[list_indonesia] [ppiindia] Kebijakan Moneter Pasca Kenaikan BBM

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Fri, 4 Mar 2005 10:09:35 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=159895
Jumat, 04 Mar 2005,

Kebijakan Moneter Pasca Kenaikan BBM
Oleh Abdul Mongid *

Pemerintah sudah menetapkan bahwa subsidi harga minyak dicabut sehingga 
harga BBM secara umum naik 29%. Kenaikan harga BBM diperkirakan akan 
menaikkan tingkat inflasi 2005 (year on year) menjadi sekitar 8% atau 
terjadi kenaikan 1-2% dari angka inflasi 2004 yang mencapai 6,40 persen.

Lonjakan inflasi diperkirakan akan terjadi pada Maret sampai April 2005. 
Seharusnya, inflasi yang akan terjadi jauh lebih tinggi daripada 2% karena 
pada awal 2005, ketika harga BBM direncanakan akan dinaikkan, dampak 
psikologisnya sudah terasa sehingga inflasi pada Januari 2005 melonjak 
menjadi 1,43 persen.

Ini berarti ancaman inflasi 2005 jauh masih sangat nyata sehingga target 
inflasi di bawah 8% akan sulit dicapai. Kenaikan harga BBM yang rata-rata 
mencapai 29% jelas merupakan kendala target mencapai inflasi yang lebih 
rendah daripada 2004. Sementara ekspansi pengeluaran sebagai konsekuensi 
adanya pemilihan kepala daerah secara langsung (pilkada) juga akan 
memberikan kontribusi yang signifikan.

Namun, melihat perkembangan yang terjadi saat ini, rasanya, kekhawatiran 
akan terjadinya krisis moneter sebagai dampak kenaikan harga BBM tidak 
beralasan. Toh, yang penting saat ini adalah jangan sampai DPR terlalu 
mempermasalahkan kebijakan kenaikan harga BBM sehingga tidak memicu 
terjadinya krisis politik yang tidak perlu.

Memang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi memicu tingginya 
angka inflasi, namun tampaknya sulit menjadi dasar bakal terjadinya krisis 
moneter.


Kondisi Moneter

Saat ini, secara umum, boleh dikatakan situasi moneter Indonesdia sangat 
stabil. Jumlah uang primer yang beredar sampai Februari 2005 berkisar Rp 174 
triliun dan cenderung menurun dibandingkan dengan Januari 2005 yang mencapai 
Rp 184 triliun. Penurunan ini terutama sebagai akibat turunnya jumlah uang 
kertas dan logam yang beredar.

Sebagaimana diketahui, dari Januari akhir sampai Februari 2005, terjadi 
penurunan jumlah uang kertas hampir Rp 10 triliun. Sementara sampai akhir 
Februari 2005, operasi moneter berhasil menyedot dana Rp 157 triliun. 
Perkembangan inilah yang kiranya memberikan sedikit penjelas kenapa pada 
Februari 2005 terjadi deflasi 0,23%.

Indikator moneter lain seperti cadangan devisa relatif tidak berubah. 
Cadangan devisa pada Februari naik sekitar Rp 2 triliun, dari sebelumnya Rp 
173 triliun menjadi Rp 175 triliun. Sementara aktiva domestik bersih (NDA) 
menurun sangat drastis, dari Rp 11 triliun menjadi minus kurang dari Rp 1 
triliun.

Dari sektor perbankan sebagai industri yang sangat penting pengaruhnya 
terhadap mekanisme transmisi kebijakan moneter, perkembangan mutakhir 
menunjukkan bahwa secara struktural terjadi perbaikan yang signifikan. Pada 
2004, perbankan nasional benar-benar menikmati mandi untung.

Secara total, keuntungan yang diperoleh mencapai Rp 43,78 triliun. Kalau 
tahun sebelumya hanya Rp 24 triliun, berarti kenaikannya hampir 100%. 
Kenaikan itu terutama sebagai berkah menurunnya suku bunga simpanan yang 
sangat drastis akibat turunnya bunga SBI.

Pada saat bersamaan, suku bunga masih saja dipatok pada 14-20% sehingga 
marjin bunga sangat besar. Tentu saja, kontribusi pertumbuhan kredit yang 
pesat juga sangat besar mendorong kenaikan laba yang sangat besar ini.

SBI sebagai instrumen moneter utama BI menunjukkan perkembangan yang 
meningkat seiring dengan perkembangan suku bunga internasional, terutama 
tingkat diskonto Bank Sentral Amerika (the FED). Selain itu, kenaikan suku 
bunga SBI juga merupakan konsekuensi makin tingginya tekanan inflasi. Suku 
bunga SBI untuk jangka waktu satu bulan saat ini berkisar 7,43%. Sebelumnya, 
pada September, suku bunga SBI 7,37%.

Angka SBI yang masih pada satu digit merupakan perkembangan baru di 
perekonomian karena suku bunga SBI pada beberapa tahun lalu selalu di atas 
10%. Yang sedikit mengkhawatirkan ialah mengecilnya suku bunga riil pada 
Januari yang diukur inflasi Januari mencapai 7,32% dikurangi suku bunga SBI 
7,42%.

Profil inflasi juga sangat menarik dikaji. Inflasi pada Januari 2005 sebesar 
7,32%, sementara pada Februari mengalami deflasi. Namun, kecenderungan 
trjadinya inflasi sangat nyata, terutama akibat ekspektasi kenaikan harga 
minyak dan dampak ikutannya.

Tetapi, dibandingkan dengan situasi Indonesia sebelumnya, sebenarnya inflasi 
di bawah 10% boleh disebut sebagai prestasi walaupun dibandingkan dengan 
negara lain -yang malah cenderung mengalami deflasi- apa yang terjadi sangat 
aneh.

Dengan kenaikan harga BBM, dipastikan inflasi yang berasal dari kenaikan 
biaya tak dapat ditolak. Bahkan, mungkin, akibatnya jauh lebih tinggi karena 
adanya inflasi psikologis dari perilaku bisnis yang ikut menaikkan harga.


Langkah BI

Jelas inflasi akan menjadi ancaman serius bagi perkembangan ekonomi ke 
depan. Ini bisa menjadi ancaman serius bagi pemerintah karena asumsi inflasi 
dalam RAPBN 2005 adalah 5,5%. Kalau inflasi yang terjadi jauh melebihi 
asumsi 5,5%, pasti akan menyeret pada melemahnya kurs rupiah yang ditetapkan 
dalam RAPBN Rp 8.600 per dolar. Demikian juga dengan asumsi SBI yang hanya 
6,5%. Ini berarti inflasi akan menjadi pemicu persoalan lain yang lebih 
besar.

Sampai dua bulan ke depan, jelas akan terjadi kepanikan di pasar, terutama 
diindikasikan dengan kenaikan harga-harga yang luas. Ibaratnya, petani sayur 
kangkung juga akan mengklaim karena kenaikan BBM, biaya produksinya 
meningkat.

Kepanikan harga yang luas itu harus disikapi otoritas moneter dengan kepala 
dingin. Artinya, kalaupun terjadi kenaikan inflasi sampai dua bulan ke depan 
dengan angka sangat drastis -katakanlah angka akumulatifnya 2%- maka BI 
harus melihatnya sebagai kejadian sementara. Karena sifatnya temporer, maka 
yang paling bijaksana ialah mencermati dengan melakukan kalkulasi.
*. Abdul Mongid, dosen STIE Perbanas Surabaya 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Kebijakan Moneter Pasca Kenaikan BBM