** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** --- In ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, "Ambon" <sea@xxxx> wrote: > http://www.suarapembaruan.com/News/2003/02/05/index.html > SUARA PEMBARUAN DAILY > > Menjembatani Islam dan Barat > Oleh Muhamad Ali ---------------------- Bukan main. Tulisan yang patut kita renungkan bersama. Intellektual dan tidak emosional. Selamat berakhir minggu. salam danardono -------------- > > Pelajaran berharga yang dapat dipetik dari musibah 11 September 2001 di > Amerika Serikat (AS), 12 Oktober 2002 di Bali, rencana AS menyerang Irak, > dan kebijakan wajib lapor bagi warga negara Muslim, termasuk Indonesia, yang > tinggal di AS, adalah pentingnya kesadaran akan dialog antarperadaban, > dengan melibatkan sebanyak-banyaknya tokoh politik, cendekiawan dan > masyarakat. Hal itu terjadi karena selama ini tidak terjadi saling memahami > antardua peradaban yang kelihatan bertolak belakang, padahal sesungguhnya > memiliki kesamaan-kesamaan. > > Peristiwa-peristiwa teror tidak hanya menimbulkan dampak politik, keamanan, > dan ekonomi, tapi juga dampak keagamaan, budaya, dan peradaban. Kerugian > tidak hanya tewasnya ribuan orang tak berdosa, sedihnya keluarga dan kerabat > yang ditinggalkan, hancurnya gedung, dan hilangnya pekerjaan jutaan pegawai > penerbangan internasional, tapi juga merebaknya pelecehan dan sentimen > anti-Arab dan anti-Islam di negara-negara Barat dan Eropa, serta > anti-Amerika, anti-Barat, dan anti-Kristen di negara-negara berpenduduk > Muslim. > > Bahasa-bahasa keagamaan seperti jihad dan kafir pun diangkat sebagian umat > beragama. Osama bin Laden sendiri membuat pernyataan tertulis yang menunjuk > Amerika, Kristen, Yahudi, dan sekutu-sekutunya sebagai musuh Islam, dan > menyerukan umat Islam untuk "berjihad". > > Di pihak lain, di media massa Barat, citra Islam sebagai agama teroris belum > surut, masih saja bernada peyoratif dan negatif, bahwa Islam membenarkan > terorisme. Terakhir, kebijakan imigrasi pemerintah AS terhadap sebagian > warga negara dari negara-negara Muslim (termasuk Indonesia) yang studi dan > tinggal di AS, dianggap diskriminatif dan tidak bersa- habat. > > Memang benturan antarperadaban tidak ditemukan, tetapi disalahgunakan > (Bassam Tibi, 1995). Sejarah umat manusia adalah sejarah peradaban- peradaban > yang berbeda, di mana berbagai budaya eksis. Di era globalisasi saat ini > kebutuhan akan jembatan-jembatan yang menghubungkan Islam dan Barat makin > mendesak. Ada banyak jalan, tapi banyak pula hambatan. > > Pengetahuan yang tidak lengkap (lack of knowledge) tentang agama dan > peradaban lain menjadi salah satu penyebab makin sulitnya membangun hubungan > yang bersahabat antarkelompok yang berbeda. Masing-masing merasa cukup > dengan informasi yang diterima, tanpa melalui proses check and balances. > > > Kecongkakan Budaya > > Kecongkakan budaya (cultural arrogance) bahwa sistem agama, budaya, dan > peradaban yang dianutnya yang paling unggul, membuat seseorang tidak berdaya > untuk tidak mengecilkan sistem agama, budaya, dan peradaban lain. Identitas > diri begitu kuat sehingga menafikan identitas the Other. Publik Barat masih > menganggap budaya dan peradaban mereka lebih maju, lebih superior > dibandingkan peradaban Timur, dan selalu berusaha melalui penguasaan > berbagai media informasi untuk mencitrakan bahwa superioritas itu adalah > keniscayaan sejarah modern. Tradisi orientalisme (yang intinya memandang the > Orient sebagai monolitik dan inferior) adalah salah satu ekspresi > superioritas itu, seperti telah dikritik Edward Said. > > Ada pula kendala teologis. Barat begitu bangga dengan karakter keagamaannya > dan sekulerismenya, sementara masyarakat Muslim fanatik dengan sistem > budayanya yang kaffah (sempurna) dan diyakini bertentangan secara diametral > dengan peradaban Barat. > > Banyak Muslim masih terlena dengan tekstualisme dalam bentuk penghidupan > kembali konsep dar al-Islam dan dar al-harb bikinan mujtahid masa lalu > ketika kekhalifahan Islam masih ada. Misalnya, negara AS dicap dar al-harb > (negara wilayah perang) dan orang-orang Amerika dianggap kafir harby (yang > wajib diperangi). Tentu saja pemahaman seperti itu tidak cocok dengan konsep > negara-bangsa (nation-state) yang dianut semua negara Muslim saat ini. > Apalagi, Amerika adalah negara yang pluralistik, di mana Islam berkembang > pesat dan dianut tidak hanya oleh pendatang tetapi juga pribumi. Kehidupan > keagamaan di Amerika pun cukup semarak. Meskipun negaranya disebut sekuler, > masyarakatnya tidak selalu sekuler. > > Pemahaman sebagian kaum Muslim bahwa seluruh warga AS pro-zionisme Israel > juga tidak didukung fakta. Cukup banyak orang Yahudi yang anti- zionisme dan > sangat aktif berkampanye anti-penjajahan modern Israel atas Palestina. > Begitu pula banyak masyarakat AS, termasuk kalangan agamawan, memprotes > rencana serangan AS ke Irak. > > Sebagian Muslim pun masih enggan mempelajari sejarah dan tradisi Barat. > Tradisi oksidentalisme (ilmu tentang Barat) belum mendapat tempat di dunia > Timur. Padahal, oksidentalisme bakal membantu terjalinnya hubungan Barat dan > Timur secara akademik dan kultural. Hal itu juga akan mengembangkan tradisi > dialog (bukan monolog) antarperadaban. Dunia Timur akan belajar sejarah > Barat sebagai sebuah peradaban. > > Kendala lain adalah ang-gapan bahwa demokrasi dan civil society berasal dari > Barat. Oleh masyarakat yang cenderung memolitisasi agama dan > fundamentalistik anti-Barat, demokrasi dan civil society dianggap sebagai > solutions imported from the West (al-hulul al-mustawradah) dan karena itu > harus ditolak. Padahal, nilai-nilai persamaan dan partisipasi yang menjadi > inti demokrasi dan civil society juga terdapat dalam Islam. > > > Paradoks > > Anti-Barat di satu sisi dan anti-Islam di sisi lain memperlihatkan paradoks > globalisasi. Seperti kata David Held, globalisasi dalam wilayah- wilayah > komunikasi dan informasi tidak menciptakan a sense of common purpose. > Karenanya hambatan-hambatan politik dan budaya tetap besar. > > Kendala politik tidak kalah berpengaruh terhadap sulitnya dialog. Politik > luar negeri Amerika yang masih menyisakan banyak masalah bagi dunia Muslim > seperti standar ganda menyangkut konflik Palestina-Israel dan dukungannya > terhadap rezim otoriter negara-negara Arab, ketidaksensitifan pemerintah dan > pengamat Barat yang cenderung menggeneralisasi dunia Muslim. > > Banyak pakar dunia, termasuk Huntington dan banyak kalangan umat Islam tidak > memberikan kemungkinan berkembangnya visi hidup yang lebih dialogis dan > harmonis. Huntington tidak melihat sejarah harmonis umat manusia, termasuk > antara umat beragama dan peradaban yang berbeda. Ia lebih tertarik dengan > perbedaan-perbedaan tradisi, agama, dan peradaban umat manusia, daripada > persamaan-persamaan dan hubungan serasi dalam sejarah masa lalu dan masa > sekarang. > > Ia juga melihat Islam sebagai satu entitas monolitik, seperti halnya Barat > sebagai satu entitas lain yang juga monolitik. Seolah tidak ada saling > mempengaruhi dan melengkapi dalam kehidupan masyarakat dan bangsa di dunia. > > Sikap terbuka (open-mindedness) dari kedua pihak adalah prasyarat bagi upaya > menjembatani kesenjangan-kesenjangan itu. Kita membutuhkan pendekatan lintas > budaya (Bassam Tibi, 1997). Demokrasi dan civil society adalah jembatan > Islam dan Barat. Kesatuan Islam dalam hal pandangan dunia dan keberagamaan > Islam dalam hal budaya-budaya lokal dapat disebut peradaban Islam. > > Memang ada garis-garis pemisah antara peradaban-peradaban dunia. Tetapi > karena semua umat manusia, tanpa kecuali, merupakan kesatuan kemanusiaan > (one humanity), seharusnya ada nilai-nilai bersama yang menyatukan seluruh > manusia demi perdamaian dunia. Nilai-nilai itu, menurut Tibi, adalah > demokrasi dan civil society. Atau menurut Adam Seligman (1992), persyaratan > pokok bagi demokratisasi dan perdamaian demokratis adalah pengembangan civil > society. > > Mengapa demokrasi? Demokrasi tidak menginginkan perang. Demokrasi mengatasi > konflik dengan cara-cara damai melalui negosiasi. Atas dasar pluralisme > budaya, bukan universalisme ataupun relativisme, karena kedua hal itu > cenderung menimbulkan benturan dan membahayakan perdamaian dunia. (The > limits of pluralism: Neo-absolutism and relativism, 1994). Benturan > antar-peradaban pada dasarnya adalah benturan antara fundamentalis. (Michele > Schmiegelow, 1997). > > Esensi dialog adalah pertemuan antara orang-orang dalam suasana saling > percaya, terus terang, dan jujur. Orang Islam dan orang Kristen, orang Arab > dan orang Amerika, berkumpul dalam satu tempat untuk berbicara dan > mendengar. Tujuan dialog antar-peradaban adalah terciptanya saling memahami, > saling menghormati, dan saling belajar, dan bekerja sama. > > Masing-masing pihak seharusnya membumikan pluralisme paradaban. Karena peran > media massa begitu penting, maka misalnya, media massa di Barat menurunkan > tulisan tentang apa itu Islam dan sejarah Islam secara lebih objektif. > > Lembaga-lembaga non-pemerintah yang bergerak dalam dialog agama dan > peradaban kini semakin diperlukan. Informasi yang lebih lengkap mengenai > sesuatu yang menyangkut diri sendiri dan orang lain sangat dibutuhkan. > Tokoh-tokoh politik, agamawan, dan ilmuwan seharusnya lebih banyak lagi > melibatkan diri mereka dalam dialog antaragama dan peradaban. > > Kajian yang lebih intens tentang hubungan agama dan modernitas terasa makin > penting dilakukan. Hubungan antara nilai-nilai Islam dan demokrasi, > pluralisme, perdamaian, dan HAM, harus terus mendapat tempat dalam ruang > publik, tidak berkutat pada simbol-simbol agama. Dengan begitu, kita sedang > menyemai masa depan peradaban dunia yang lebih damai dan konstruktif. > > Penulis adalah dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah > Jakarta. > > Last modified: 5/2/2003 ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today! http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **