[list_indonesia] [ppiindia] Simeulue Ternyata Belum Tersentuh...

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Fri, 1 Apr 2005 00:21:11 +0200

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0504/01/utama/1656882.htm
Jumat, 01 April 2005 

Simeulue Ternyata Belum Tersentuh... 

"SMONG..., smong..., smong," teriakan itu terdengar bersahut-sahutan di tengah 
kegelapan, Senin (28/3) sekitar pukul 23.10 di Pulau Simeulue. Mendengar kata 
"smong" itu semua penduduk Simeulue, terutama mereka yang tinggal di daratan 
dekat pantai, berlari ke perbukitan yang jauh dari bibir pantai.

MEREKA memang harus lari dan menghindar dari pantai sebab "smong" merupakan 
kata-kata "mukjizat" yang membuat warga Simeulue bisa selamat dari amukan 
gelombang dahsyat, tsunami, yang biasanya terjadi menyusul gempa dahsyat. Oleh 
karena itu, begitu gempa berkekuatan 8,7 pada skala Richter membuat tanah Pulau 
Simeulue terasa diayun- ayun di tengah kedalaman Samudra Hindia Senin tengah 
malam itu, teriakan "smong" pun bergema kembali di seantero daratan Simeulue.

Bagi warga Simeulue, teriakan "smong" tidak perlu dijawab dan juga tidak perlu 
diperdebatkan siapa yang berhak menyuarakannya. Namun, begitu mendengar 
teriakan "smong", lazimnya semua warga Simeulue seolah dikomando harus berlari 
ke luar rumah menuju satu titik, yakni perbukitan.

Kearifan lokal yang sudah diwariskan turun-temurun oleh tetua Simeulue sejak 
ratusan tahun lalu itu ternyata bisa membuat warga Simeulue selamat dan 
terhindar dari bahaya tsunami sejak dulu sampai sekarang. "Smong" memang 
menakutkan sebab bagi warga Simeulue kata itu berarti tsunami.

Sejak teriakan "smong" Senin itu sampai sekarang ribuan warga Simeulue bertahan 
di pengungsian, yakni di kawasan di perbukitan. "Bisa dibayangkan, betapa panik 
dan hiruk- pikuknya warga Simeulue menjelang tengah malam itu," ungkap Bupati 
Simeulue Darmili yang dihubungi Kompas melalui telepon kemarin.

Bersyukur, tsunami tidak terjadi. Namun, seperti diakui Bupati Darmili, 
setidaknya lebih dari 20.000 warga Pulau Simeulue yang hingga tiga hari 
pascagempa masih terus bertahan hidup dengan bekal seadanya di berbagai lereng 
perbukitan.

Mengapa warga Simeulue tetap mengungsi di bukit? Menurut Darmili, ada dua 
alasan pokok. Pertama, umumnya ribuan warga mengungsi akibat rumah-rumah mereka 
tidak bisa dihuni lagi karena roboh diguncang gempa. Kedua, warga trauma dan 
takut akan terjadi tsunami, seperti tanggal 26 Desember 2004.

Gempa susulan yang terus terjadi dan isu bakal munculnya "smong" dahsyat memang 
telah memaksa warga setempat untuk terus mengungsi di tenda-tenda plastik di 
perbukitan.

Meski data konkret belum ada, Bupati Simeulue memastikan, sekitar 80 persen 
bangunan permanen terutama di kota Sinabang kini hancur. Pertokoan, rumah 
bertingkat, dan bangunan perkantoran di ibu kota Kabupaten Simeulue itu ambruk 
dan rata.

Jumlah korban tewas-dalam bencana kali ini-yang sudah diangkat dari reruntuhan 
sebanyak 17 orang dan puluhan korban lain yang luka-luka dirawat seadanya. 
Sebab, bangunan vital rumah sakit daerah kabupaten setempat juga rusak parah.

"Dibandingkan dengan tsunami akhir tahun 2004, kerusakan fisik dan jumlah 
korban jiwa akibat gempa 28 Maret lalu saya pastikan jauh lebih parah. Korban 
jiwa diprediksi akan bertambah karena sekitar 90 persen bangunan yang roboh 
sama sekali belum disentuh," ujar Darmili.

Ketika gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004, di Simeulue tercatat tujuh 
orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Bangunan yang rusak berat 3.793 unit 
dan rumah penduduk yang hilang diterjang tsunami 1.625 unit.

KENDATI dalam bencana kali ini terjadi kerusakan fisik (bangunan) yang cukup 
parah dan ada korban jiwa, hingga Kamis kemarin lokasi bencana di Pulau 
Simeulue masih belum tersentuh, terutama dalam hal evakuasi para korban dan 
pasokan bantuan.

Menurut Darmili, kondisi geografis Kabupaten Simeulue yang berada di Samudra 
Hindia membuat wilayah ini sulit dijangkau. Akses transportasi ke Pulau 
Simeulue selama ini terbatas. Wilayah seluas 198.021 hektar yang dihuni 78.128 
jiwa itu sejak dulu hanya bisa ditembus melalui laut atau via udara dengan 
menggunakan pesawat ukuran kecil, seperti jenis Cassa. Frekuensi penerbangan 
dan kedatangan kapal feri ke sana dua kali seminggu. Itu pun kerap tak pasti 
karena tergantung cuaca.

"Di saat normal saja Simeulue sudah begitu sukar dicapai. Apalagi sekarang 
setelah Bandar Udara Lasikin dan dermaga Pelabuhan Sinabang rusak akibat gempa, 
sudah pasti pulau ini makin terisolasi. Faktor inilah kini yang membuat proses 
evakuasi para korban gempa dan pendistribusian bantuan ke Simeulue masih 
tersendat," tutur Darmili.

Di tengah kesulitan akses transportasi, masyarakat Simeulue makin tidak berdaya 
karena pasokan bahan bakar minyak (BBM) sudah terhenti sejak hari Selasa lalu. 
Alat transportasi tidak bisa jalan karena tidak ada yang menjual BBM. Alat 
berat untuk evakuasi korban yang tertimbun reruntuhan bangunan dan 
menyingkirkan reruntuhan tersebut pun tidak bisa dioperasikan karena tidak ada 
BBM.

"Kami punya ekskavator, truk, ambulans, dan lain-lain yang bisa dikerahkan 
untuk mengevakuasi, tetapi karena tidak ada BBM, semua peralatan itu jadi 
lumpuh," ujar Darmili memaparkan.

Ia mengakui, sudah sejak dua tahun ini harga BBM di Simeulue jauh di atas harga 
patokan pemerintah. Bensin, misalnya, jika di daratan Sumatera harganya Rp 
2.400 per liter, di Simeulue Rp 6.500-Rp 7.000 per liter. Harga solar pun 
mencekik, rata-rata dijual eceran dengan harga Rp 4.500-Rp 5.000 per liter.

Gempa bumi dan tsunami membuat kehidupan warga di Simeulue kian terpuruk. 
Setelah masa kejayaan cengkeh, yang menjadi primadona kehidupan 95 persen 
penduduk, Simeulue terpuruk pada era 1990-an. Sejak itu pula ekonomi di 
kabupaten pulau itu mulai lambat berdenyut. Memang tidak sekarat, tetapi roda 
perekonomian Simeulue bergerak lamban.

Jika penanganan Simeulue pascabencana kali ini tidak serius dilakukan, pulau 
ini dengan sendirinya akan terus tersisih.

Simeuleu, pulau terluar Indonesia, memang harus segera disentuh. Sebab, daerah 
itu kini sangat membutuhkan pertolongan, terutama bantuan untuk evakuasi para 
korban gempa.

Pulau Simeulue memang tidak separah Nias pascagempa atau tidak sehancur kota 
Banda Aceh pascatsunami, tetapi bagaimanapun Simeulue itu wilayah 
Indonesia....(Ahmad Zulkani)

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give underprivileged students the materials they need to learn. 
Bring education to life by funding a specific classroom project.
http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Simeulue Ternyata Belum Tersentuh...