** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** http://islamlib.com/id/index.php?page=3Darticle&id=3D773 Editorial "Overdosis" Agama Oleh Novriantoni 07/03/2005 Sebatas itu tidak jadi soal. Hanya saja, Fulan tidak mencukupkan versi kebe= naran yang ia terima untuk dirinya sendiri, tapi berkali-kali menyalahkan p= ihak lain yang tidak sepaham dengannya secara sengit. Dalam fantasinya, han= ya dia yang konsisten mengikut jejak para leluhur Islam yang saleh (salafus= h sh=E2leh)-dan dengan begitu cukup dia saja yang punya tiket ke surga-seme= ntara yang lain tidak. adalah lulusan perguruan tinggi negeri yang sempat menjadi karyawan sebuah= kantor pemerintah. Beberapa bulan lalu, dia dipecat kantornya karena terla= mpau sering bertengkar (bukan berdiskusi) soal-soal agama dengan teman sesa= ma kantor, bahkan beberapa kali adu jotos. Pemegang kebijakan di kantor mel= ihat kelakuan Fulan sudah tidak dapat ditolerir, dan menganggapnya sudah ti= dak pantas dipertahankan lagi sebagai karyawan. Usut punya usut, persoalan bermula ketika belakangan si Fulan aktif terliba= t dalam kegiatan agama yang terlampau banyak menjejalkan klaim-klaim kepada= jemaahnya. Fulan terlampau sering mendengar indoktrinasi klaim-klaim keben= aran agama yang tidak memberi peluang buat orang lain mendebatnya. Agama ya= ng dikenal Fulan adalah agama yang penuh klaim, bukan agama yang menyapa ak= al sehatnya.=20 Sebatas itu tidak jadi soal. Hanya saja, Fulan tidak mencukupkan versi kebe= naran yang ia terima untuk dirinya sendiri, tapi berkali-kali menyalahkan p= ihak lain yang tidak sepaham dengannya secara sengit. Dalam fantasinya, han= ya dia yang konsisten mengikut jejak para leluhur Islam yang saleh (salafus= h sh=E2leh)-dan dengan begitu cukup dia saja yang punya tiket ke surga-seme= ntara yang lain tidak. Itulah yang berulang-ulang dipersoalkan Fulan.=20 Tidak hanya teman kantor yang merasa kejanggalan mental dan kejiwaan Fulan.= Isterinya pun heran karena Fulan tak pernah menyesal kehilangan mata penca= rian. Dia tetap kokoh, dan menafsirkan semua petaka itu sebagai konsekuensi= jihad yang tak akan luput dari cobaan duniawi. Baginya itu bukan soal, sam= pai pun isteri dan anaknya harus ikut menanggung akibat. Isterinya mengeluh= , karena perlakuan Fulan terhadap dirinya kini semakin otoriter, bahkan Ful= an semakin ringan tangan. Tapi Fulan tak perduli; dia tetap berkelana memba= wa paham agamanya; makin jarang tinggal di rumah, apalagi memberi nafkah. Sulit mencari istilah yang tepat untuk menjelaskan apa yang terjadi pada si= Fulan. Penjelasan psikologi agama mungkin membantu. Agama bagi para psikol= og, ada kalanya menjadi sumber penyakit mental, dogmatisme, prasangka rasia= l, dan tindakan kekerasan. Bahkan, agama yang dogmatis, ortodoks, dan taat = (atau yang mungkin kita sebut sebagai kesalehan) berkorelasi sangat signifi= kan dengan gangguan emosional. Sebaliknya, orang yang sehat secara emosiona= l, sebagaimana ditulis Jalaluddin Rakhmat dalam Psikologi Agama, selalu ber= sifat lunak, terbuka, toleran, dan bersedia berubah. Sedangkan orang yang s= angat religius cenderung kaku, tertutup, tidak toleran, dan tidak mau berub= ah.=20 Pendapat di atas tentu mewakili fase tertentu ketika para psikolog berpanda= ngan sangat ekstrem dan negatif terhadap agama. Tapi pendapat itu mungkin r= elevan menjelaskan kondisi si Fulan. Pada masa-masa tertentu, kondisi seper= ti Fulan juga banyak dialami sebagian penganut agama apapun.=20 Dengan meminjam istilah kedokteran, kita dapat mendiagnosis pengalaman si F= ulan sebagai gejala overdosis agama. Itulah yang menyebabkan perubahan yang= ekstrem pada cara pandang, sikap, dan perilaku beragamanya. Pada kasus Ful= an, agama yang mestinya menjadi obat (syifa), justru meracuni karena dikons= umsi terlampau banyak, tanpa proses penalaran yang sehat. Gejala inilah yan= g menjadi salah satu agenda diskusi ulang tahun Jaringan Islam Liberal yang= ke-4, Rabu lalu. Fenomena overdosis agama, tidak hanya dilihat dari sudut = pandang dan pengalaman umat Islam, tapi juga dari sudut pandang dan pengala= man umat Kristen. Rupanya, overdosis agama tidak hanya gejala individual. Dia bisa juga menja= di sindrom yang mewabah secara sosial, bahkan bencana bagi dunia internasio= nal. Kasus Zionisme Kristen yang dibahas Ioanes Rakhmat, salah seorang nara= sumber diskusi tersebut menguatkan anggapan ini. Gerakan Zionis Kristen, ka= ta Rakhmat, telah mengalami overdosis keagamaan karena menjadikan agama seb= agai politik dan ideologi untuk perang dan kebencian terhadap agama dan ras= lain di dunia ini.=20 Makanya, jangan heran kalau efek destruktif overdosis agama juga akan luar = biasa. Lies Marcous, narasumber lain dalam diskusi tersebut, menegaskan bah= wa overdosis agama-sebagaimana overdosis obat-obatan-juga dapat membuat sak= aw, bahkan mematikan nurani korbannya. Overdosis agama juga punya dampak la= in, seperti hilangnya kepekaan akan urgensi hidup berdampingan secara toler= an, dan kentalnya penampilan agama sebagai pembeda identitas primordial. Mungkin karena efek-efek destruktif seperti itulah, jebakan overdosis agama= sudah sejak lama diwanta-wanti agama sendiri. Di Islam, Qur'an dan Hadis s= udah sejak dini mengingatkan untuk tidak keterlaluan dalam beragama. Ayat l= =E2 taghl=FB f=EE d=EEnikum, lebih kurang dapat diartikan sebagai larangan = overdosis dalam beragama. [Novriantoni]. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~-->=20 DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources=20 often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today! http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~->=20 *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg= Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru;=20 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx =20 Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ =20 ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **