** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum ** BBM Jelas Tak Perlu Naik Oleh: Z. A. Hidayat Publikasi 11/02/2005 hayatulislam.net - Menteri Negara/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Sri Mulyani Indrawati, sudah menegaskan bahwa harga bahan bakar minyak (BBM) akan naik pada kuartal pertama tahun ini. Alasan kenaikan seperti sudah banyak diutarakan, menurut pemerintah karena subsidi BBM sudah sangat membebani anggaran negara. Sudah begitu, seperti diiklankan pemerintah di media massa, subsidi tersebut lebih banyak dinikmati kelompok masyarakat menengah ke atas. Tapi benarkah selama ini pemerintah menanggung subsidi BBM? Jika menggunakan pikiran fundamentalis pasar, tentu saja begitu. Akan tetapi lain halnya jika kita mengacu kepada konstitusi Indonesia yang menyebutkan bahwa bumi, air, dana kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam hal ini, tampaknya apa yang dikemukakan Kwiek Kian Gie (Kompas, 4/2/05) yang seharusnya kita terima. BBM yang kita konsumsi sebagian besarnya diolah dari minyak mentah yang disedot dari bawah permukaan bumi dan laut Indonesia. Tapi kenapa kita diharuskan membayar pada tingkat harga di pasar internasional? Pertanyaan ini mungkin bisa kita ilustrasikan, misalnya dengan getuk yang terbuat dari singkong yang suka kita makan. Kalau getuk itu dibuat dari singkong yang tumbuh sendiri di kebun milik kita, bukankah kita hanya perlu mengeluarkan ongkos untuk pemrosesannya saja dan kita tidak perlu membayar sepeserpun untuk singkong yang tumbuh sendiri itu? Begitupula dengan harga BBM, secara rasional maka yang harus diperhitungkan adalah ongkos eksplorasi, eksploitasi, pengilangan, penimbunan, transportasi dan marjin SPBU (stasiun pengisian bahan bakar umum). Di luar ongkos tersebut, bisa saja pemerintah menetapkan harga tambahan untuk keperluan investasi dan pengembangan energi baru. Oleh karena itu pula, istilah subsidi hanya tepat untuk BBM yang diimpor atau yang minyak mentahnya diimpor dari luar negeri. Tapi dengan harga sekarang saja setelah memperhitungkan impor, seperti ditulis Kwiek, pemerintah sebetulnya masih surplus karena masih menjual BBM diatas harga pokoknya kepada rakyat. Maka sudah sewajarnya jika belum lama ini kelompok mahasiswa mendesak Kementrian Negara Komunikasi dan Informatika (sekarang departemen) supaya menacabut iklan ?subsidi? BBM yang tiap hari muncul di televisi, karena iklan tersebut dinilai tidak lebih dari propaganda yang menyesatkan. Dengan demikian alasan pemerintah menaikkan harga BBM memang tidak punya alasan yang jelas. Selain tidak ada subsidi dalam pengertian yang sebenarnya (uang keluar), jika alasannya adalah untuk mengurangi beban anggaran negara, maka persoalan nyata yang semestinya diselesaikan pemerintah adalah beban pembayaran utang luar negeri. Sebagai gambaran, dalam APBN 2002, 2003, dan 2004, 30-40 persen anggaran dialokasikan untuk membayar bunga dan cicilan hutang tersebut. Jadi sesungguhnya persoalan layanan pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan rakyat lainnya yang tidak memadai justru diakibatkan beban utang tersebut. Sayangnya peluang untuk mendapatkan moratorium (penundaan pembayaraan) utang, bahkan kesempatan untuk meminta pemotongan hutang sehubungan dengan musibah gempa dan tsunami, yang ditawarkan sejumlah negara kreditor tidak dimanfaatkan secara layak oleh tim ekonomi pemerintah. Dengan kinerja terakhir itu, sesungguhnya pemerintah semakin tidak punya legitimasi lagi untuk menaikkan harga BBM. Perspektif Syariah Dalam pandangan Islam, bahan tambang yang tidak terbatas dan sumber daya alam yang sifat pembentukannya mengahalangi untuk dimiliki hanya oleh individu secara perorangan digolongkan ke dalam kepemilikan umum (An-Nabhani, Nizham al-Iqtishadi, terj., hal. 237). Dengan demikian sumur-sumur minyak yang produksinya dibutuhkan oleh semua orang oleh karena itu masuk dalam kategori ini. Negara hanya berperan dalam pengelolaan sumber-sumber minyak tersebut untuk kepentingan umat, sejak tahap eksplorasi, eksploitasi, pengilangan dan distribusi ke konsumen. Maka pada dasarnya ongkos produksi dan distribusi inilah harga yang mesti dibayar oleh masyarakat untuk mendapatkan manfaat kekayaan alam yang menjadi hak mereka. Pada masa tertentu guna keperluan investasi di sektor perminyakan dan penemuan sumur-sumur baru atau diversifikasi energi bisa saja ditambahkan pada harga dasar tersebut. Namun dalam situasi konsumsi dalam negeri sudah terpenuhi mungkin saja upaya melestarikan energi tersebut dibiayai dari hasil ekspor ke pasar internasional. Lalu bagaimana jika dalam situasi produksi yang lebih rendah dari kebutuhan konsumsi BBM? Dalam kasus Indonesia, persoalan inilah yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Selama ini yang ditunjuk sebagai penyebab menurunnya produksi adalah karena semakin tuanya sumur-sumur minyak. Namun, sebetulnya terdapat persoalan lain berbarengan dengan munculnya Undang-Undang No. 22 tahun 2001 yang meliberalisasi sektor migas. Akibat belum ada kepastian, atau bisa diduga banyak investasi yang tersendat karena perusahaan-perusahaan minyak tersebut hendak mengambil keuntungan dari pemberlakuan ketentuan baru tersebut dengan menunda produksi. Dalam konteks Indonesia, dimana 90 persen produksi minyak dilakukan perusahaan swasta khususnya asing, ketergantungan tersebut memang sangat menimbulkan masalah. Yang makmur adalah pemilik dan pegawai raksasa minyak asing tersebut, sedangkan rakyat harus menanggung beban harga BBM yang tinggi. Sayangnya, dalam jangka panjang dengan undang-undang baru dominasi itu akan semakin dikokohkan karena Indonesia kini menganut prinsip unbundling (pemisahan dan pemecahan) antara sektor hulu dan hilir industri perminyakan. Perusahaan swasta yang sudah pasti hanya digerakkan oleh motif meraih keuntungan besar, kini sedang bersiap-siap masuk ke sektor hilir yang selama ini dikuasai perusahaan milik negara, Pertamina. Dalam Islam hal seperti itu tentu tidak dibenarkan, sebab dengan menyerahkan kepada swasta, selain menyalahi makna kepemilikan umum tadi, sudah pasti harga akan tinggi dan juga tidak ada jaminan bahwa semua warga negara akan mendapatkan pasokan BBM secara merata. Bagaimanapun pihak swasta hanya akan mendahulukan pasar yang luas serta konsumen yang mampu membayar tinggi, dan distribusi yang paling mudah. Maukah mereka menyediakan BBM untuk warga di daerah terpencil dengan harga yang terjangkau? Alhasil, hal lain yang lebih pokok, sebetulnya persoalan minyak akan bisa teratasi andai saja dunia Islam bersatu. Apalagi jika negara-negara muslim yang sebagian besarnya adalah penghasil minyak bergabung dan membentuk negara Khilafah. Secara alamiah negara seperti itu pasti akan memunculkan kekuatan ekonomi baru, dan secara politik umat Islam akan berada pada posisi lebih bermartabat. InsyaAllah. http://www.hayatulislam.net/comments.php?id=446_0_1_0_C --------------------------------- Do you Yahoo!? Yahoo! Search presents - Jib Jab's 'Second Term' [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to life by funding a specific classroom project. http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **