[list_indonesia] [ppiindia] Risiko Partai Bela Kader Korupsi

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Wed, 16 Mar 2005 21:31:57 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.suaramerdeka.com/harian/0503/17/opi3.htm
Kamis, 17 Maret 2005WACANA

Risiko Partai Bela Kader Korupsi
Oleh : Novel Ali

KESADARAN salah kaprah, terjadi dalam kehidupan politik di negara kita. 
Kesadaran yang salah itu adalah menafsirkan keberadaan partai politik 
(parpol) sebagai kemutlakan kesatuan kepentingan orang-orang partai.

Karenanya, tidak mengherankan jika sudah sejak lama muncul gejala umum di 
tengah kehidupan partai di negeri ini, yang menganalogikan kepentingan 
orang-orang partai, khususnya para petinggi atau elite partai, sebagai 
bagian dari kemutlakan kepentingan partai. Kecenderungan demikian, tampak 
dari beberapa kasus pembelaan elite partai terhadap kader-kadernya (kader 
partai) yang melakukan tindak pidana korupsi.

Pembelaan partai atas kadernya yang dalam status tersangka, apalagi terdakwa 
kasus korupsi, dalam jangka sangat pendek, mungkin belum akan terasa 
risikonya. Tetapi, dalam jangka pendek dan panjang (meso dan makro), ketika 
petinggi atau elite partai membela mati-matian sejawatnya yang korup, citra 
dan nama baik partai akan rusak.

Kita bisa memahami, betapa solidaritas kelompok (pendukung partai), apalagi 
solidaritas di struktur atas, mutlak diperlukan guna mempertahankan 
eksistensi partai. Pertanyaannya, apakah kesalahan dan dosa publik, apalagi 
pelanggaran hukum yang dilakukan para kader partai (termasuk tindak pidana 
korupsi), boleh memperoleh simpati hingga pembelaan? Pertanyaan lain, apakah 
solidaritas kelompok dapat dibiarkan melanggar otoritas hukum?

Jawaban atas kedua pertanyaan itu, memberi rambu kenistaan partai yang 
membela kadernya yang korup. Risiko partai yang membela kadernya yang 
melakukan tindak pidana korupsi, juga yang melecehkan rasa keadilan 
masyarakat, dan bersikap amoral dalam menyiasati demokrasi, terlalu mahal 
untuk dibiarkan berlanjut.

Dari itu, tidak berlebihan jika seluruh partai di Indonesia sekarang, perlu 
bercermin kepada salah satu (bahkan mungkin hanya satu-satunya) partai, yang 
mendapat julukan partai bersih di negara kita, sekarang. Penulis tidak 
bermaksud mempromosikan nama baik partai dimaksud, dengan meminta kepada 
seluruh petinggi dan elite partai yang mana pun untuk bertanya (sekalipun) 
kepada "rumput yang bergoyang, apa nama partai bersih dimaksud."
Virus Kekuasaan
Suka atau tidak suka, kita perlu berani melihat kenyataan, betapa sudah 
sejak lama kebanyakan partai di Indonesia terjangkiti virus kekuasaan. Virus 
demikian menyudutkan partai untuk berani melakukan intervensi dalam berbagai 
proses hukum, terutama proses hukum yang melibatkan kepentingan individu 
petinggi atau elite partainya.

Intervensi partai dalam proses hukum tersebut berdampak negatif baik bagi 
kehidupan hukum itu sendiri maupun dalam ranah (moral) politiknya secara 
keseluruhan. Kedua dampak negatif itu membuat masalah hukum bergeser menjadi 
persoalan politik. Sementara persoalan politik direkayasa sedemikian rupa 
menjadi landasan penegakan hukum (law enforcement).

Jika kecenderungan demikian dibiarkan berlanjut, cepat atau lambat bangsa 
kita akan mengalami kesulitan absolut dalam memilih dan memilih kepentingan 
politik dengan kepentingan hukum. Jika kepentingan politik merupakan 
subordinasi kepentingan hukum, maka supremasi hukum akan bisa tetap kita 
tegakkan. Tetapi, sebaliknya, kalau kelak kita benar-benar kehilangan 
kemampuan memilah serta memilih aspek politik dari kepentingan hukum, bukan 
mustahil politik akan menjadi panglima di negeri ini. Sementara, hukum 
diposisikan sebagai budaknya politik.

