[list_indonesia] [ppiindia] Bunuh Diri Rakyat Miskin dan Gaji Besar Pejabat

  • From: A Nizami <nizaminz@xxxxxxxxx>
  • To: ekonomi-nasional@xxxxxxxxxxxxxxx, ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, lisi@xxxxxxxxxxxxxxx, sabili <sabili@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Fri, 11 Mar 2005 23:04:38 -0800 (PST)

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

Makin besarnya gaji pejabat, membuat mereka semakin
tidak sensitif akan penderitaan rakyat miskin. Sebagai
contoh, dengan gaji presiden sebesar Rp 70 juta
(CMIIW) sementara makan, bensin, rumah ditanggung,
sulit bagi presiden untuk merasakan penderitaan rakyat
ketika harga premium naik dari Rp 1810 menjadi Rp
2400. Begitu pula dengan anggota DPR yang merasa gaji
Rp 25 juta tapi menganggap rakyat dgn gaji UMR sebesar
Rp 700 ribu/bulan akan sanggup menerima kenaikan harga
BBM.

Kata seorang pejabat subsidi BBM itu cuma "dinikmati"
pemilik kendaraan. Fakta menunjukkan ternyata
mayoritas pengguna kendaraan justru orang miskin
seperti 700 ribu bis dan angkutan umum serta 24 juta
sepeda motor. Jarang ada buruh atau karyawan miskin ke
tempat kerja jalan kaki karena kontrak rumah murah ada
jauh di pinggiran Jakarta.

Fakta di lapangan juga menunjukkan kenaikan harga BBM
menyebabkan naiknya tarif angkot dan harga2 barang
lainnya. Rakyat miskin yang naik angkutan umum pun
menderita.

Teman saya cerita, bahwa ada anak yang kakinya patah
karena jika sebelumnya naik metromini, setelah BBM
naik dia jalan kaki dan tertabrak sepeda motor. Mirip
dgn sebuah lelucon di email, tapi ini fakta.

Juga ada tetangganya yang supir ojek dgn penghasilan
sekitar Rp 300 ribu per bulan dengan 5 anggota
keluarga, makan hanya 1 kali sehari. Padahal anak2nya
sudah tidak disekolahkan.

Ada juga ibu yang bekerja sbg pencuci pakaian dgn
penghasilan Rp 150 ribu per bulan.

Mereka tidak tersentuh oleh "Dana Kompensasi BBM" yang
diiklankan pemerintah. Yang mereka rasakan adalah
beban yang semakin tinggi karena kenaikan harga-harga
barang.

Banyak rakyat miskin yang bunuh diri. Siapa yang
bertanggung-jawab?

Menurut saya, yang bertanggung-jawab adalah
orang-orang yang membuat harga-harga barang semakin
naik.

Berikut artikel bunuh diri kaum miskin

24/12/2004 06:03 - 
Bunuh Diri Kaum Miskin 
Dikirim oleh redaksi tulisan lain soal 
 Mengerikan sekali hidup di kota Jakarta. Sedih dan
ingin marah rasanya saya setelah membaca pemberitaan
media massa tentang tindakan bunuh diri seorang ibu
bersama 2 orang anaknya karena kesulitan hidup atau
kemiskinan yang melilit mereka. Keputusan itu diambil
oleh seorang ibu bernama Jasih, melakukan bunuh diri
bersama 2 anaknya yakni Galang (7 tahun) dan Galuh (4
tahun). Bunuh diri itu dilakukan dengan membakar diri
di rumahnya di daerah Koja Jakarta Utara pada tanggal
15 Desember 2004. Menurut isi surat yang ditulis dan
ditinggalkan pada suaminya Mahfud, Jasih
mengungkapkan, bahwa dia sudah tidak tahan lagi
menanggung kemiskinan hidup dan tidak tahan melihat
penderitaan anak mereka, Galuh yang menderita kanker
otak.  
 
  
Mengerikan dan menyayat hati membaca keputusan yang
diambil oleh si ibu, sementara dia pun saat itu sedang
hamil. Peristiwa menyakitkan itu ditambah lagi, diaman
saat tetangga korban membawa Galang yang badannya
penuh dengan luka bakar, ditolak oleh sebuah rumah
sakit. Penolakan itu menurut cerita tetangga korban
dikarenakan tidak ada uang jaminan yang diminta oleh
pihak rumah sakit. Saat mengetahui informasi itu, saya
tidak bisa membayangkan ada orang, entah itu petugas
atau perawat entah dokternya, bisa menolak seorang
anak yang penuh luka bakar bakar hanya alasan uang
jaminan. Tidakkah mereka harusnya sebagai pekerja di
rumah sakit sadar bahwa mereka bekerja untuk menolong
manusia dan menempatkan keselamatan kehidupan
sesamanya lebih dulu ketimbang uang. 

Kejadian ini bukanlah yang pertama dan satu-satunya.
Banyak kasus seperti ini terjadi dan terjadi terus
hingga hari ini. Belum hilang dari ingatan kita
tentunya, kejadian pada tahun 2003 lalu, dimana
seorang pelajar di Bandung terpaksa mencoba melakukan
upaya bunuh diri dengan gantung diri karena masalah
biaya sekolah. Upaya bunuh diri itu dilakukan setalah
si pelajar tidak mendapat uang sebesar Rp 3.000 untuk
membayar biaya ekstra kurikuler di sekolah. Ketika itu
orang tuanya memang sedang tidak punya uang, hingga
terpaksa menolak permintaan sang anak. Takut
mendapatkan masalah di sekolah, sang anak akhirnya
mencoba bunuh diri namun berhasil digagalkan. Walaupun
demikian karena sempat tergantung beberapa lama,
kejadian tersebut saat ini meninggalkan dampak
kejiwaan yang sangat buruk bagi si anak. 

Begitu pula beberapa bulan lalu juga, kita dibuat
tegang karena seorang suami meminta izin pada
pengadilan agar diberi izin melakukan tindakan
euthanasia (bunuh diri) dengan cara menghentikan upaya
medis terhadap isterinya yang diopname karena sudah
tidak mampu lagi membiayai tagihan biaya rumah sakit.
Sang suami saat diwawancara oleh sebuah stasiun
televisi swasta mengatakan, bahwa permintaan izin ini
terpaksa dilakukan karena dia sudah tidak punya biaya
dan negara atau pemerintah tidak mau membantu.
Dikatakan juga desakan meminta izin upaya euthanasia
itu semakin kuat karena pihak rumah sakit tetap saja
menagih biaya pengobatan walau dia sudah mengatakan
tidak punya uang lagi membiayai pengobatan isterinya
tersebut. 

Jalan pintas dengan bunuh diri untuk lepas dari
kemiskinan yang melilit kehidupan warga Jakarta
lainnya juga dilakukan oleh seorang pedagang kaki lima
(PKL) pada tangga 26 Mei 2004 lalu. Peristiwa bunuh
diri pasti terpaksa dilakukan oleh Binsar Sianipar (28
tahun) yang sehari-hari berjualan VCD, secara nekat
mengikat lehernya dengan menggantung dirinya memakai
sebuah spanduk di dalam kamar kontrakannya yang
sederhana di daerah Ciracas Jakarta Timur. Menurut
cerita seorang temannya dikatakan bahwa ada
kemungkinan disebabkan karena putus asa sebagai
pedagang kaki lima (PKL) tidak berkembang. 

Temannya itu menuturkan, bahwa mereka sebelumnya
sama-sama berjualan di daerah Pasar Rebo Jakarta.
Sebagai PKL, barang dagangan mereka berdua diceritakan
sering menjadi sasaran empuk penggusuran atau dirazia
oleh petugas ketentaraman dan ketertiban (Trantib)
pemda. Situasi ini memaksa Sianipar pindah berjualan
di daerah Glodok Jakarta Barat yang sebenarnya juga
tidak membawa perkembangan karena terlalu banyak
saingan. Kesulitan hidup di Jakarta inilah yang
menurut kawannya itu membuat Sianipar putus asa dan
memutuskan bunuh diri. 

Mengerikan sekali hidup di Jakarta ini, miskin tanpa
ada bantuan atau perhatian dari pemerintahnya dan
terpaksa bunuh diri untuk menghentikan penderitaan. 

Kejadian lain sejenis juga dialami oleh sebuah
keluarga miskin di daeran Halim Jakarta Timur pada
November 2004 lalu. Seorang ibu bernama Rosmawati (32
tahun) terpaksa meninggal dunia pada tanggal 18
November 2004 karena menderita infeksi dan tumor di
kandungan. Kemiskinan keluarganya membuat Romawati
terpaksa dibawa ke "pengobatan alternatif", tidak
berobat ke rumaha sakit karena biaya pengobatan sangat
mahal tetapi pergi. Tindakan ini justru membuat
penyakit Rosmawati semakin parah dan mengalami infeksi
pada kandungannya karena tindakan pada pengobatan
alternatif itu steril. Saat kritis, pihak keluarga
mencoba kembali membawa Rosmawati ke sebuah rumah
sakit umum daerah dan diminta biaya Rp 50 juta walau
keluarga sudah menyertakan Surat Keterangan bahwa
mereka adalah keluarga miskin. 

