** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** http://www.suarapembaruan.com/News/2005/03/05/index.html SUARA PEMBARUAN DAILY Minimalisasi Dampak Negatif Kenaikan BBM Kasdin Sihotang KEPUTUSAN pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) telah diberlakukan per 1 Maret 2005 lalu. Dalam pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla, keputusan ini merupakan keputusan kedua yang memberatkan masyarakat setelah keputusan menaikkan harga gas dan Pertamax menjelang akhir tahun 2004 lalu. Keputusan yang tidak populis ini, tidak bisa disangkal, memiliki berbagai dampak negatif. Pertama, dari segi ekonomi, masyarakat yang berekonomi pas-pasan akan semakin mengalami kesusahan karena merekalah yang terkena langsung imbas dari kenaikan BBM tersebut, bukan para pejabat atau para pengusaha. Kendati orang-orang yang disebutkan terakhir ini terkena dampak kebijakan tersebut, mereka masih memiliki akses untuk menutupi akibatnya, sementara masyarakat yang berekonomi pas-pasan justru tidak. Merekalah yang akan menjadi korban dalam kebijakan ini. Argumen pemerintah bahwa dasar dari kebijakan ini adalah untuk membantu masyarakat yang miskin adalah sah-sah saja. Tetapi jangan lupa, sangat sedikit pejabat yang konsisten dengan apa yang diomongkannya alias "omdo" (omong doang). Bahkan sangat banyak pejabat tidak pernah berusaha merealisasikan apa yang dijanjikan atau diprogramkannya. Omongan atau programnya sering hanya sebatas hitam di atas putih, dan dipakai sekadar untuk meredakan perlawanan pihak-pihak yang tidak setuju terhadap kebijakannya. Sesudah perlawanan itu reda, sesuatu yang lain dengan omongannya diupayakan. Hemat penulis, bangsa ini sudah kenyang dengan kebiasaan buruk pejabat seperti ini sejak zaman dahulu. Kelemahan masyarakat sebagai bangsa yang mudah lupa justru dimanfaatkan para elite untuk mempertahankan kebiasaan buruk ini. Singkatnya, sangat ragu apakah argumen di balik kebijakan itu sungguh-sungguh bisa diwujudkan mengingat mentalitas korup sudah merasuki sebagian besar elite politik. Kedua, dari segi sosial, keputusan tidak populis ini akan mengubah dinamika bermasyarakat. Demonstrasi yang sudah sekian bulan mereda akan marak lagi. Itu berarti Jakarta (dan kota-kota besar lainnya) akan semakin sering lagi dilanda kemacetan. Muaranya, para karyawan yang akan berangkat kerja di sekitar jalur-jalur demonstran akan semakin bertambah stres karena terjebak dalam kemacetan. Tentu para demonstran secara moral tidak dapat disalahkan begitu saja dalam hal ini, sebab apa yang mereka lakukan merupakan reaksi terhadap aksi (baca: kebijakan) yang ada. Implikasi sosial lain dari kebijakan tak populis ini adalah kemungkinan akan bertambahnya aksi kejahatan, khususnya di kota-kota besar. Hal ini seiring dengan bertambahnya angka pengangguran. Biaya hidup yang semakin membengkak sementara mendapatkan uang amat susah, bisa membuat pelaku kejahatan semakin nekat dan kalap, bertindak brutal terhadap korban. Berita dua minggu lalu, kejahatan menimpa dua mahasiswa dari perguruan tinggi yang berbeda di Jakarta, sudah mulai memperlihatkan tanda-tanda itu. Dalam dua kasus itu, pelaku tindak kejahatan tidak segan-segan lagi menghabisi nyawa korbannya. Ketiga, dari segi etis dalam pengertian kepercayaan keputusan ini semakin mengurangi kepercayaan rakyat terhadap eksistensi penguasa, karena di mata masyarakat, Yudhoyono-Kalla telah membuat kebijakan yang menyusahkan. Harapan masyarakat bahwa Yudhoyono-Kalla sebagai figur perubahan semakin lama semakin sirna. Padahal kenaikan Yudhoyono-Kalla ke kursi RI 1 dan RI 2 justru sebagian besar bermodalkan social capital ini, meminjam terminologi Francis Fukuyama. Aneka Langkah Pertanyaan yang relevan dijawab tentunya bagaimana mengatasi berbagai dampak negatif di atas. Dengan pertanyaan lain, langkah-langkah apa yang perlu diberi perhatian secara serius untuk meminimalisasi berbagai akibat di atas. Terkait dengan ini, penulis melihat empat poin yang paling penting. Pertama, keseriusan pemerintah untuk memberlakukan pemerintahan yang bersih. Itu berarti upaya untuk memberantas korupsi dan kolusi serta nepotisme (KKN) perlu dinyatakan. Pemerintahan Yudhoyono-Kalla sudah berlangsung lebih dari seratus hari. Tetapi pemberantasan KKN masih belum menandakan sesuatu yang menggembirakan di mata masyarakat. Bahwa ada geliat hukum dengan adanya berita-berita pemanggilan mantan-mantan pejabat atau anggota dewan yang bermasalah tidak bisa disangkal. Akan tetapi, hasil dari tindakan hukum ini belum maksimal dan transparan. Masyarakat belum pernah mendapat informasi berapa kekayaan koruptor telah disita negara dan digunakan untuk membiayai pembangunan. Hemat penulis, kalau pemerintahan Yudhoyono-Kalla masih tetap ingin dipercayai rakyat, upaya ini sangat penting. Yudhoyono-Kalla telah berikhtiar kehilangan popularitas di mata masyarakat karena kebijakan yang kurang popular ini. Mengapa ikhtiar yang sama tidak diberlakukan Presiden Yudhoyono kepada para pejabat-pejabat atau mantan pejabat yang bermasalah? Artinya, Yudhoyono jangan hanya berani kehilangan popularitas di mata masyarakat karena kebijakan yang tidak popular ini. Presiden juga harus berani kehilangan pamor di kalangan pejabat-pejabat atau mantan pejabat bermasa- lah karena sesuatu yang benar dan demi masyarakat banyak. Kedua, terkait dengan butir pertama, pemerintah perlu membuat kebijakan bagi aparatur negara, khususnya para pejabat eksekutif, legislatif serta yudikatif, agar mengedepankan efisiensi dalam seluruh ruang gerak kerja mereka. Ini merupakan tuntutan moral yang harus dikumandangkan. Adalah hal yang tidak adil jika hanya rakyat yang diminta berkorban dan mengencangkan ikat pinggang sampai mati, sementara para pejabat dibiarkan lenggang-lenggok menghabiskan uang negara. Secara etis, pejabat harus pertama-tama menjadi contoh di depan mata masyarakat, karena menurut Plato, pemimpin itu harus memberikan teladan bagi orang yang dipimpinnya. Karena itu, Presiden Yudhoyono harus berani memberikan sanksi bagi pejabat-pejabat yang menggunakan uang negara untuk kegiatan yang tidak memiliki arti penting, atau kegiatan-kegiatan negara yang menghambur-hamburkan uang negara, misalnya kunjungan ke luar negeri. Ketiga, selain kebijakan efisiensi, perlu pula dikumandangkan sebuah budaya pelayanan di kalangan pejabat dan aparatur negara dalam urusan-urusan publik. Artinya, disiplin dan keseriusan para aparat untuk memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat, baik di pusat maupun di daerah, perlu ditingkatkan. Apa yang pernah dikumandangkan oleh Max Weber, bahwa jabatan apa pun merupakan sebuah pelayanan kepada masyarakat, sudah waktunya disosialisasikan kepada seluruh aparatur negara. Yang terpenting, pelayanan ini harus benar-benar bebas dari uang pelicin karena urusan-urusan seperi inilah sangat memberatkan masyarakat. Keempat, kontrol yang besar dan upaya yang benar dalam penyaluran dana kompensasi yang telah ditetapkan. Sebagaimana diberitakan harian ini, Departemen Pekerjaan Umum akan menyalurkan Rp 3,342 triliun dana kompensasi pengurangan subsidi bahan bakar minyak kepada 11.140 desa di 32 provinsi. Kalau dibagi menurut desa, itu berarti setiap desa akan dapat Rp 300 juta. Dana kompensasi tersebut merupakan bagian dari pengurangan subsidi BBM yang mencapai Rp 20,3 triliun, di antaranya Rp 10 triliun dikompensasikan bagi masyarakat yang tidak mampu yang diwujudkan dalam berbagai bidang (Pembaruan, 2/3). Dana tersebut tidak sedikit. Kalau disalurkan ke yang sebenarnya, jumlah uang ini memang cukup membantu. Akan tetapi, mentalitas yang sudah busuk justru sangat tidak memungkinkan tercapainya tujuan ini sebagaimana juga dikarikaturkan harian ini pada edisi yang disebutkan di atas. Untuk itulah, hemat penulis, amat diperlukan kontrol yang ketat dan maksimal agar tujuan yang diharapkan sungguh-sungguh tercapai. Itu berarti tugas aparat para pejabat negara di tingkat atas tidak sebatas mengeluarkan kebijakan yang memberatkan, melainkan harus berkelanjutan, yakni turun tangan mengawasi secara langsung penyaluran dana kompensasi tersebut bersama dengan seluruh elemen masyarakat. Penutup Menurut hemat penulis, kalau keempat hal minimal di atas secara serius dilaksanakan, berbagai dampak negatif yang disebutkan di atas secara pelan-pelan dapat diminimalisasi. Bagi pemerintahan Yudhoyono-Kalla, ini merupakan kesempatan baik untuk menunjukkan diri sebagai pemimpin. Pemimpin yang tidak hanya mampu mengambil kebijakan yang memberatkan rakyat, melainkan juga pemimpin yang mampu menggembirakan rakyat melalui terobosan-terobosan baru. Terobosan itu di antaranya memberantas KKN secara serius dan tuntas, membudayakan pemerintahan yang bersih, dan menegakkan hukum serta meningkatkan pelayanan pada masyarakat. Dalam hal ini tentu sangat dibutuhkan kepekaan etis yang luar biasa besar. Penulis adalah dosen Etika Bisnis, Filsafat Ekonomi dan Filsafat Manusia serta Kepala BKAK Unika Atma Jaya, Jakarta -------------------------------------------------------------------------------- Last modified: 5/3/05 [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **