[list_indonesia] [ppiindia] Re: Kemiskinan Membunuh Ibu & Anak

  • From: "RM Danardono HADINOTO" <rm_danardono@xxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Mon, 21 Mar 2005 11:44:24 -0000

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **


Yang dibawah terpaksa bunuh diri, yang diatas berpesta pora.

Pesta demokrasi?

Masih PD menghadap Ilahi ketika berdoa?

Pertanyaan demi pertanyaan.

Salam

Danardono





--- In ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, "Ikranagara" <ikra@xxxx> wrote:
> 
> Dari milis LISI:
> 
> http://www.kompas.com/kompas-cetak/0412/17/utama/1444219.htm
> 
> Kemiskinan Memaksa Ibu Bunuh Diri Bersama Dua Anaknya
> 
> Pengangguran merajalela, sementara yang bekerja, upah
> begitu kecil. Tidak sepadan dengan biaya sekolah,
> kesehatan, serta biaya hidup lainnya yang begitu
> tinggi. Hal ini mengakibatkan banyak rakyat miskin
> yang bunuh diri karena masalah ekonomi.
> 
> Di sisi lain, gaji anggota DPR Rp 25 juta sebulan,
> gaji presiden jauh lebih tinggi lagi, dan gaji
> Direktur BUMN dapat mencapai Rp 150 juta bahkan Rp 250
> juta per bulan.
> 
> Tak ada pemerataan. Hampir tak ada pejabat yang
> memeriksa kondisi rakyatnya yang miskin dan membantu
> mereka.
> 
> Hal ini kontradiktif sekali dengan Khalifah Umar ra
> yang selalu memeriksa kondisi rakyatnya secara
> sembunyi2 dan langsung mengangkut karung makanan
> sendiri dengan tangannya ketika mendapat seorang ibu
> yang kelaparan.
> 
> Tapi pemimpin yang peduli rakyat seperti itu, sekarang
> seperti hanya ada di "dongeng zaman dahulu kala."
> 
> "Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh
> tipu daya, di masa itu para pendusta dibenarkan
> omongannya sedangkan orang-orang jujur didustakan, di
> masa itu para pengkhianat dipercaya sedangkan orang
> yang terpercaya justru tidak dipercaya, dan pada masa
> itu muncul Ruwaibidlah, ditanyakan kepada beliau Saw
> apa itu Ruwaibidlah? Rasul menjawab: Seorang yang
> bodoh yang dipercaya berbicara tentang masalah
> rakyat/publik." [HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah].
> 
> Jumat, 17 Desember 2004
> 
> Kemiskinan Memaksa Ibu Bunuh Diri Bersama Dua Anaknya
> 
> MAHFUD (32) tampak lemas. Masih amat segar dari
> ingatannya kematian Jasih (istrinya) dan Galuh
> Permana, anaknya yang baru berusia empat tahun, ia
> kembali harus menghadapi kenyataan pahit.
> 
> Kamis (16/12) sekitar pukul 09.00, Galang Ramadhan (6)
> putra pertamanya juga menyusul ibu dan adiknya. Galang
> meninggal dalam kesakitan yang sangat akibat luka
> bakar di sekujur tubuhnya.
> 
> "Saya masih ingat kemarin (Rabu) jam 18.00 ia masih
> sadar dan bisa bicara. Dia bilang kalau Galang mau
> sembuh, Galang sayang sama papa. Galang takut sama
> mama. Setelah itu saya peluk dia," cerita Mahfud
> dengan isak tertahan di ruang tunggu kamar mayat Rumah
> Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, kemarin.
> 
> Bagi lelaki asal Desa Panambangan, Kecamatan Sindang
> Laut, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat ini meninggalnya
> Galang, Galuh, dan Jasih berarti hilangnya harapan,
> kebanggaan, sekaligus citra dirinya.
> 
> "Saya enggak tahu lagi apa yang harus saya lakukan.
