** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** Dear all! Maaf jika lama saya tidak ikut urun rembug tentang beberapa masalah yang dilontarkan di sini. Maklum, konsentrasi saya sedang pada latihan persiapan pertunjaukan drama "Dee-Oh-Tee" yang rencananya akan siap untuk pentas uji-coba pada awal April nanti di Washington DC. Yang sedang ramai sekarang ini adalah pro-kontra soal kenaikan BBM, ya? Baiklah saya mulai. Saya setuju subsidi BBM dikurangi, atau malah kalau perlu dihapuskan sama sekali, hanya saja persetujuan saya ini ada TAPI-nya. Sebelum mengungkapkan TAPI-nya itu, saya akan ungkapkan kenapa saya setuju. Dasarnya adalah saya melihat ini adalah MASALAH SUBSIDI. Jadi saya berpendirian bahwa subsidi tidak bisa diberikan tanpa pandang bulu. Subsidi diberikan hanya kepada yang membutuhkannya saja. Sedangkan subsidi yang diberikan lewat harga rendah BBM itu berarti memberikan subsidi kepada yang berhak maupun yang tidak berhak. Yang berhak itu adalah mereka yang memang menderita kesulitan ekonomi alias kalangan miskin. Tapi subsidi lewat BBM itu yang menikmatinya justeru lebih banyak yang sudah mampu alias berkecukupan bahkan mungkin yang tergolong kaya dan kaya raya, antara lain mereka yang sudah mampu punya kendaraan sendiri, bukan? Yang kurang mampu dapat mengakses subsidi itu lewat bus atau angkot yang tarifnya murah. Yang kewalahan bahkan sekedar untuk bayar tarif naik bus atau angkot yang murah itu pun banyak yang tidak mampu, tidak bisa naik bus maupun angkot, misalnya barisan pemulung atau umumnya yang tergolong orang miskin kota maupun yang di pedesaan, maka mereka yang justeru berhak ini pun tidak bisa mengambil haknya. Ini namanya tidak adil, alias secara moral tidak bisa diterima. Jadi, subsidi tidak pandang bulu yang diberikan lewat BBM harga murah itu sudah waktunya ditiadakan. Tapi bukan berarti subsidi untuk mereka yang kurang mampu secara ekonomis tidak boleh diberikan, apalagi untuk mereka yang jelas- jelas sudah jatuh miskin! Mereka ini berhak, dan menurut UUD adalah tanggungan negara. Mereka ini semua jumlahnya besar (30%?) adalah juga saudara sebangsa dengan kita, karenanya mereka berhak mendapatkan subsidi dari hasil peniadaan subsidi yang diberikan lewat BBM. Istilah yang dikemukakan sekarang adalah "konpensasi," tapi saya cenderung menamakannya "subsidi" saja, tidak usah pakai istilah yang diperhalus segala! Berdasarkan prinsip subsidi seperti itu, maka pemberian subsidi kepada yang kurang mampu dan miskin (juga untuk para penganggur karena tidak dapat kerjaan atau kehilangan pekerjaan!) sudah waktunya difikirkan bagaimana rumusannya dan operasionalnya di lapangan, agar mereka yang berhak itu bisa mengakses haknya sehingga bisa hidup layak (bukan hanya dalam urusan tranpotasi saja!) sebagaimana yang lainnya, sebab tujuan diberikannya subsidi ini adalah mengadakan pemerataan ekonomi yang bisa direalisasikan di dalam hidup kita sebagai satu bangsa. Inilah prinsip Keadilan Sosial yang digariskan/diimpikan oleh pendahulu kita ketika mereka merencanakan pembangunan Republik kita ini, bukan? Sekarang bagian TAPI-nya: Tapi yang dilakukan pemerintah sekarang ini terlalu mendadak! Maka akibatnya terjadi kegoncangan psikhologi massa, yang mau tidak mau menyebabkan pemerintah menuai badai penolakan di mana-mana, baik dari kalangasn rakyat maupun dari kalangan politisi di DPR. Seharusnya pemerintah sebelumaanya sudah menyiapkan segala sesuatunya agar lonjakan harga-harga yang terjadi secara drastis seperti sekarang ini tidak dirasakan sebagai himpitan ekonomi yang makiin memberati. Bahwa harga-harga apa saja semua akan naik, itu jelas. Kaum spekulan dan penimbun barang akan memanfaatkan momentum ini untuk menangguk sebanyak mungkin keuntungan dengan target manaikkan harga setinggi mungkin, sebab mekanisme pasar bebas memang memungkinkan hal ini. Bukankah sudah ada barang yang hilang dari pasaran, misalnya minyak tanah (yang justeru tidak dinaikkan, tetapi mana mungkin tidak!). Dalam hal urusan harga inilah pemerintah tidak siap, sebagaimana terbukti dalam rapat kerja bersama DPR itu, Mari Pangestu tampak menjadi tidak professional dan masih hijau karena hanya melakukan sidak ke pasar saja. Mestinya dia yang ahli sudah menyiapkan segala sesuatunya agar harga terkontrol naiknya. (Ya, ini memang tidak sesuai dengan prinsip pasar bebas; tapi pemberian subsidi kan juga tidak sesuai! Forget pasar bebas macam begitu deh!) Tapi yang kedua, menyangkut soal penyaluran subsidi untuk yang memang berhak itu. Apakah birokrasi yang ada sekarang ini bisa dipercaya? Bukankah presiden sendiri mengakui bahwa kebocoran masih belum bisa dihilangkan sampai sekarang? Langkah apa yang akan dilakukan untuk menghindari kebocoran ini? Dalam hal ini jajaran Jakgung Arman, kepolisian dan kehakiman harus ikut bertanggung- jawab, karenanya harus dilibatkan. Tentu kontrol media massa dan LSM harus juga diberi akses dengan menerapkan sistem keterbukaan yang penuh! Selain Tapi yang dua yang saya ungkapkan di sini, tentu ada Tapi- tapi yang lain. Nah, Tapi-tapi yang lain itu, silahkan giliran Anda mengungkapkannya! Terus terang, saya kuatir apa yang sedang dilakukan pemerintah sekarang ini pada prinsip dan tujuannya baik dan bisa diterima, dalam pelaksanaan akan bisa berantakan, karena pada dasarnya ini akan hanyalah tambal sulam atas sistem yang ada. Maka bencana itu mungkin saja terjadi, karena pada dasarnya apa yang dilakukan pemerintah belumlah beradasarkan sikap yang tuntas ditinjau dari sudut political economy, sebab pemerintah masih tetap menganut "free trade" dan belumlah menggunakan "fair trade". Kalau keberantakan itu yang terjadi, maka sudah waktunya pemerintah untuk banting stir mencari jalan lain dalam usahanya untuk menciptakan pemerataan di bidang ekonomi ini. Sebab, di mana pun dilaksanakan, sistem Kapitalisme Neo-Liberal memang tidak punya sistem pemerataan yang organik di dalam sistemnya, kecuali tambal sulam itulah. sebab mereka percaya, jika terjadi pertumbauhan ekonomi tinggi maka "bim salabim! Sesam!" amaka pintu pemerataan pun terbuaka dengan sendirinya. Tapi itu tidak pernah terjadi di mana pun dan kapan pun, termasuk di AS sendiri, bukan? AS pun melakukan sistem tambal sulam! Silahkan berdiskusi. Saya akan masuk ke dalam kesibukan saya kembali, menyiapkan pertunjukan drama "Dee-Oh-Tee" yang menampilkan tema "kekerasan dalam politik" itu. Ikra.- ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **