh masyarakat di daerah tujuan wisata seperti Bali. Keramaian wisatawan memberikan dampak kepada perubahan perilaku binatang yang ditunjukkan dengan tingkah agresif yang seringkali membahayakan. Pembangunan fasilitas kepariwisataan (akomodasi, dan sarana penunjang lainnya), selain menyebabkan kerusakan bentang alam, potensi peningkatan longsor dan banjir, ternyata memunculkan daerah-daerah kumuh di sekitarnya. Hal ini sebagai akibat datangnya pencari kerja yang tidak memiliki keterampilan yang terjebak dengan mimpinya tentang keindahan dunia gemerlap pariwisata. Namun, setelah sadar dengan kesukaran lapangan kerja tidak berani pulang karena malu. Akhirnya mereka menyambung hidup dengan tinggal di daerah kumuh dan terperangkap dengan pekerjaan yang amoral. Pembukaan daerah rekreasi, wisata alam, wisata bahari dan berbagai wisata minat khusus lainnya seperti rafting, scuba diving, hiking, bersepeda, dan panjat tebing ternyata memberikan gangguan besar terhadap kehidupan flora dan fauna liar. Bahkan, atraksi memberi makan binatang di daerah tertentu, akhirnya memberikan dampak kepada peningkatan kebuasan binatang liar tersebut yang sangat berbahaya bagi manusia. Penjualan barang-barang suvenir yang dibuat sesuai dengan keunikan suatu kawasan melalui keunikan benda budaya, flora dan fauna, akhirnya memberikan dampak kepada kerusakan alam yang dilakukan oleh oknum yang ingin menjual benda suvenir dari bahan asli dari alam. Pencemaran Lingkungan Dampak yang paling dirasakan oleh masyarakat lokal yang tinggal di suatu kawasan wisata adalah pencemaran lingkungan. Transportasi serta sistem manajemen lalu lintas yang jelek adalah sumber utama polusi udara dan kebisingan. WTO (1996) memperkirakan lebih dari 4 juta ton bahan bakar digunakan setiap tahun yang menghasilkan 850 juta gas yang merusak lapisan ozon dan menghasilkan 3,5 juta ton bahan kimia di udara yang menyebabkan terjadinya hujan asam berbahaya bagi kehidupan. Pencemaran air semakin meningkat sebagai akibat penggunaan pestisida, pupuk dan bahan kimia lainnya dalam upaya meningkatkan keindahan fasilitas kepariwisataan (hotel, lapangan golf, dan kolam). Peningkatan limbah tinja di suatu kawasan setelah bergabung dengan limbah lainnya seperti limbah plastik, limbah bahan berbahaya dan beracun (B-3) menyebabkan kerusakan lingkungan di sekitarnya. Langkanya beberapa spesies binatang juga diakibatkan oleh permintaan akan makanan yang mahal untuk wisatawan di samping gangguan akibat kunjungan manusia di suatu kawasan konservasi. Aktivitas wisatawan di laut seperti berperahu, snorkling, diving, dan surfing dapat menyebabkan kerusakan lingkungan pesisir dan laut. Flora dan fauna asing yang dapat berakibat buruk bagi keberlanjutan ekosistem setempat seringkali didatangkan oleh para wisatawan secara sadar maupun tidak. Strategi Pengelolaan Dampak Memang benar, pengembangan kepariwisataan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Walaupun kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas pariwisata hanya sebagian kecil dibandingkan kerusakan lingkungan akibat aktivitas masyarakat lainnya. Sebagian besar kerusakan sebenarnya berasal dari kegiatan domestik yang dilakukan oleh masyarakat. Limbah cair rumah tangga, sampah, emisi gas buang, serta sumber pencemar lainnya yang masuk ke lingkungan jauh lebih banyak berasal dari kegiatan masyarakat sendiri. Terutama di daerah yang tidak memiliki sarana pengolahan limbah yang baik, seperti di Bali. Sampai saat ini, kerusakan lingkungan sebagai akibat limbah cair, sampah, polusi udara, limbah B-3, dan sanitasi lingkungan yang jelek belum memiliki sistem pengelolaan terpadu. Indikator kerusakan tersebut dapat diketahui dari trend pencemaran lingkungan yang disimpulkan dari kegiatan pemantauan lingkungan di titik-titik tertentu di Pulau Bali. Sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan, perbaikan kualitas lingkungan baru akan dapat dilakukan apabila ada anggaran yang memadai untuk kegiatan tersebut. Kerusakan lingkungan yang diakibatkan perkembangan kepariwisataan dapat diperbaiki dengan menggunakan dana yang dihasilkan dari aktivitas kepariwisataan, karena pariwisata menghasilkan pendapatan nyata. Perpaduan antara pemanfaatan dan perbaikan sumber daya alam perlu dipertimbangkan, agar generasi yang akan datang masih dapat merasakan nikmatnya dunia pariwisata Bali. Pariwisata memang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun masyarakat pun harus melakukan kegiatan yang sama terhadap keberlanjutan pariwisata, salah satunya dengan perilaku yang ramah lingkungan. Kalau lingkungan rusak, maka kerusakan itu juga sebagian besar disebabkan oleh masyarakat Bali, tidak semata-mata karena aktivitas pariwisata. Oleh karena itu, saatnya untuk memperbaiki lingkungan dengan memberikan perhatian yang lebih besar pada sektor pengelolaan lingkungan hidup. Kalau lingkungan asri, pariwisata akan tetap berkembang, dan masyarakat Bali dapat mewariskannya kepada generasi yang akan datang. Penulis, staf pengajar dan peneliti amdal pada Universitas Udayana [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **