[list_indonesia] [ppiindia] Re: Menjembatani Islam dan Barat

  • From: "RM Danardono HADINOTO" <rm_danardono@xxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Fri, 25 Mar 2005 09:29:54 -0000

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **


--- In ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, "Ambon" <sea@xxxx> wrote:
> http://www.suarapembaruan.com/News/2003/02/05/index.html
> SUARA PEMBARUAN DAILY
> 
> Menjembatani Islam dan Barat
> Oleh Muhamad Ali

----------------------
Bukan main. Tulisan yang patut kita renungkan bersama. Intellektual 
dan tidak emosional.

Selamat berakhir minggu.

salam

danardono

--------------









> 
> Pelajaran berharga yang dapat dipetik dari musibah 11 September 
2001 di
> Amerika Serikat (AS), 12 Oktober 2002 di Bali, rencana AS menyerang 
Irak,
> dan kebijakan wajib lapor bagi warga negara Muslim, termasuk 
Indonesia, yang
> tinggal di AS, adalah pentingnya kesadaran akan dialog 
antarperadaban,
> dengan melibatkan sebanyak-banyaknya tokoh politik, cendekiawan dan
> masyarakat. Hal itu terjadi karena selama ini tidak terjadi saling 
memahami
> antardua peradaban yang kelihatan bertolak belakang, padahal 
sesungguhnya
> memiliki kesamaan-kesamaan.
> 
> Peristiwa-peristiwa teror tidak hanya menimbulkan dampak politik, 
keamanan,
> dan ekonomi, tapi juga dampak keagamaan, budaya, dan peradaban. 
Kerugian
> tidak hanya tewasnya ribuan orang tak berdosa, sedihnya keluarga 
dan kerabat
> yang ditinggalkan, hancurnya gedung, dan hilangnya pekerjaan jutaan 
pegawai
> penerbangan internasional, tapi juga merebaknya pelecehan dan 
sentimen
> anti-Arab dan anti-Islam di negara-negara Barat dan Eropa, serta
> anti-Amerika, anti-Barat, dan anti-Kristen di negara-negara 
berpenduduk
> Muslim.
> 
> Bahasa-bahasa keagamaan seperti jihad dan kafir pun diangkat 
sebagian umat
> beragama. Osama bin Laden sendiri membuat pernyataan tertulis yang 
menunjuk
> Amerika, Kristen, Yahudi, dan sekutu-sekutunya sebagai musuh Islam, 
dan
> menyerukan umat Islam untuk "berjihad".
> 
> Di pihak lain, di media massa Barat, citra Islam sebagai agama 
teroris belum
> surut, masih saja bernada peyoratif dan negatif, bahwa Islam 
membenarkan
> terorisme. Terakhir, kebijakan imigrasi pemerintah AS terhadap 
sebagian
> warga negara dari negara-negara Muslim (termasuk Indonesia) yang 
studi dan
> tinggal di AS, dianggap diskriminatif dan tidak bersa- habat.
> 
> Memang benturan antarperadaban tidak ditemukan, tetapi 
disalahgunakan
> (Bassam Tibi, 1995). Sejarah umat manusia adalah sejarah peradaban-
peradaban
> yang berbeda, di mana berbagai budaya eksis. Di era globalisasi 
saat ini
> kebutuhan akan jembatan-jembatan yang menghubungkan Islam dan Barat 
makin
> mendesak. Ada banyak jalan, tapi banyak pula hambatan.
> 
> Pengetahuan yang tidak lengkap (lack of knowledge) tentang agama dan
> peradaban lain menjadi salah satu penyebab makin sulitnya membangun 
hubungan
> yang bersahabat antarkelompok yang berbeda. Masing-masing merasa 
cukup
> dengan informasi yang diterima, tanpa melalui proses check and 
balances.
> 
> 
> Kecongkakan Budaya
> 
> Kecongkakan budaya (cultural arrogance) bahwa sistem agama, budaya, 
dan
> peradaban yang dianutnya yang paling unggul, membuat seseorang 
tidak berdaya
> untuk tidak mengecilkan sistem agama, budaya, dan peradaban lain. 
Identitas
> diri begitu kuat sehingga menafikan identitas the Other. Publik 
Barat masih
> menganggap budaya dan peradaban mereka lebih maju, lebih superior
> dibandingkan peradaban Timur, dan selalu berusaha melalui penguasaan
> berbagai media informasi untuk mencitrakan bahwa superioritas itu 
adalah
> keniscayaan sejarah modern. Tradisi orientalisme (yang intinya 
memandang the
> Orient sebagai monolitik dan inferior) adalah salah satu ekspresi
> superioritas itu, seperti telah dikritik Edward Said.
> 
> Ada pula kendala teologis. Barat begitu bangga dengan karakter 
keagamaannya
> dan sekulerismenya, sementara masyarakat Muslim fanatik dengan 
sistem
> budayanya yang kaffah (sempurna) dan diyakini bertentangan secara 
diametral
> dengan peradaban Barat.
> 
> Banyak Muslim masih terlena dengan tekstualisme dalam bentuk 
penghidupan
> kembali konsep dar al-Islam dan dar al-harb bikinan mujtahid masa 
lalu
> ketika kekhalifahan Islam masih ada. Misalnya, negara AS dicap dar 
al-harb
> (negara wilayah perang) dan orang-orang Amerika dianggap kafir 
harby (yang
> wajib diperangi). Tentu saja pemahaman seperti itu tidak cocok 
dengan konsep
> negara-bangsa (nation-state) yang dianut semua negara Muslim saat 
ini.
> Apalagi, Amerika adalah negara yang pluralistik, di mana Islam 
berkembang
> pesat dan dianut tidak hanya oleh pendatang tetapi juga pribumi. 
Kehidupan
> keagamaan di Amerika pun cukup semarak. Meskipun negaranya disebut 
sekuler,
> masyarakatnya tidak selalu sekuler.
> 
> Pemahaman sebagian kaum Muslim bahwa seluruh warga AS pro-zionisme 
Israel
> juga tidak didukung fakta. Cukup banyak orang Yahudi yang anti-
zionisme dan
> sangat aktif berkampanye anti-penjajahan modern Israel atas 
Palestina.
> Begitu pula banyak masyarakat AS, termasuk kalangan agamawan, 
memprotes
> rencana serangan AS ke Irak.
> 
> Sebagian Muslim pun masih enggan mempelajari sejarah dan tradisi 
Barat.
> Tradisi oksidentalisme (ilmu tentang Barat) belum mendapat tempat 
di dunia
> Timur. Padahal, oksidentalisme bakal membantu terjalinnya hubungan 
Barat dan
> Timur secara akademik dan kultural. Hal itu juga akan mengembangkan 
tradisi
> dialog (bukan monolog) antarperadaban. Dunia Timur akan belajar 
sejarah
> Barat sebagai sebuah peradaban.
> 
> Kendala lain adalah ang-gapan bahwa demokrasi dan civil society 
berasal dari
> Barat. Oleh masyarakat yang cenderung memolitisasi agama dan
> fundamentalistik anti-Barat, demokrasi dan civil society dianggap 
sebagai
> solutions imported from the West (al-hulul al-mustawradah) dan 
karena itu
> harus ditolak. Padahal, nilai-nilai persamaan dan partisipasi yang 
menjadi
> inti demokrasi dan civil society juga terdapat dalam Islam.
> 
> 
> Paradoks
> 
> Anti-Barat di satu sisi dan anti-Islam di sisi lain memperlihatkan 
paradoks
> globalisasi. Seperti kata David Held, globalisasi dalam wilayah-
wilayah
> komunikasi dan informasi tidak menciptakan a sense of common 
purpose.
> Karenanya hambatan-hambatan politik dan budaya tetap besar.
> 
> Kendala politik tidak kalah berpengaruh terhadap sulitnya dialog. 
Politik
> luar negeri Amerika yang masih menyisakan banyak masalah bagi dunia 
Muslim
> seperti standar ganda menyangkut konflik Palestina-Israel dan 
dukungannya
> terhadap rezim otoriter negara-negara Arab, ketidaksensitifan 
pemerintah dan
> pengamat Barat yang cenderung menggeneralisasi dunia Muslim.
> 
> Banyak pakar dunia, termasuk Huntington dan banyak kalangan umat 
Islam tidak
> memberikan kemungkinan berkembangnya visi hidup yang lebih dialogis 
dan
> harmonis. Huntington tidak melihat sejarah harmonis umat manusia, 
termasuk
