** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** 08.03.2005 Psikologi di balik antrian (Antrian panjang terjadi pada pemilu di Afrika Selatan) Antri merupakan kegiatan yang masih sulit dilaksanakan di sebagian besar negara berkembang, padahal di balik antrian terdapat cerminan posisi sosial dan peradaban. Dengan belajar antri, maka dapat dilakukan efisiensi dari antrian itu sendiri. Kita menyaksikan sendiri, antri membeli karcis, masuk ke kendaraan umum atau untuk mendapat bantuan bencana, ternyata tetap sulit dilakukan di negara berkembang. Antrian tidak akan terbentuk, jika tidak ada tekanan dari aparat pengawas atau pengamanan. Tidak berlebihan jika dikatakan, antri merupakan produk dari peradaban dan pendidikan. Selain itu, antri merupakan cerminan dari masyarakat yang teratur. Di negara berkembang, antrian hanya akan terbentuk secara terpaksa, jika menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknologi yang tidak bisa direkayasa, misalnya di ATM bank . Akan tetapi terdapat kecenderungan, jika menyangkut palayanan publik, semakin banyak yang berusaha mencari jalan pintas. Berbeda halnya jika kita lihat di negara maju, dimanapun kita berada, baik di kota maupun di desa, antrian akan terbentuk secara otomatis. Pada saat hendak naik bis kota, trem, mengirim surat di kantor pos, menunggu giliran di telepon umum dan lainnya, sudah merupakan kebudayaan dan kesadaran yang mengakar, bahwa dengan antri, urusan akan lebih cepat beres, dibanding jika bergerombol saling mendahului. Terdapat kesadaran, bahwa seorang petugas hanya dapat meladeni seorang klien pada satu waktu pelayanan. Jika terjadi kerumunan atau saling mendahului, bukan pelayanan yang didapat melainkan kekacauan dan keributan. Tentu saja dalam antrian yang berdisplin, seseorang tidak dapat menyerobot ke depan. Ia hanya bisa menunggu atau memilih keluar dari antrian. Dengan membatalkan diri ikut antrian, berarti ia menunggu pelayanan berikutnya, dimana jumlah antrian tidak terlalu panjang. Secara psikologis, keluar dari antrian mungkin melegakan, walaupun sebenarnya ia kehilangan waktu yang harus ditanggung sebagai risiko, menjadi tambah besar. Berbagai fenomena antrian ini, ternyata merupakan kajian ilmiah yang menarik bagi dua pakar marketing dari Hongkong, yakni Prof. Rongrong Zhou dan Prof. Dilip Soman. Mereka meneliti fenomena antrian tsb untuk menemukan manajemen pemecahannya. Indikator kondisi Dari sudut ilmu pemasaran, antrian panjang berarti indikator dari kondisi, dimana penawaran jasa atau barang lebih sedikit dari permintaan. Kondisi itu dapat terjadi temporer, seperti misalnya jika antri hendak memasuki bis kota, trem atau di kantor pos. Dapat juga antrian tersebut terjadi secara permanen, seperti antrian untuk memperoleh jatah ransum bulanan di negara-negara komunis di masa lalu. Demikian juga antri pembagian makanan di kawasan bencana hebat, dimana tidak ada kemungkinan lain untuk memperoleh makanan dalam jangka waktu panjang. Dalam penelitiannya, Zhou dan Soman melihat nilai lain, disamping nilai material dari antrian panjang tsb, dimana adanya kesempatan diantara para pengantri, untuk melakukan perbandingan sosial posisinya, dengan mereka yang ada dalam antrian yang sama. Setiap pengantri, akan merasakan mereka berada dalam situasi krisis, atau menghadapi masalah yang harus dipecahkan. Perasaan harga diri dalam situasi semacam itu, ternyata dapat kembali ditegakkan, jika mereka dapat membandingkan diri dengan posisi pengantri lain yang lebih buruk. Jadi para pengantri, bukan hanya menghitung berapa orang lagi yang ada di depan, melainkan juga berapa orang yang juga masih antri di belakang. Antri, ternyata memprovokasi penarikan perbandingan sosial. Karena dalam antrian akan terlihat dengan jelas, siapa yang memiliki posisi lebih baik dan siapa lebih buruk. Manusia selalu cenderung membandingkan dimana posisinya, dengan melihat mereka yang posisi sosialnya berada atas dan di bawah. Sama seperti antrian, siapa posisinya di depan dan siapa di belakang. Penelitian Prof. Zhuo dan Prof.Soman menunjukkan, perbandingan posisi ini berlaku apabila antrian klasik terbentuk, yakni masing-masing pengantri berdiri pada posisi berbaris ke belakang. Jika antrian diatur dengan nomor, seperti di ruang tunggu dokter atau di rumah sakit, fenomena perbandingan posisi sosial tidak muncul. Perbandingan posisi Dalam percobaan yang dilakukan kedua pakar marketing dari Universitas Hongkong itu terlihat, semakin panjang antrian di belakang relawan yang diteliti, semakin jarang ia membubarkan diri dari antrian. Juga semakin panjang antrian, suasana diantara para pengantri biasanya semakin membaik. Diduga, karena semua memiliki perasaan yang serupa, yakni di belakang masih banyak yang juga antri. Dengan begitu, perhatian lebih terarah pada gerakan ke depan, yakni menunggu kapan perubahan posisi terjadi. Dalam percobaan berikutnya, para peneliti membuat aturan main baru. Mereka membuka dua loket pelayanan di kantor pos, satu loket pelayanan biasa dimana orang harus antri dan satu lagi loket pelayanan istimewa, dimana orang tidak perlu antri akan tetapi harus membayar lebih mahal. Mereka yang keluar antrian, tidak memiliki kesempatan lagi untuk kembali posisi semula. Ternyata diamati, semakin panjang antrian di loket pelayanan biasa, semakin jarang pengguna jasa pos memanfaatkan loket istimewa. Namun jika antriannya pendek, selalu saja ada pelanggan yang datang ke loket pelayanan istimewa, yang menetapkan tarif pengiriman pos jauh lebih tinggi. Rupanya jika antrian pendek, perbandingan posisi sosial kurang memainkan peranan. Manajemen yang efisien Tentu saja selain penelitian mengenai psikologi sosial di balik antrian, para peneliti juga berusaha mengembangkan manajemen antrian yang efisien. Tujuannya, untuk mengurangi kelambatan, kemacetan atau antrian yang terlalu panjang. Dalam dunia modern yang semakin cepat, antri sudah menjadi fenomena yang tidak dapat ditolak. Namun yang dipertanyakan adalah, bagaimana kualitasnya. Jika antrian sangat panjang dan macet, maka beban psikologis bagi pengantri dan penyedia jasa akan semakin berat. Misalnya di rumah sakit, dimana sering terjadi antrian tidak efisien dari pasien-pasien yang akan dioperasi. Para peneliti dari Institut Fraunhofer untuk tekno dan matematika ekonomi-ITWM di Jerman, mengamati fenomena antrian yang tidak efisien di berbagai rumah sakit. Dalam kasus ini, yang dihitung bukan hanya perbandingan sosial tetapi juga menyangkut nyawa manusia. Di zaman teknologi, dimana hampir semua tugas manajemen tidak bisa dilepaskan dari bantuan komputer, pemecahan dengan memanfaatkan teknologi informatik merupakan langkah tepat. Untuk itu, Institut Fraunhofer mengembangkan software yang disebut Opti-Trans, untuk mengatur antrian pasien yang akan dioperasi. Dalam ujicoba di rumah sakit Universitas Saarland di Homburg, terbukti dengan optimasi manajemen, lamanya waktu tunggu dalam antrian dapat dikurangi secara drastis. Terbukti lagi, antrian dapat dioptimalkan, dan mereka yang berebut tidak antri, tetap terjebak dalam kemacetan serta kekacauan. __________________________________________________ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **