[list_indonesia] [ppiindia] "Matinya" Demokrasi di Partai Demokrasi

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Fri, 18 Mar 2005 20:57:22 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/3/19/p1.htm
Sabtu Kliwon, 19 Maret 2005 

 Aspirasi

 "Matinya" Demokrasi di Partai Demokrasi 

Pemilihan kepala daerah langsung akan dilaksanakan serentak mulai Juni 2005 
ini. Partai-partai, termasuk PDI Perjuangan, sudah menyusun calon dan bentuk 
paket-paket. Paket yang disetujui pusat, merekalah yang berhak maju sebagai 
calon partai. Itulah prosedur resmi yang ditulis besar-besar oleh    partai 
banteng moncong putih. Di sinilah, demokrasi dipertanyakan. Sentralisme 
kekuasaan masih saja dipraktikkan di era desentralisasi. ''Sentralisme, hak 
prerogatif, formatur tunggal, itulah ciri partai monarki yang antidemokrasi," 
demikian kata salah satu Dewan Pendiri PDI Perjuangan Abdul Madjid.

===========================================================

Sebagai pendiri partai, Abdul Madjid tak cuma malu. Dia juga sedih. Partai 
demokrasi yang ditahbiskan sebagai partai pewaris pemikiran Bung Karno justru 
menapaktilasi cara-cara demokrasinya Soeharto. Demokrasi monarki yang penuh 
rekayasa dan otoriter. "Kalau partai lain tahu, betapa malunya. Partai 
Demokrasi Indonesia Perjuangan justru antidemokrasi," katanya. 
 
Simbol-simbol antidemokrasi itu bisa dilihat dari produk kebijakan yang 
sentralisme, munculnya hak prerogatif, diberikannya kewenangan formatur 
tunggal, dan kultus individu. ''Jika PDI Perjuangan masih mempraktikkan cara 
antidemokrasi, diputus saja (kata demokrasi) di PDI Perjuangan,'' tegasnya.  
 
Suara orang setua Abdul Madjid yang lantang ini sebenarnya ingin mengingatkan 
kepemimpinan Megawati yang dinilai tidak melakukan cara-cara demokrasi dalam 
memimpin partai. Mari di-review ke belakang. Hampir sebagian besar calon 
gubernur dan bupati PDI Perjuangan baru lalu bukan kader-kader banteng. Banyak 
keputusan daerah harus selalu minta restu pusat, termasuk dalam hal yang paling 
sepele sekali pun. Kemandirian, desentralisasi di daerah nyaris punah. 
Penentuan nama caleg misalnya, tangan pusatlah yang menentukan. 
 
Maka, jangan heran jika Laksamana Sukardi dan Sukowaluyo Mintorahardjo, orang 
dekat Mega yang kini berganti mengkritik habis kepemimpinannya, DPD, DPC tidak 
perlu ada. Toh, pengurus cabang itu tidak bisa mengambil keputusan yang 
mandiri. Semua bergantung pusat. ''Padahal, kekuatan partai, massa partai itu 
adanya justru di daerah,'' kata Laksmana Sukardi. 
 
Kalau rakyat daerah memilih wakilnya dan dianulir pusat, apa jadinya partai 
ini. Partai tak cuma kehilangan wibawa. Partai akan kehilangan rakyat 
pemilihnya. Kepercayaan rakyat akan memudar terhadap partai. Kader-kader akan 
lari. Dan memang demikianlah. Sepanjang lima tahun terakhir ini, 
kekecewaan-kekecewaan terus-menerus terjadi di sejumlah daerah terhadap 
keperkasaan ''tangan dingin'' pusat. 
 
Catatan Balitbangpus PDI Perjuangan, tangan dingin pusat itu bisa melakukan apa 
saja, baik yang diharamkan atau dihalalkan kader-kader di daerah. ''Bahkan, 
banyak rekomendasi dobel dari pusat. Calon A dan calon B didukung oleh pusat. 
Itulah dampak dari hak prerogatif ketua umum,'' katanya. 
 
Cara-cara seperti itu sama dengan yang dilakukan Soeharto selama dirinya 
berkuasa di Golkar dan Republik ini. Sebagai Pembina Golkar, tak satu pun 
bupati yang kader Golkar yang diangkat  tanpa persetujuan Soeharto.