Tindakan memilih cara non medis untuk penyakit serius
yang dialami oleh Rosmawati karena mahal berobat ke
rumah sakit, juga merupakan sebuah bentuk upya bunuh
diri secara perlahan. Memilih cara pengobatan yang
tidak bisa dipertanggung jawabkan secara medis tetapi
dipilih karena tidak ada pilihan guna menyiasati
kesulitan keuangan. Beberapa media ibukota
memberitakan juga banyak kejadian bunuh diri lain
sepanjang tahun 2004 ini, yang dilakukan warga Jakarta
karena sudah tidak tahan lagi dengan kemiskinan yang
melilit mereka. Semua kejadian bunuh diri mengubur
janji-janji pemerintah dan khususnya pemerintah
provinsi (Pemprov) Jakarta yang katanya akan
memberikan kesejahteraan pada warganya yang miskin. 

Pemprov Jakarta selalu bicara, bahwa mereka memiliki
program untuk membantu kehidupan warga miskin misalnya
saja Program Pengentasan Warga Miskin Kota (PPMK) atau
jaminan pelayanan kesehatan gratis keluarga miskin.
Beberapa kasus kematian akibat bunuh diri di atas
sudah cukup memberikan bukti pada kita, bahwa
program-program yang dijanjikan Pemprov Jakarta hanya
omong kosong belaka. Kasus kematian Binsar di atas
menunjukkan, bahwa kebijakan Pemprov Jakarta secara
sistematis telah mendorong dibuatnya keputusan bunuh
diri. Akibat sering digusur oleh Pempro Jakarta terus
menerus dan hidup semakin sulit maka Binsar memutuskan
gantung diri. Selain itu juga, kebijakan menggusur
yang dilakukan oleh Pemprov Jakarta adalah pembunuhan
karena telah menghilangkan sumber kehidupan warganya. 

Demikian pula dengan beberapa kejadian bunuh diri
akibat kesulitan biaya pengobatan yang dialami
keluarga Mahfud dan Rosmawati membuktikan, bahwa janji
pengobatan gratis tidak jalan dan tidak dapat
dijangkau oleh para keluarga miskin. Tidak
terjangkaunya program itu oleh korban tidak lain
merupakan akibat dari rusaknya dan korupnya para
aparat di jajaran Pemprov Jakarta. Rusaknya lagi, para
akhir-akhir ini anggota DPRD Jakarta justru sibuk dan
ngotot minta mobil dinas serta rumah dinas, gubernur
dan wakilnya minta jatah baju dinas. Sementara
warganya gantung diri atau membakar dirinya karena
hidup miskin dan digusur terus menerus. 

Cukup kiranya bukti-bukti bagi kita untuk mengatakan
bahwa elit kota ini, Pemprov dan DPRD Jakarta telah
gagal bekerja sebagai pelayanan warga. Mereka yang
seharusnya memberikan jaminan dan perlindungan
terhadap hak-hak warga untuk hidup, bekerja secara
bebas dan mendapatkan pelayanan kesehatan, malah sibuk
bagi-bagi jatah uang dan menggelapkan dana yang
seharusnya menjadi hak warga untuk kepentingan pribadi
mereka. Akhirnya haruslah diakui, bahwa banyak
kematian bunuh diri para warga miskin ini, tanggung
jawab utama berada di tangan Pemprov dan DPRD Jakarta.
Tindakan mereka yang selama ini main gusur dan
mengkorupsi berbagai dana proyek bantuan keluarga
miskin merupakan cara-cara sistematis membunuh
warganya sendiri. Jika Pemprov tidak main gusur dan
tidak koruptif, besar kemungkinan Binsar atau Jasih
akan memiliki alternatif pilihan lain yang tidak
mematikan diri mereka sendiri. 

Jakarta, 17 Desember 2004 
Penulis adalah Ketua Forum Warga Jakarta (FAKTA) 
Sekretariat: Jl. Pancawarga IV No: 44, RT 003 RW 07,
Cipinang Muara, Jakarta Timur.
Telp/Fax: 021 8569008, HP: 0815 9977041, Email:
azastigor@xxxxxxxxx 
 
http://endonesa.net/news.php?cod=117

Bacalah artikel tentang Islam di:
http://www.nizami.org


                
__________________________________ 
Do you Yahoo!? 
Yahoo! Small Business - Try our new resources site!
http://smallbusiness.yahoo.com/resources/ 


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Bunuh Diri Rakyat Miskin dan Gaji Besar Pejabat