[list_indonesia] [ppiindia] Kompensasi Berwujud Sekolah Gratis

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Thu, 10 Mar 2005 10:48:56 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0503/10/opi01.html


Kompensasi Berwujud Sekolah Gratis
Oleh Widoyoko

Belum lagi lonjakan harga kebutuhan pokok mereda sebagai dampak dari 
kenaikan harga gas Desember lalu, masyarakat dikejutkan kembali dengan 
naiknya harga bahan bakar minyak (BBM). Hanya saja, berbeda dengan peristiwa 
kenaikan harga yang sudah-sudah; kenaikannya kali ini mendapat dukungan 
penuh dari setidaknya tiga puluh enam orang cendekiawan-budayawan terkemuka 
Indonesia.

Dengan gagah mereka menyatakan sikapnya tersebut melalui iklan satu halaman 
penuh di sebuah media cetak yang pada intinya menyetujui adanya pengurangan 
subsidi harga BBM alias menaikkan harganya. Melalui iklan mereka mencoba 
memberi kearifannya dengan mengingatkan khalayak bahwa subsidi yang 
diberikan selama ini pada galibnya dinikmati oleh segelintir orang kaya 
disamping membuka celah bagi aksi penyelundupan minyak ke luar negeri. 
Karenanya, menurut mereka, akan lebih bermanfaat bila subsidi itu dikurangi 
saja dan dialihkan ke dalam program kompensasi seperti bea siswa pendidikan, 
perbaikan sarana kesehatan dan bantuan beras murah.
Inilah bentuk mobilisasi partisipasi masyarakat luas dalam ikut 
menanggulangi aksi pemborosan energi oleh pihak-pihak yang mampu 
berkendaraan pribadi dan menyetop aksi penyelundupan BBM ke luar negeri. 
Kendati, tindakan penghematan oleh pemerintah dan upaya pencegahan 
penyelundupan BBM dapat dinilai belum atau bahkan tidak optimal, risiko dari 
keseluruhan peristiwa itu segera dipikulkan ke pundak masyarakat luas yang 
mobilitas kehidupannya sangat tergantung pada fasilitas kendaraan umum.
Bagi masyarakat, pemborosan subsidi dan penyelundupan adalah urusan 
pemerintah, karena itu memang tanggung jawab dan kewenangannya. Masyarakat 
sudah cukup bahagia dengan tarif angkot yang tidak naik, harga sembako 
stabil dan situasi keamanan yang baik.

Bagaimanapun bobot rasionalitas yang dikemukakan oleh para penggagas maupun 
pendukungnya, menaikkan harga BBM sudah tentu sangat mengusik kekecewaan 
masyarakat. Hanya saja memang menjadi semakin menyuramkan keadaan bila saja 
kekecewaan tersebut diupayakan sebagai pendorong pencabutan mandat mereka 
kepada pimpinan negara. Untuk itulah kita harus menghindari suasana yang 
demikian dengan lebih memfokuskan pada masalah janji baru pemerintah, yaitu 
akan memberi kompensasi atas pengurangan subsidi harga BBM dengan 
peningkatan pelayanan pendidikan dasar dan menengah dalam bentuk bea siswa 
bagi siswa miskin yang diperkirakan jumlahnya 9,67 juta orang.


Salah Sasaran
Kita tidak berharap rencana tersebut semata-mata merupakan salah satu upaya 
pemerintah untuk meredam gejolak masyarakat sebagai akibat dari naiknya 
harga BBM. Kendatipun janji ini dalam realisasinya membutuhkan waktu yang 
tidak cepat, secepat datangnya dampak dari kenaikan harga BBM, tetapi ia 
diharapkan mampu memberikan harapan baru, khususnya dalam menggapai jaminan 
keberlanjutan pendidikan anak-anak kaum miskin.

Adanya saran para pengiklan pendukung pengurangan subsidi BBM agar 
kompensasi diwujudkan dalam pemberian bea siswa, sedikit memberi gambaran 
bahwa mereka benar-benar tidak memahami keadaan lapangan yang sesungguhnya. 
Usulan itu bisa wajar manakala seluruh aparatur negara dari tingkat pusat 
hingga kelurahan sudah benar-benar antikorupsi dan memiliki kepedulian yang 
tinggi terhadap pemberdayaan kehidupan si miskin.
Belajar dari penyelenggaraan program Kredit Mahasiswa Indonesia (KMI) yang 
pernah dilakukan pemerintah pada beberapa tahun lalu yang walaupun tujuannya 
memberi keringanan kepada mahasiswa kurang/tidak mampu, tetapi tokh banyak 
di antara para penerimanya justru berasal dari kalangan mampu. Begitu pula 
nantinya, hal tersebut dikhawatirkan terjadi pula di dalam masalah bea siswa 
kompensasi BBM.
Terjadinya kesalahan sasaran seperti itu, antara lain disebabkan oleh adanya 
kenyataan untuk mengurus surat keterangan, mulai dari tingkat RT hingga 
Kelurahan dan kemudian ke Dinas-Dinas terkait, seperti Dinas Sosial dan 
lain-lain, bukanlah perkara mudah. Bisa menjadi mudah, kalau dalam 
pengurusannya menggunakan jasa "biro jasa pelat merah" yang tentu saja akan 
berkonsekuensi dikeluarkannya uang jasa oleh sang pengguna jasanya.

Hal ini tentu sangat menyulitkan si miskin, tetapi sebaliknya bagi mereka 
yang mampu. Menghadapi kenyataan ini, biasanya secara klasik pejabat 
pemerintah akan menyatakan laporkan kepadanya, dan ia segera menindak tegas. 
Tetapi pada kenyataannya, praktik-praktik seperti itu terus saja 
berlangsung.


Sekolah Gratis
Selain itu, pelaksanaan pemberian bea siswa seperti itu sangat ruwet dan 
rawan, karena harus melibatkan banyak pihak, mulai dari tingkat survai, 
perencanaan, monitoring hingga evaluasi pelaksanaannya. Salah satu contoh, 
untuk pengadaan "kartu miskin"nya sendiri, seorang pejabat negara 
menyebutkan dibutuhkan waktu sekitar dua bulan. Dengan demikian waktu untuk 
mewujudkan impian siswa miskin itu pun menjadi lama. Dengan memperhatikan 
kendala yang akan terjadi seperti itu, seyogianya pemerintah lebih memilih 
kompensasi dari penghapusan subsidi diwujudkan dalam bentuk "sekolah gratis". 
Tahap awal diterapkan kepada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah negeri.
Ini relatif mudah dicapai mengingat berdasarkan hitungan para pakar di dalam 
iklannya di atas, sebelum dikuranginya subsidi termaksud, negara harus 
menghabiskan hampir Rp 200 miliar setiap hari untuk menyangga harga BBM. 
Jumlah murid SD ada sekitar 9.252.233 orang. Dengan asumsi bahwa setiap 
murid itu memerlukan dana pendidikan Rp 25.000,- per bulan, maka dibutuhkan 
dana sekitar Rp 231.305.825.000,- per bulan. Dengan kemampuan menghemat Rp 
200 miliar rupiah per hari, maka kebutuhan dana tersebut akan terpenuhi 
hanya dalam dua hari.
Demikian pula prosedur pelaksanaannya jauh lebih sederhana dan relatif lebih 
cepat dibandingkan dengan pemberian bea siswa. Pemerintah pusat tinggal 
menerbitkan peraturannya, yang tentu saja takkan mengalami kendala di 
parlemen, karena penggratisan sekolah pada dasarnya merupakan amanat UUD 45 
Pasal 31 (4) yang menyatakan bahwa Negara mempriotaskan anggaran pendidikan 
sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta 
dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan 
penyelenggaraan pendidikan nasional.
Dengan lebih memilih menggratiskan sekolah di tingkat dasar, pada hakikatnya 
juga merupakan salah satu bentuk kongkret apresiasi pemerintah pusat kepada 
beberapa daerah yang sudah lebih dulu menjajagi penggratisan sekolah 
(seperti Kutai, Gorontalo, Jawa Timur, dan Cilacap). Kalau daerah saja siap, 
bagaimana mungkin pusat tidak siap?

Penulis, Pemerhati
Masalah Sosial 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give underprivileged students the materials they need to learn. 
Bring education to life by funding a specific classroom project.
http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Kompensasi Berwujud Sekolah Gratis