> antara umat beragama dan peradaban yang berbeda. Ia lebih tertarik 
dengan
> perbedaan-perbedaan tradisi, agama, dan peradaban umat manusia, 
daripada
> persamaan-persamaan dan hubungan serasi dalam sejarah masa lalu dan 
masa
> sekarang.
> 
> Ia juga melihat Islam sebagai satu entitas monolitik, seperti 
halnya Barat
> sebagai satu entitas lain yang juga monolitik. Seolah tidak ada 
saling
> mempengaruhi dan melengkapi dalam kehidupan masyarakat dan bangsa 
di dunia.
> 
> Sikap terbuka (open-mindedness) dari kedua pihak adalah prasyarat 
bagi upaya
> menjembatani kesenjangan-kesenjangan itu. Kita membutuhkan 
pendekatan lintas
> budaya (Bassam Tibi, 1997). Demokrasi dan civil society adalah 
jembatan
> Islam dan Barat. Kesatuan Islam dalam hal pandangan dunia dan 
keberagamaan
> Islam dalam hal budaya-budaya lokal dapat disebut peradaban Islam.
> 
> Memang ada garis-garis pemisah antara peradaban-peradaban dunia. 
Tetapi
> karena semua umat manusia, tanpa kecuali, merupakan kesatuan 
kemanusiaan
> (one humanity), seharusnya ada nilai-nilai bersama yang menyatukan 
seluruh
> manusia demi perdamaian dunia. Nilai-nilai itu, menurut Tibi, adalah
> demokrasi dan civil society. Atau menurut Adam Seligman (1992), 
persyaratan
> pokok bagi demokratisasi dan perdamaian demokratis adalah 
pengembangan civil
> society.
> 
> Mengapa demokrasi? Demokrasi tidak menginginkan perang. Demokrasi 
mengatasi
> konflik dengan cara-cara damai melalui negosiasi. Atas dasar 
pluralisme
> budaya, bukan universalisme ataupun relativisme, karena kedua hal 
itu
> cenderung menimbulkan benturan dan membahayakan perdamaian dunia. 
(The
> limits of pluralism: Neo-absolutism and relativism, 1994). Benturan
> antar-peradaban pada dasarnya adalah benturan antara fundamentalis. 
(Michele
> Schmiegelow, 1997).
> 
> Esensi dialog adalah pertemuan antara orang-orang dalam suasana 
saling
> percaya, terus terang, dan jujur. Orang Islam dan orang Kristen, 
orang Arab
> dan orang Amerika, berkumpul dalam satu tempat untuk berbicara dan
> mendengar. Tujuan dialog antar-peradaban adalah terciptanya saling 
memahami,
> saling menghormati, dan saling belajar, dan bekerja sama.
> 
> Masing-masing pihak seharusnya membumikan pluralisme paradaban. 
Karena peran
> media massa begitu penting, maka misalnya, media massa di Barat 
menurunkan
> tulisan tentang apa itu Islam dan sejarah Islam secara lebih 
objektif.
> 
> Lembaga-lembaga non-pemerintah yang bergerak dalam dialog agama dan
> peradaban kini semakin diperlukan. Informasi yang lebih lengkap 
mengenai
> sesuatu yang menyangkut diri sendiri dan orang lain sangat 
dibutuhkan.
> Tokoh-tokoh politik, agamawan, dan ilmuwan seharusnya lebih banyak 
lagi
> melibatkan diri mereka dalam dialog antaragama dan peradaban.
> 
> Kajian yang lebih intens tentang hubungan agama dan modernitas 
terasa makin
> penting dilakukan. Hubungan antara nilai-nilai Islam dan demokrasi,
> pluralisme, perdamaian, dan HAM, harus terus mendapat tempat dalam 
ruang
> publik, tidak berkutat pada simbol-simbol agama. Dengan begitu, 
kita sedang
> menyemai masa depan peradaban dunia yang lebih damai dan 
konstruktif.
> 
> Penulis adalah dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif 
Hidayatullah
> Jakarta.
> 
> Last modified: 5/2/2003





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources 
often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today!
http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Re: Menjembatani Islam dan Barat