[list_indonesia] [ppiindia] Nasionalisme Kita Masa Kini

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Mon, 21 Mar 2005 10:14:10 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.suarapembaruan.com/News/2005/03/21/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY 
Nasionalisme Kita Masa Kini 



Catatan dari Balik Kasus Ambalat

 

Thomas Koten 


SEMANGAT nasionalisme bangsa kita kembali diperlihatkan masyarakat bangsa ini 
dalam kasus ketegangan antara Indonesia-Malaysia beberapa hari belakangan ini, 
perihal Pulau Ambalat di Laut Sulawesi, Wilayah Kalimantan Timur. Sebuah pulau 
yang berada di wilayah kedaulatan Republik Indonesia (NKRI) tetapi masih 
diklaim Malaysia sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya. 

Lahirnya posko atau front perlawanan terhadap Malaysia di Sulawesi Selatan yang 
disebut Front Ganyang Malaysia (FKG) dan Gerakan Masyarakat Anti Arogansi Solo 
(Gemars) dan berbagai wacana publik di media massa dan di forum-forum lainnya 
beberapa hari belakangan ini, jelas memperlihatkan semangat nasionalisme itu. 

Ekspresi semangat nasionalisme tersebut memang sangat baik, sebagai perwujudan 
sebuah bangsa yang sangat menjunjung tinggi harga dirinya. Dan ini juga yang 
menjadi pelatuk yang sangat baik di mana kasus Ambalat telah membangkitkan 
kembali semangat nasionalisme anak-anak bangsa yang sekian lama agak memudar 
rasa kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Dan memudarnya rasa kebanggaan bagi 
bangsa Indonesia inilah yang sesungguhnya menjadi problema nasionalisme itu 
sendiri. 

Dalam hal mana, nasionalisme adalah an awareness of membership in a nation 
together with a desire to achieve, 
maintain, and perpetuate the identity, prosperity, and 
power of the nation. Suatu kesadaran sebagai bangsa yang disertai oleh hasrat 
untuk memelihara, melestarikan dan mengajukan identitas, integritas serta 
ketangguhan bangsa tersebut (Mostafa Reja'i, 1975). 

Artinya, nasionalisme yang diwujudkan atau diaktualisasikan dalam bentuk 
tindakan untuk memelihara dan melestarikan identitas dan terus berjuang untuk 
memajukan bangsa dan negara, dengan membasmi setiap kendala yang menghalangi di 
jalan kemajuan, yang selama beberapa tahun ini tidak kita lakukan, yang 
akhirnya memudarkan rasa kebanggaan kita tersebut. 


Memudarnya Nasionalisme 

Memudarnya rasa kebanggaan bagi bangsa selama beberapa tahun belakangan ini, 
sesungguhnya disulut oleh menguatnya sentimen kedaerahan dan semangat 
primordialisme pascakrisis. 

Suatu sikap yang sedikit banyak disebabkan oleh kekecewaan sebagian besar 
anggota dan kelompok masyarakat bahwa kesepakatan bersama (contract social) 
yang mengandung nilai-nilai seperti keadilan dan perikemanusiaan dan musyawarah 
kerap hanya menjadi retorika kosong. 

Pemberantasan korupsi terhadap para koruptor kelas kakap dan penegakan hukum 
dan keadilan yang sebenarnya sebagai sarana strategis untuk membangkitkan 
semangat cinta tanah air dalam diri anak-anak bangsa, tetapi semuanya tampak 
bohong belaka. Ini membuat generasi sekarang menjadi gamang terhadap bangsa dan 
negaranya sendiri. 

Tidak mengherankan semangat solidaritas dan kebersamaan pun terasa semakin 
hilang sejak beberapa dekade terakhir. Boleh jadi, penyebab dari memudarnya 
rasa nasionalisme ini juga disebabkan oleh karena paradigma tentang bangsa dan 
nasionalisme yang kita anut, berjalan di tempat. 

Padahal, perkembangan nasional dan global menuntut paradigma yang disesuaikan 
dari waktu ke waktu, sesuai 
dengan keadaan bangsa dan negara yang berdaulat. Dari 
dalam itulah lahir kesadaran berbangsa dan bernegara yang pada hakikatnya 
merupakan kesadaran politik yang normatif. 

Dari sini pula kesadaran yang merupakan janin suatu ideologi yang disebut 
nasionalisme. Dalam arti, nasionalisme sebagai suatu paham yang mengakui 
kebenaran pikiran bahwa setiap bangsa -demi kejayaannya-seharusnya bersatu 
bulat dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Dari nasionalisme inilah lahirnya ide dan usaha perjuangan untuk merealisasi 
negara bangsa. Di Indonesia, ide dan usaha seperti ini berkembang kuat pada 
tahun 1930-an dan memuncak pada tahun 1940an. 

Yang kemudian menjadi problem besar di sini adalah, apakah tegaknya suatu 
nation yang pada hakikatnya merupakan suatu produk kesadaran politik bernegara 
itu dapat dilakukan tanpa landasan kultur dalam kehidupan berbangsa dan 
bernegara? 

Pertanyaan ini penting dijawab. Sebab, tantangan yang paling berat bagi sebuah 
negara yang berdaulat sesungguhnya adalah bukan terutama pada sikap ekspansif 
dari negara tetangga seperti Malaysia dalam kasus Pulau Ambalat ini, tetapi 
lebih pada faktor kultur atau pemeliharaan budaya, sikap hidup atau perilaku 
hidup sehari-hari, seperti bagaimana kita menciptakan keadilan, perikemanusiaan 
dan lain-lain di dalam bangsa dan negara sendiri. 

Selain itu, karena dalam era modern ini, setiap bangsa semakin menghormati 
kedaulatan bangsa lain. Meskipun dalam beberapa kasus di dunia, ada negara yang 
masih kurang menghormati kedaulatan negara lain. 


Nasionalisme Masa Kini 

Dengan memudarnya nasionalisme, yang terutama disebabkan oleh begitu tingginya 
ketidakadilan; korupsi yang merajalela dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) 
yang tidak diselesaikan secara tuntas lewat jalur hukum, dan lain-lain, maka 
musuh bangsa yang paling utama sekarang ini adalah bukan penjajah, bukan sikap 
ekspansif atau sikap agresor negara tetangga, melainkan birokrasi yang korup, 
ketidakadilan dan/atau ketidakmerataan ekonomi dan politik, kemiskinan, 
kekuasaan yang sewenang-wenang dan sebagainya. 

Pemberantasan korupsi yang hanya retorika belaka, pelanggaran HAM yang tidak 
diselesaikan lewat jalur hukum hingga tuntas, ketidakadilan antara pusat dan 
daerah dan sebagainya harus segera diperhatikan secara 
serius. 

Nasionalisme dengan munculnya gerakan perjuangan fisik melawan Malaysia 
misalnya, bila Malaysia nekat mengganggu kedaulatan RI dengan mengambil atau 
merampas Pulau Ambalat, merupakan suatu perilaku atau sikap kita yang sangat 
terpuji. Kita semua jelas sangat mendukung setiap usaha TNI dan para 
sukarelawan yang berusaha menjaga keutuhan kedaulatan negara RI. 

Tetapi, kita tidak bisa lengah sedikit pun untuk memerangi musuh bangsa kita 
sendiri yang korup, menyalahgunakan kekuasaan dan sebagainya. 

Karena nasionalisme kita sekarang bukan lagi berkaitan dengan penjajah, atau 
terutama terhadap perilaku ekspansif atau agresor-negara tetangga, melainkan 
harus dikaitkan dengan keinginan untuk memerangi semua bentuk penyelewengan, 
ketidakadilan, perlakuan yang melanggar HAM dan lain-lain. Artinya, 
nasionalisme saat ini adalah usaha untuk mempertahankan eksistensi bangsa dan 
negara dari kehancuran akibat korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. 

Perilaku korup, menggelapkan uang negara, memanfaatkan segala fasilitas dalam 
lingkup kekuasaannya demi memperkaya diri, berperilaku sewenang-wenang dalam 
menjalankan roda kekuasaan, tidak menghormati harkat dan martabat orang lain, 
gemar menerima dan menyogok -uang pelicin, uang semir, uang kopi dan 
sebagainya, adalah perilaku antinasionalisme yang harus diberantas. 

Dan pahlawan era sekarang bukan saja mereka yang berani menumpas agresor atau 
penjajah, tetapi juga mereka yang berkata tidak terhadap korupsi dan berbagai 
bentuk penyalahgunaan wewenang dan/atau kekuasaan itu. Pahlawan seperti ini 
tidak kalah mulianya dengan pahlawan yang menang dari sebuah pertarungan fisik 
melawan siapa pun yang mencoba mengganggu kedaulatan bangsa dan negara. 

Jadi, yang harus menjadi catatan kita ke depan adalah 
bagaimana menumbuhkan semangat nasionalisme -cinta tanah air dalam diri 
anak-anak bangsa. Adalah semangat untuk berperilaku jujur, berdisiplin, tidak 
korup dan berani untuk melawan segala bentuk ketidakadilan, kesewenang-wenangan 
kekuasaan dan lain-lain, di samping semangat dan keterampilan fisik seperti 
militer untuk menghadapi setiap kekuatan yang mengganggu kedaulatan negara RI. 

Sebuah kekuatan dan harga diri bangsa bukan terutama pada kekuatan angkatan 
bersenjata dengan seluruh persenjataan perang yang canggih, melainkan juga atau 
bahkan yang pertama adalah pada masyarakat bangsanya yang berkualitas dan 
bermartabat. 

Penulis, Direktur The Justice Advocates Indonesia 



--------------------------------------------------------------------------------
Last modified:

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give underprivileged students the materials they need to learn. 
Bring education to life by funding a specific classroom project.
http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Nasionalisme Kita Masa Kini