''Sekarang ini, cara-cara Soeharto dinapaktilasi oleh Ibu Mega. Padahal,  Ibu 
Mega-lah yang menentang Soeharto pada saat semua partai  tidak ada yang berani 
menolaknya," tutur Laksamana Sukardi. 

Uring-uringan
 
Ketua DPP PDI Perjuangan Roy BB Janis juga mengakui semua lakon tersebut. Tidak 
ada cerita yang palsu. Semua tudingan itu dibenarkannya. Khusus dalam masalah 
pemilihan langsung kepala daerah, Roy bahkan ikut uring-uringan. Sikap Roy 
terutama ditujukan kepada bosnya, Megawati. Sikap Mega yang memusuhi kadernya 
sendiri yang ingin mengekspresikan aspirasinya. ''Semua yang muncul disebut 
pengkhianat. Logika ini sangat berbahaya,'' kata Roy, yang kini juga Ketua 
Panitia  Nasional Kongres PDI Perjuangan di Bali. 
 
Roy memberi perumpamaan logika Mega. Bagi Ibu Mega -- begitu kata Roy -- calon 
ketua umum hanya ada satu. Jika ada yang muncul, mencalonkan diri atau 
mencalonkan orang lain, mereka adalah musuh. Sebagai musuh, mereka adalah 
pengkhianat partai. Sebagai pengkhianat, mereka pantas disingkirkan atau 
dihabisi. "Itu di tingkat pusat," katanya. Di tingkat daerah juga demikian. 
Logika yang sama dikembangkan. 
 
Calon kepala daerah, ujar Roy, adalah bupati/wali kota dan gubernur yang 
sekarang ini menjabat. Jika ada calon lain yang ingin mencalonkan diri, 
mengadakan pembaruan, disebut musuh dan dicap sebagai pengkhianat. Sebagai 
pengkhianat, mereka pantas ditangkap dan disingkirkan.

''Jika logika ini dipakai SBY, misalnya, bisa saja SBY mengatakan, jika ada 
calon lain, itu musuh saya. Berarti dia pengkhianat dan berhak ditangkap. 
Apakah seperti itu yang diinginkan,'' tanya Roy.  
 
Sambil berkelakar, Roy mengatakan, di PDI Perjuangan ini, syarat calon ketua 
umum bertambah satu lagi. Calon ketua umum harus pernah menjadi ketua umum. 
Calon bupati/wali kota haru pernah menjadi bupati/wali kota. Calon presiden 
juga begitu. Harus pernah menjadi presiden. ''Itu persis Soeharto dulu. Lalu 
apa bedanya,'' ujarnya.
 
Roy mengaku hak prerogatif ketua umum bisa menganulir semua keputusan daerah, 
termasuk paket calon pilkada. ''Hasil konfercabsus bahkan harus ditambahi 
dengan rekomendasi mendukung Mega. Ini kan semacam kebulatan tekad. Kalau 
seperti ini, nanti di kongres, pemilihan ketua umum hanya ketok palu saja,'' 
imbuhnya. 
 
Padahal, sebagai partai demokrasi, kongres itu merupakan forum berdemokrasi. 
Konfercabsus itu juga forum berdemokrasi. Munculkan calon sebanyak-banyaknya. 
Lantas, dipilih yang terbaik. Dilakukan fit and proper test. Mekanisme 
demokrasi harus dilakukan dengan baik. Bukan ditunjuk seperti eranya Soeharto 
dulu. 
 
Makanya, kata Abdul Madjid, seharusnya Mega memberi contoh (kepada calon kepala 
daerah yang ingin berkompetisi). ''Seharusnya Mega mengatakan begini. Ayo, 
silakan semua maju. Hadapi dadaku, mana dadamu, begitu demokrasi,'' ujar tokoh 
nasionalis yang kritis sepanjang zaman itu. 
 
Bagi Wasekjen Pramono Anung, pemilihan kepala daerah justru dilakukan secara 
demokratis dari bawah. Usulan dari bawah itulah yang kemudian diambil keputusan 
oleh DPP. ''Tidak ada rekayasa sama sekali,'' katanya.  
* heru b. arifin

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] "Matinya" Demokrasi di Partai Demokrasi