> Semua yang dekat dengan saya diambil. Saya bingung,"
> keluh Mahfud dengan air mata berurai.
> 
> Mahfud memang sangat pantas bersedih. Rabu dini hari
> lalu, Jasih membakar diri bersama kedua anaknya di
> rumah kontrakan mereka di Jalan Lagoa Gang III,
> Kelurahan Lagoa, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.
> 
> Jasih bunuh diri dengan cara menyiramkan minyak tanah
> ke tempat tidur dan ke tubuh dirinya dan kedua
> anaknya. Saat itu kedua anaknya tengah tidur. Galuh
> yang saat itu tengah sakit dan tak berdaya, tidak bisa
> berbuat apa-apa ketika api melahap tubuhnya yang kurus
> itu.
> 
> Sedangkan Galang masih sempat terbangun dan berlari
> menyelamatkan diri. Meski demikian, seluruh tubuhnya
> melepuh akibat luka bakar yang sangat serius. Sehari
> kemudian, dia pun menyusul kepergian ibu dan adik
> kesayangannya di tengah deraan kemiskinan.
> 
> YANG paling membuat Mahfud terpukul, mereka bunuh diri
> ketika ditinggal pergi bekerja sebagai kuli alat berat
> di Pelabuhan Tanjung Priok. Mahfud sendiri saat
> dikabari tetangganya mengira Galuh, putra keduanya
> yang meninggal.
> 
> Pasalnya kondisi Galuh sudah kritis akibat kanker otak
> yang dideritanya selama setahun, dan mulai menyerang
> hebat tiga bulan lalu. Begitu mendengar kalau ada
> anaknya yang meninggal, saat itu Galuh mencoba tawakal
> 
> Saat itu dia berpikir bahwa itulah jalan yang
> dikehendaki Tuhan. Apalagi, sebagai orang tua dia dan
> Jasih sudah berusaha maksimal untuk menyembuhkan sakit
> kanker otak yang diderita anaknya itu.
> 
> "Sejak tiga bulan lalu, dokter meminta supaya anak
> saya diobati seminggu sekali. Tapi saya tidak mampu
> karena setiap berobat butuh uang Rp 300.000. Saya
> hanya bisa membawa sebulan sekali," kata Mahfud.
> 
> Uang sebesar Rp 300.000 itu pun sudah dikumpulkan
> dengan susah payah dalam waktu sebulan. Bayangkan
> saja, sebagai kuli pelabuhan yang sehari-hari bekerja
> sebagai pengendali cran, Mahfud hanya mendapatkan
> bayaran tidak lebih dari Rp 500.000.
> 
> Dalam kondisi sepi, penghasilannya bisa lebih kecil
> lagi. Namun, kalau pas ada borongan bongkar muat
> dengan kapasitas banyak, ia mungkin bisa mendapatkan
> tambahan. Itu pun jarang sekali.
> 
> Uang sebesar itu ia gunakan untuk membiayai dua anak
> dan seorang istri. Meski sudah berkelana di Jakarta
> sejak sepuluh tahun lalu, kehidupan Mahfud tidak juga
> berubah lebih baik. Buktinya, hingga saat ini dia
> hanya mampu mengontrak rumah petak dengan harga sewa
> Rp 2 juta per tahun.
> 
> ."Sulit nyari uang. Mungkin tidak hanya saya, tetapi
> semua orang tahu. Nyari uang itu sulit," kata Mahfud
> berkali-kali.
> 
> Meskipun sulit mendapatkan uang, Mahfud tidak cepat
> menyerah. Terpaan derita yang mereka alami dengan
> sakitnya Galuh, membuat mereka harus lebih ketat
> mengencangkan ikat pinggang. Hanya satu keinginan
> mereka ketika itu, ingin agar Galuh bisa sembuh dari
> sakitnya.
> 
> Ia sudah berkali-kali mengingatkan istrinya untuk
> sabar menghadapi cobaan ini. Karena itu, sama sekali
> tidak terlintas atau terbayang dalam pikirannya kalau
> istrinya menempuh jalan bunuh diri.
> 
> Mahfud sendiri tidak bisa menyatakan seperti apa
> perilaku istrinya sehari-hari. Demikian pula dengan
> pengalamannya selama menjalani hidup dengan Jasih.
> Setiap kali ditanya masalah tersebut, air mata Mahfud
> menetes. Beban berat mendadak membayang dalam
> pikirannya. "Saya enggak bisa ngomong itu, enggak
> bisa," kata Mahfud kembali menangis.
> 
> Mahfud menceritakan, pada Rabu petang itu saat dia
> berangkat bekerja, kehidupan rumah tangganya mengalir
> seperti biasa. Jasih juga tidak berbicara apa-apa.
> Entah pikiran semacam apa yang dirasakan Jasih ketika
> itu sehingga dia memilih bunuh diri, dan membawa serta
> dua anaknya.
> 
> Namun yang pasti, Mahfud menyatakan memang selama ini
> Jasih sering mengeluh mengenai kesehatan anak
> keduanya. Ia pun mengeluhkan besarnya biaya yang harus
> ditanggung, di tengah kemiskinan yang selalu
> menderanya.
> 
> Di Jakarta dan kota-kota lain di sekitarnya, tidak
> hanya Jasih yang nekat bunuh diri karena terjepit
> kesulitan ekonomi. Pada 2 Agustus lalu, Suwarni (34),
> ibu rumah tangga yang tengah hamil empat bulan, tewas
> setelah menelan racun serangga di kamar mandi rumah
> kontrakannya di Kampung Pinggir Rawa RT 03 RW 03,
> Bekasi Jaya, Bekasi Timur. Kepada suaminya pelaku
> sempat mengeluhkan kondisi ekonomi keluarga yang
> pas-pasan. Sehingga mereka tak mampu membiayai sekolah
> anak perempuan mereka yang baru lulus sekolah dasar
> (SD).
> 
> Sehari kemudian, Sari (21), ditemukan tewas tergantung
> di tiang pintu kamar kontrakannya dengan sehelai kain
> sarung di Kampung Panembong Kaler, Desa Mekarsari,
> Kecamatan Cianjur Kota. Pelaku diduga nekat mengakhiri
> hidupnya karena tak tahan menghadapi kesulitan ekonomi
> rumah tangganya.
> 
> Masih pada bulan yang sama, Sulaeman (21), warga RT
> 010 RW 009 Kelurahan Jembatan Besi, Kecamatan Tambora,
> Jakarta Barat, tewas gantung diri di plafon kamar
> tidurnya dengan menggunakan seprai warna merah
> bermotif kembang-Kembang. Pelaku diduga mengalami
> tekanan batin karena dikeluarkan dari pekerjaannya.
> 
> Suherman (32) juga ditemukan tewas tergantung di rumah
> orangtuanya di Jalan Banteng RT 02 RW 02, Kranji,
> Bekasi Barat pada September lalu. Bapak satu anak yang
> sudah menganggur satu tahun itu nekat mengakhiri
> hidupnya meskipun istrinya sedang hamil tiga bulan.
> 
> Sawijan (42), warga Wringinjajar RT 3 RW 1, Mranggen,
> Demak, nekat bunuh diri dengan menabrakkan diri ke
> kereta api (KA) yang sedang lewat di kawasan
> Brumbung-Jamus. pada 9 November lalu. Pelaku diduga
> stres karena terlilit utang arisan kepada sejumlah
> orang.
> 
> Kemiskinan merupakan ancaman serius di Jakarta. Orang
> bisa berbuat apa saja dengan alasan itu. Pemerintah
> seharusnya bekerja lebih giat dan lebih hirau kepada
> mereka, apalagi kalau sudah menyangkut masalah
> kesehatan.
> 
> Bagaimana pun, mereka adalah warga Indonesia, saudara
> kita. (HERMAS EFENDI PRABOWO)





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give underprivileged students the materials they need to learn. 
Bring education to life by funding a specific classroom project.
http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Re: Kemiskinan Membunuh Ibu & Anak