[nasional_list] [ppiindia] BBM Jelas Tak Perlu Naik

  • From: syabab muslim <syabab_hizb_islamiy@xxxxxxxxx>
  • To: PAN@xxxxxxxxxxxxxxx, islam_liberal@xxxxxxxxxxxxxxx, Kebangkitan_Bangsa@xxxxxxxxxxxxxxx, muhammadiyah2002@xxxxxxxxxxxxxxx, keluarga-islami@xxxxxxxxxxxxxxx, majelismuda@xxxxxxxxxxxxxxx, partai-keadilan-sejahtera@xxxxxxxxxxxxxxx, wanita-muslimah@xxxxxxxxxxxxxxx, ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, Amien-Siswono@xxxxxxxxxxxxxxx, keluarga-sakinah@xxxxxxxxxxxxxxx, PKS-Watch@xxxxxxxxxxxxxxx, ISLAM_IRC@xxxxxxxxxxxxxxx, Chae <chairunisa_mahadewi@xxxxxxxxx>, bang_irfan_gd@xxxxxxxxx
  • Date: Fri, 11 Feb 2005 18:14:19 +0000 (GMT)

** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum **


BBM Jelas Tak Perlu Naik
Oleh: Z. A. Hidayat
Publikasi 11/02/2005

hayatulislam.net - Menteri Negara/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 
(Bappenas), Sri Mulyani Indrawati, sudah menegaskan bahwa harga bahan bakar 
minyak (BBM) akan naik pada kuartal pertama tahun ini. Alasan kenaikan seperti 
sudah banyak diutarakan, menurut pemerintah karena subsidi BBM sudah sangat 
membebani anggaran negara. Sudah begitu, seperti diiklankan pemerintah di media 
massa, subsidi tersebut lebih banyak dinikmati kelompok masyarakat menengah ke 
atas.


Tapi benarkah selama ini pemerintah menanggung subsidi BBM? Jika menggunakan 
pikiran fundamentalis pasar, tentu saja begitu. Akan tetapi lain halnya jika 
kita mengacu kepada konstitusi Indonesia yang menyebutkan bahwa bumi, air, dana 
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan 
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam hal ini, tampaknya apa yang 
dikemukakan Kwiek Kian Gie (Kompas, 4/2/05) yang seharusnya kita terima.

BBM yang kita konsumsi sebagian besarnya diolah dari minyak mentah yang disedot 
dari bawah permukaan bumi dan laut Indonesia. Tapi kenapa kita diharuskan 
membayar pada tingkat harga di pasar internasional? Pertanyaan ini mungkin bisa 
kita ilustrasikan, misalnya dengan getuk yang terbuat dari singkong yang suka 
kita makan. Kalau getuk itu dibuat dari singkong yang tumbuh sendiri di kebun 
milik kita, bukankah kita hanya perlu mengeluarkan ongkos untuk pemrosesannya 
saja dan kita tidak perlu membayar sepeserpun untuk singkong yang tumbuh 
sendiri itu?

Begitupula dengan harga BBM, secara rasional maka yang harus diperhitungkan 
adalah ongkos eksplorasi, eksploitasi, pengilangan, penimbunan, transportasi 
dan marjin SPBU (stasiun pengisian bahan bakar umum). Di luar ongkos tersebut, 
bisa saja pemerintah menetapkan harga tambahan untuk keperluan investasi dan 
pengembangan energi baru.

Oleh karena itu pula, istilah subsidi hanya tepat untuk BBM yang diimpor atau 
yang minyak mentahnya diimpor dari luar negeri. Tapi dengan harga sekarang saja 
setelah memperhitungkan impor, seperti ditulis Kwiek, pemerintah sebetulnya 
masih surplus karena masih menjual BBM diatas harga pokoknya kepada rakyat. 
Maka sudah sewajarnya jika belum lama ini kelompok mahasiswa mendesak 
Kementrian Negara Komunikasi dan Informatika (sekarang departemen) supaya 
menacabut iklan ?subsidi? BBM yang tiap hari muncul di televisi, karena iklan 
tersebut dinilai tidak lebih dari propaganda yang menyesatkan. 

Dengan demikian alasan pemerintah menaikkan harga BBM memang tidak punya alasan 
yang jelas. Selain tidak ada subsidi dalam pengertian yang sebenarnya (uang 
keluar), jika alasannya adalah untuk mengurangi beban anggaran negara, maka 
persoalan nyata yang semestinya diselesaikan pemerintah adalah beban pembayaran 
utang luar negeri. Sebagai gambaran, dalam APBN 2002, 2003, dan 2004, 30-40 
persen anggaran dialokasikan untuk membayar bunga dan cicilan hutang tersebut. 
Jadi sesungguhnya persoalan layanan pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan 
rakyat lainnya yang tidak memadai justru diakibatkan beban utang tersebut.

Sayangnya peluang untuk mendapatkan moratorium (penundaan pembayaraan) utang, 
bahkan kesempatan untuk meminta pemotongan hutang sehubungan dengan musibah 
gempa dan tsunami, yang ditawarkan sejumlah negara kreditor tidak dimanfaatkan 
secara layak oleh tim ekonomi pemerintah. Dengan kinerja terakhir itu, 
sesungguhnya pemerintah semakin tidak punya legitimasi lagi untuk menaikkan 
harga BBM.


Perspektif Syariah

Dalam pandangan Islam, bahan tambang yang tidak terbatas dan sumber daya alam 
yang sifat pembentukannya mengahalangi untuk dimiliki hanya oleh individu 
secara perorangan digolongkan ke dalam kepemilikan umum (An-Nabhani, Nizham 
al-Iqtishadi, terj., hal. 237). Dengan demikian sumur-sumur minyak yang 
produksinya dibutuhkan oleh semua orang oleh karena itu masuk dalam kategori 
ini.

Negara hanya berperan dalam pengelolaan sumber-sumber minyak tersebut untuk 
kepentingan umat, sejak tahap eksplorasi, eksploitasi, pengilangan dan 
distribusi ke konsumen. Maka pada dasarnya ongkos produksi dan distribusi 
inilah harga yang mesti dibayar oleh masyarakat untuk mendapatkan manfaat 
kekayaan alam yang menjadi hak mereka. Pada masa tertentu guna keperluan 
investasi di sektor perminyakan dan penemuan sumur-sumur baru atau 
diversifikasi energi bisa saja ditambahkan pada harga dasar tersebut. Namun 
dalam situasi konsumsi dalam negeri sudah terpenuhi mungkin saja upaya 
melestarikan energi tersebut dibiayai dari hasil ekspor ke pasar internasional.

Lalu bagaimana jika dalam situasi produksi yang lebih rendah dari kebutuhan 
konsumsi BBM? Dalam kasus Indonesia, persoalan inilah yang terjadi dalam 
beberapa tahun terakhir. Selama ini yang ditunjuk sebagai penyebab menurunnya 
produksi adalah karena semakin tuanya sumur-sumur minyak. Namun, sebetulnya 
terdapat persoalan lain berbarengan dengan munculnya Undang-Undang No. 22 tahun 
2001 yang meliberalisasi sektor migas. Akibat belum ada kepastian, atau bisa 
diduga banyak investasi yang tersendat karena perusahaan-perusahaan minyak 
tersebut hendak mengambil keuntungan dari pemberlakuan ketentuan baru tersebut 
dengan menunda produksi.

Dalam konteks Indonesia, dimana 90 persen produksi minyak dilakukan perusahaan 
swasta khususnya asing, ketergantungan tersebut memang sangat menimbulkan 
masalah. Yang makmur adalah pemilik dan pegawai raksasa minyak asing tersebut, 
sedangkan rakyat harus menanggung beban harga BBM yang tinggi. Sayangnya, dalam 
jangka panjang dengan undang-undang baru dominasi itu akan semakin dikokohkan 
karena Indonesia kini menganut prinsip unbundling (pemisahan dan pemecahan) 
antara sektor hulu dan hilir industri perminyakan. Perusahaan swasta yang sudah 
pasti hanya digerakkan oleh motif meraih keuntungan besar, kini sedang 
bersiap-siap masuk ke sektor hilir yang selama ini dikuasai perusahaan milik 
negara, Pertamina. 

Dalam Islam hal seperti itu tentu tidak dibenarkan, sebab dengan menyerahkan 
kepada swasta, selain menyalahi makna kepemilikan umum tadi, sudah pasti harga 
akan tinggi dan juga tidak ada jaminan bahwa semua warga negara akan 
mendapatkan pasokan BBM secara merata. Bagaimanapun pihak swasta hanya akan 
mendahulukan pasar yang luas serta konsumen yang mampu membayar tinggi, dan 
distribusi yang paling mudah. Maukah mereka menyediakan BBM untuk warga di 
daerah terpencil dengan harga yang terjangkau?

Alhasil, hal lain yang lebih pokok, sebetulnya persoalan minyak akan bisa 
teratasi andai saja dunia Islam bersatu. Apalagi jika negara-negara muslim yang 
sebagian besarnya adalah penghasil minyak bergabung dan membentuk negara 
Khilafah. Secara alamiah negara seperti itu pasti akan memunculkan kekuatan 
ekonomi baru, dan secara politik umat Islam akan berada pada posisi lebih 
bermartabat. InsyaAllah.

 

http://www.hayatulislam.net/comments.php?id=446_0_1_0_C


                
---------------------------------
Do you Yahoo!?
 Yahoo! Search presents - Jib Jab's 'Second Term'

[Non-text portions of this message have been removed]






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give underprivileged students the materials they need to learn. 
Bring education to life by funding a specific classroom project.
http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] BBM Jelas Tak Perlu Naik