Berbagai kasus yang melibatkan sikap dan perilaku sejumlah petinggi dan 
elite partai membuat rakyat menarik kesimpulan, keadilan hukum telah 
dikorbankan elite partai demi kepentingan politik. Keadilan hukum direkayasa 
sedemikian rupa, baik untuk membela kepentingan individual petinggi atau 
elite partainya, maupun guna mempertahankan kekuasaan (status quo). Di 
samping, sebaliknya, buat merintis perebutan kekuasaan (struggle for power), 
di waktu mendatang.

Kebiasaan elite partai melakukan intervensi dalam proses hukum membuat 
partai kehilangan kemampuan pencitraan diri. Ini mengakibatkan para elite 
partai, apalagi massa pendukungnya di tingkat bawah, tidak lagi bisa 
memahami ideologi partai. Selain tidak pula mampu mempertegas visi dan misi 
partai demi sebesar-besarnya kepentingan negara dan bangsa.
Kebajikan Umum

Tidak dipunyainya jati diri partai, semakin memosisikan partai sebagai wadah 
akumulatif kepentingan yang beraneka ragam (termasuk yang bukan kepentingan 
politik), dari segelintir orang, yaitu penguasa partai. Akibatnya, partai 
tidak lagi mempunyai platform perjuangan dan gerak yang mapan.

Hal itu semakin memperburuk "wajah" partai, karena bersamaan dengannya, visi 
dan misi partai pun tidak mampu merasuk ke "jiwa" publik, yang mengarah 
empati partai - massa pendukung.

Kegagalan ini, membuat partai semakin kesulitan menjaring simpati dan 
dukungan massa akar rumput, lantaran kemampuannya terbatas pada segelintir 
elite sebagai pengelola partai.

Sejalan dengannya, kesibukan partai sarat dengan pemenuhan kepentingan 
mikro. Seolah partai dibentuk semata-mata untuk memperjuangkan kepentingan 
jangka pendek bagi sejumlah elite partainya. Baik demi kepentingan kekuasaan 
mereka, maupun guna profit making (memperkaya diri) elite partai, dengan 
mempergunakan kendaraan politik (partai).

Semua uraian terdahulu, semakin memperjelas kita, sedikitnya membantu kita 
memahami realitas, betapa mudahnya petinggi partai membela kadernya yang 
melakukan tindak pidana korupsi, atau perbuatan tercela lainnya. Sesuatu 
yang seharusnya dicegah petinggi atau elite partai, justru menjadi menu 
harian mereka, dengan segala risikonya bagi kepentingan jangka menengah dan 
jangka panjang partai itu sendiri.

Peringatan (warning) dimaksud tidak berlebihan, bila kita mencoba memahami, 
betapa partai memang merupakan wadah atau organisasi untuk memperjuangkan 
kepentingan pendukungnya. Hanya saja, kepentingan konstituen yang harus 
diperjuangkan partai, semata-mata adalah kepentingan politik, bukan 
kepentingan kekuasaan (rakus kekuasaan) yang memungkinkan mereka 
menghalalkan cara guna mempertahankan atau memperebutkan kekuasaan. Bukan 
pula kepentingan ekonomi, terutama demi memperkaya diri.

Sebab, manakala dalam kehidupan partai dibiarkan pemutlakan kerakusan 
kekuasaan, atau prioritasisasi money making, maka pendukung partai yang 
tidak merasa memperoleh manfaat apa-apa dari kedua kecenderungan tersebut, 
akan meninggalkan partai yang pernah dipilihnya pada pesta demokrasi lalu. 
Ataupun yang direncanakan akan dipilih, pada pemilu mendatang.

Konsekuensinya, seluruh elite atau petinggi partai di negeri ini, seharusnya 
tidak lagi memberi pembelaan (di luar proses hukum), terhadap kadernya yang 
korup. Juga terhadap kader partai yang melakukan pelanggaran hukum, 
melecehkan rasa keadilan masyarakat, membohongi publik, serta melanggar 
prinsip dan etika demokrasi.

Jika elite dan petinggi partai masih suka dan terbiasa membela kader yang 
salah seperti diuraikan di atas, akan merusak eksistensi partai sebagai 
penegak kebajikan umum (public good). Risikonya, cepat atau lambat, partai 
dimaksud akan ditinggalkan simpatisan serta pendukungnya. (18)
- Novel Ali, Dewan Etik KP2KKN (Komite Penyelidikan dan Pemberantasan 
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) Jawa Tengah 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Risiko Partai Bela Kader Korupsi