[nasional_list] [ppiindia] Agama Membentuk Karakter Bangsa

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sun, 26 Feb 2006 21:10:22 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/2006/022006/27/0902.htm


Agama Membentuk Karakter Bangsa
Oleh WAKHUDIN  
SITUASI yang terjadi di Indonesia saat ini, bisa jadi, merupakan bagian dari 
tesis Samuel P. Huntington tentang benturan peradaban (The clash of 
civilization). Jika di masa lalu, konflik terjadi berdasarkan peta ideoligis, 
Barat dan Timur, namun setelah perang dingin berakhir, perbenturan terjadi 
berdasarkan peta peradaban dunia. Secara garis besar ada delapan peradaban 
dunia yang potensial saling berbenturan, yakni Barat, Konfusius, Jepang, Islam, 
Hindu, Slavik, Ortodoks, Amerika Latin, dan Afrika. Namun potensi konflik yang 
paling besar adalah perbenturan antara Barat dan koalisi Islam-Konfusius.

Bahwa Indonesia setelah dipimpin oleh rezim otoriter selama 32 tahun kemudian 
terhempas ke tubir jurang kebangkrutan, memang iya. Namun, itu terjadi sejak 
tahun 1997-an atau akhir abad ke-20 di mana ketika itu Presiden Soeharto 
semakin kentara keberpihakannya kepada Islam. Padahal sebelumnya, Indonesia 
dipuji-puji sebagai emerging force di Asia dengan pertumbuhan ekonomi yang 
sangat menakjubkan bersama Korea Selatan. Ekonomi negeri ini hancur setelah 
George Soros bermain valas, sehingga membenamkan rupiah sampai nilai terendah 
Rp 16.000,00/dolar AS. Padahal, ketika itu pemerintah bersama swasta sedang 
jatuh tempo untuk membayar utang-utang luar negari kepada para donatur. Itulah 
sebabnya, Indonesia kemudian menyerah kepada International Monetery Fund (IMF).

Penyerahan masalah ekonomi Indonesia kepada IMF, bisa jadi merupakan bagian 
dari skenario Barat dalam melakukan perbenturan peradaban dengan Islam. Sebab, 
bagaimanapun, Indonesia merupakan negara yang sangat besar dengan jumlah umat 
Islam terbanyak. Itulah sebabnya, Huntington dituduh bukan sekadar futurolog, 
melainkan seorang provokator yang memanas-manasi Barat untuk melakukan 
perbenturan peradaban.

Perbenturan Barat dengan Islam dilakukan secara fisik maupun secara moral. 
Penyerangan AS yang dibantu Inggris, Australia, dan mitra koalisi lainnya ke 
Irak merupakan ekspresi perbenturan fisik. Konflik ini bisa jadi merembet ke 
Iran dan Suriah, serta negara-negara Islam lain yang dinilai membandel kepada 
Barat. 

Sedangkan perang secara moral dilakukan terhadap Indonesia. Proses 
utang-piutang Indonesia dengan para donatur yang sebagian besar dari 
negara-negara Barat bukan tanpa skenario jangka panjang. Para donatur juga 
bukannya tidak tahu adanyanya korupsi dan kolusi dalam penggunaan dana mereka. 
Bisa jadi, mereka justru memfasilitasi para pejabat untuk mengorupsi dana 
pinjaman mereka. Perang dilakukan dengan cara pembusukan para pejabat melalui 
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). 

Nama Indonesia sebagai negara Timur yang dikenal sangat religius pun runtuh. 
Kegiatan ritual siang-malam tidak cukup untuk menutupi aib sebagai negara 
paling korup di dunia. Bahkan secara finansial, negeri ini selalu mengalami 
defisit anggaran, sehingga mau tidak mau harus terus berutang kepada IMF untuk 
menutupi utang-utang yang menggunung sebelumnya. Ya, Indonesia kini telah kalah 
secara moral, dan hancur mental keagamaannya akibat KKN. Nilai-nilai yang 
bersifat kebendaan dan hedonistis menjadi panglima, sedangkan nilai-nilai 
religius yang menjadi kebanggaan selama ini, justru semakin ditinggalkan. 
Itulah inti kebangkrutan negeri ini yang semakin lama justru semakin parah.

Pendidikan karakter bangsa yang didasarkan atas nilai-nilai religius saat ini 
sangat penting. Berbagai studi tentang pengajaran agama yang efektif amat 
diperlukan untuk mengembalikan semangat juang asli bangsa ini kepada semangat 
pengabdian kepada Tuhan, bukan mengabdi kepada materi. Itulah sebabnya, 
mempelajari agama dan nilai-nilai moral menjadi relevan. Bangsa ini perlu 
disemangati untuk kembali meraih karakternya sebagai bangsa yang religius, 
adil, dan makmur. Kita perlu menyerukan kembali pernyataan Presiden I RI Ir. 
Soekarno tentang nation character building. Membangun kembali karakter bangsa. 

Andil agama

Agama sangat kuat dan memiliki andil besar dalam proses pembentukan karakter 
seseorang, jika agama tersebut diajarkan secara benar. Tak ada yang membantah, 
terdapat hubungan positif antara agama dan pembentukan karakter yang baik. Yang 
sering menjadi persoalan dan lelucon adalah sering terjadi tak adanya hubungan 
antara orang yang pengetahuan agamanya baik (secara kognitif) dengan 
perilakunya sehari-hari. 

Peran agama dalam proses membentuk karakter bangsa, adalah menjadikan moral 
agama menjadi pemimpin dalam kehidupan bangsa tersebut sehari-hari. Sergiovanni 
(1992) mengemukakan, kepemimpinan moral jauh lebih efektif dan efisien 
dibandingkan dengan kepemimpinan tradisional. Sebab, jika moral telah menjadi 
pemimpin dalam setiap individu, seseorang itu akan melakukan yang terbaik, baik 
ada yang mengawasi atau tidak. Sebab, yang mengawasi adalah moral itu sendiri 
yang dalam dirinya menjadi pemimpin.

Seseorang yang menjadikan moral agama sebagai pemimpin, maka ajaran agama akan 
menjadi petunjuk dalam setiap perilakunya. Mereka tidak perlu pengawasan secara 
fisik, sebagaimana para mandor mengawasi para buruh bekerja, melainkan dalam 
setiap dirinya sudah ada "pengawas". Dalam ajaran Islam, "para pengawas" itu 
disebut dengan malaikat pencatat amal yang diyakini senantiasa mencatat 
perbuatan setiap manusia yang disebut Malaikat Raqib dan Atid. Dengan 
kepemimpinan moral seperti itu, setiap orang yang beragama dengan sendirinya 
akan berbuat yang terbaik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. 

Emile Durkheim (1925), misalnya, mengemukakan, bagaimanapun, moral senantiasa 
krusial, baik dilihat secara teori maupun praktik. Secara teoretis, moral 
merupakan sistem intrinsik ketahanan manusia dalam hubungan dengan orang lain, 
dalam soal ini termasuk kemampuan memaksa diri untuk berperilaku dan berbuat 
baik, sehingga pada akhirnya menciptakan situasi yang kondusif bagi terciptanya 
kesatuan masyarakat. Sementara secara praktis, moralitas merupakan syarat 
mutlak terciptanya suatu bangsa yang sehat, bahkan menjadi tidak bisa dinafikan 
jika bangsa itu ingin survive.

Itulah sebabnya, jika suatu bangsa menjadikan agama sebagai sumber moral, maka 
jalan hidup bangsa tersebut akan lurus. Bahkan dalam Islam, suatu bangsa yang 
beriman dan bertakwa, maka Tuhan menjamin negeri itu mendapatkan kemakmuran dan 
kejayaan. "Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah 
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka 
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan 
perbuatannya," firman Allah dalam Alquran Surat Al-A'raf, 7:96.

Sayangnya, agama belum menjadi inspirasi moral di negeri ini. Bahkan, moral 
secara umum belum menjadi pemimpin bagi sebagian besar anak bangsa termasuk 
para pemimpin. Itulah sebabnya, kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN) tetap 
merajalela. Mereka tidak memiliki kendali secara intrinsik yang mampu menolak 
saat akan mengambil uang rakyat demi kepentingan diri sendiri dan kelompok. 

Pembentukan moral bangsa yang dilandasi kepercayaan keagamaan sebagaimana yang 
selama ini kita banggakan sebagai bangsa yang religius, perlu kembali 
digaungkan. Semangat pendiri bangsa (founding father) Ir. Soekarno untuk 
membangun karakter bangsa (nation character building) saat ini justru sangat 
relevan untuk menyelamatkan negeri ini dari malapetaka. Dengan pembangunan 
karakter bangsa yang berlandaskan agama, pada gilirannya kita mampu berdiri 
sama tinggi dan duduk sama rendah dengan negara-negara dan bangsa-bangsa 
lain.*** 

Penulis, wartawan Pikiran Rakyat.


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Agama Membentuk Karakter Bangsa