** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** Yang dibawah terpaksa bunuh diri, yang diatas berpesta pora. Pesta demokrasi? Masih PD menghadap Ilahi ketika berdoa? Pertanyaan demi pertanyaan. Salam Danardono --- In ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, "Ikranagara" <ikra@xxxx> wrote: > > Dari milis LISI: > > http://www.kompas.com/kompas-cetak/0412/17/utama/1444219.htm > > Kemiskinan Memaksa Ibu Bunuh Diri Bersama Dua Anaknya > > Pengangguran merajalela, sementara yang bekerja, upah > begitu kecil. Tidak sepadan dengan biaya sekolah, > kesehatan, serta biaya hidup lainnya yang begitu > tinggi. Hal ini mengakibatkan banyak rakyat miskin > yang bunuh diri karena masalah ekonomi. > > Di sisi lain, gaji anggota DPR Rp 25 juta sebulan, > gaji presiden jauh lebih tinggi lagi, dan gaji > Direktur BUMN dapat mencapai Rp 150 juta bahkan Rp 250 > juta per bulan. > > Tak ada pemerataan. Hampir tak ada pejabat yang > memeriksa kondisi rakyatnya yang miskin dan membantu > mereka. > > Hal ini kontradiktif sekali dengan Khalifah Umar ra > yang selalu memeriksa kondisi rakyatnya secara > sembunyi2 dan langsung mengangkut karung makanan > sendiri dengan tangannya ketika mendapat seorang ibu > yang kelaparan. > > Tapi pemimpin yang peduli rakyat seperti itu, sekarang > seperti hanya ada di "dongeng zaman dahulu kala." > > "Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh > tipu daya, di masa itu para pendusta dibenarkan > omongannya sedangkan orang-orang jujur didustakan, di > masa itu para pengkhianat dipercaya sedangkan orang > yang terpercaya justru tidak dipercaya, dan pada masa > itu muncul Ruwaibidlah, ditanyakan kepada beliau Saw > apa itu Ruwaibidlah? Rasul menjawab: Seorang yang > bodoh yang dipercaya berbicara tentang masalah > rakyat/publik." [HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah]. > > Jumat, 17 Desember 2004 > > Kemiskinan Memaksa Ibu Bunuh Diri Bersama Dua Anaknya > > MAHFUD (32) tampak lemas. Masih amat segar dari > ingatannya kematian Jasih (istrinya) dan Galuh > Permana, anaknya yang baru berusia empat tahun, ia > kembali harus menghadapi kenyataan pahit. > > Kamis (16/12) sekitar pukul 09.00, Galang Ramadhan (6) > putra pertamanya juga menyusul ibu dan adiknya. Galang > meninggal dalam kesakitan yang sangat akibat luka > bakar di sekujur tubuhnya. > > "Saya masih ingat kemarin (Rabu) jam 18.00 ia masih > sadar dan bisa bicara. Dia bilang kalau Galang mau > sembuh, Galang sayang sama papa. Galang takut sama > mama. Setelah itu saya peluk dia," cerita Mahfud > dengan isak tertahan di ruang tunggu kamar mayat Rumah > Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, kemarin. > > Bagi lelaki asal Desa Panambangan, Kecamatan Sindang > Laut, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat ini meninggalnya > Galang, Galuh, dan Jasih berarti hilangnya harapan, > kebanggaan, sekaligus citra dirinya. > > "Saya enggak tahu lagi apa yang harus saya lakukan. > Semua yang dekat dengan saya diambil. Saya bingung," > keluh Mahfud dengan air mata berurai. > > Mahfud memang sangat pantas bersedih. Rabu dini hari > lalu, Jasih membakar diri bersama kedua anaknya di > rumah kontrakan mereka di Jalan Lagoa Gang III, > Kelurahan Lagoa, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. > > Jasih bunuh diri dengan cara menyiramkan minyak tanah > ke tempat tidur dan ke tubuh dirinya dan kedua > anaknya. Saat itu kedua anaknya tengah tidur. Galuh > yang saat itu tengah sakit dan tak berdaya, tidak bisa > berbuat apa-apa ketika api melahap tubuhnya yang kurus > itu. > > Sedangkan Galang masih sempat terbangun dan berlari > menyelamatkan diri. Meski demikian, seluruh tubuhnya > melepuh akibat luka bakar yang sangat serius. Sehari > kemudian, dia pun menyusul kepergian ibu dan adik > kesayangannya di tengah deraan kemiskinan. > > YANG paling membuat Mahfud terpukul, mereka bunuh diri > ketika ditinggal pergi bekerja sebagai kuli alat berat > di Pelabuhan Tanjung Priok. Mahfud sendiri saat > dikabari tetangganya mengira Galuh, putra keduanya > yang meninggal. > > Pasalnya kondisi Galuh sudah kritis akibat kanker otak > yang dideritanya selama setahun, dan mulai menyerang > hebat tiga bulan lalu. Begitu mendengar kalau ada > anaknya yang meninggal, saat itu Galuh mencoba tawakal > > Saat itu dia berpikir bahwa itulah jalan yang > dikehendaki Tuhan. Apalagi, sebagai orang tua dia dan > Jasih sudah berusaha maksimal untuk menyembuhkan sakit > kanker otak yang diderita anaknya itu. > > "Sejak tiga bulan lalu, dokter meminta supaya anak > saya diobati seminggu sekali. Tapi saya tidak mampu > karena setiap berobat butuh uang Rp 300.000. Saya > hanya bisa membawa sebulan sekali," kata Mahfud. > > Uang sebesar Rp 300.000 itu pun sudah dikumpulkan > dengan susah payah dalam waktu sebulan. Bayangkan > saja, sebagai kuli pelabuhan yang sehari-hari bekerja > sebagai pengendali cran, Mahfud hanya mendapatkan > bayaran tidak lebih dari Rp 500.000. > > Dalam kondisi sepi, penghasilannya bisa lebih kecil > lagi. Namun, kalau pas ada borongan bongkar muat > dengan kapasitas banyak, ia mungkin bisa mendapatkan > tambahan. Itu pun jarang sekali. > > Uang sebesar itu ia gunakan untuk membiayai dua anak > dan seorang istri. Meski sudah berkelana di Jakarta > sejak sepuluh tahun lalu, kehidupan Mahfud tidak juga > berubah lebih baik. Buktinya, hingga saat ini dia > hanya mampu mengontrak rumah petak dengan harga sewa > Rp 2 juta per tahun. > > ."Sulit nyari uang. Mungkin tidak hanya saya, tetapi > semua orang tahu. Nyari uang itu sulit," kata Mahfud > berkali-kali. > > Meskipun sulit mendapatkan uang, Mahfud tidak cepat > menyerah. Terpaan derita yang mereka alami dengan > sakitnya Galuh, membuat mereka harus lebih ketat > mengencangkan ikat pinggang. Hanya satu keinginan > mereka ketika itu, ingin agar Galuh bisa sembuh dari > sakitnya. > > Ia sudah berkali-kali mengingatkan istrinya untuk > sabar menghadapi cobaan ini. Karena itu, sama sekali > tidak terlintas atau terbayang dalam pikirannya kalau > istrinya menempuh jalan bunuh diri. > > Mahfud sendiri tidak bisa menyatakan seperti apa > perilaku istrinya sehari-hari. Demikian pula dengan > pengalamannya selama menjalani hidup dengan Jasih. > Setiap kali ditanya masalah tersebut, air mata Mahfud > menetes. Beban berat mendadak membayang dalam > pikirannya. "Saya enggak bisa ngomong itu, enggak > bisa," kata Mahfud kembali menangis. > > Mahfud menceritakan, pada Rabu petang itu saat dia > berangkat bekerja, kehidupan rumah tangganya mengalir > seperti biasa. Jasih juga tidak berbicara apa-apa. > Entah pikiran semacam apa yang dirasakan Jasih ketika > itu sehingga dia memilih bunuh diri, dan membawa serta > dua anaknya. > > Namun yang pasti, Mahfud menyatakan memang selama ini > Jasih sering mengeluh mengenai kesehatan anak > keduanya. Ia pun mengeluhkan besarnya biaya yang harus > ditanggung, di tengah kemiskinan yang selalu > menderanya. > > Di Jakarta dan kota-kota lain di sekitarnya, tidak > hanya Jasih yang nekat bunuh diri karena terjepit > kesulitan ekonomi. Pada 2 Agustus lalu, Suwarni (34), > ibu rumah tangga yang tengah hamil empat bulan, tewas > setelah menelan racun serangga di kamar mandi rumah > kontrakannya di Kampung Pinggir Rawa RT 03 RW 03, > Bekasi Jaya, Bekasi Timur. Kepada suaminya pelaku > sempat mengeluhkan kondisi ekonomi keluarga yang > pas-pasan. Sehingga mereka tak mampu membiayai sekolah > anak perempuan mereka yang baru lulus sekolah dasar > (SD). > > Sehari kemudian, Sari (21), ditemukan tewas tergantung > di tiang pintu kamar kontrakannya dengan sehelai kain > sarung di Kampung Panembong Kaler, Desa Mekarsari, > Kecamatan Cianjur Kota. Pelaku diduga nekat mengakhiri > hidupnya karena tak tahan menghadapi kesulitan ekonomi > rumah tangganya. > > Masih pada bulan yang sama, Sulaeman (21), warga RT > 010 RW 009 Kelurahan Jembatan Besi, Kecamatan Tambora, > Jakarta Barat, tewas gantung diri di plafon kamar > tidurnya dengan menggunakan seprai warna merah > bermotif kembang-Kembang. Pelaku diduga mengalami > tekanan batin karena dikeluarkan dari pekerjaannya. > > Suherman (32) juga ditemukan tewas tergantung di rumah > orangtuanya di Jalan Banteng RT 02 RW 02, Kranji, > Bekasi Barat pada September lalu. Bapak satu anak yang > sudah menganggur satu tahun itu nekat mengakhiri > hidupnya meskipun istrinya sedang hamil tiga bulan. > > Sawijan (42), warga Wringinjajar RT 3 RW 1, Mranggen, > Demak, nekat bunuh diri dengan menabrakkan diri ke > kereta api (KA) yang sedang lewat di kawasan > Brumbung-Jamus. pada 9 November lalu. Pelaku diduga > stres karena terlilit utang arisan kepada sejumlah > orang. > > Kemiskinan merupakan ancaman serius di Jakarta. Orang > bisa berbuat apa saja dengan alasan itu. Pemerintah > seharusnya bekerja lebih giat dan lebih hirau kepada > mereka, apalagi kalau sudah menyangkut masalah > kesehatan. > > Bagaimana pun, mereka adalah warga Indonesia, saudara > kita. (HERMAS EFENDI PRABOWO) ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to life by funding a specific classroom project. http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **