** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** http://www.gatra.com/versi_cetak.php?id=53487 LINGKUNGAN [ GATRA Printed Edition ] Ancaman Logam Maut dari Jalanan RIBUAN mobil baru yang tiap tahun diluncurkan bisa jadi cuma memberi kenyamanan semu bagi orang berduit. Di dalam kabin nan sejuk, mereka memang bisa tiduran nyaman sambil menikmati musik di tengah kemacetan lalu lintas. Tapi, apakah mereka peduli kalau asap dari knalpot mobilnya menebar racun ke udara, menyusup ke paru-paru seluruh warga kota, dan menabung efek buruk jangka panjang yang mengerikan? Karbon dioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO) yang dihasilkan mesin kendaraan diketahui sebagai gas beracun yang bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan, bahkan dapat membunuh seketika. Gas-gas itu juga jadi masalah global karena meningkatkan efek rumah kaca dengan dampak meningkatnya suhu bumi. Unsur lain dari buangan asap kendaraan yang tak kalah berbahaya adalah timbal, alias timah hitam, alias plumbum (Pb). Timbal kini dianggap sebagai ancaman serius karena diketahui telah menyusup ke dalam darah warga kota, termasuk anak-anak. Logam pencemar dari kendaraan dengan bahan bakar bensin bertimbal itu bisa terakumulasi dalam tubuh, menyerang organ-organ penting, bahkan merusak kualitas keturunan. Sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa timbal bisa menurunkan tingkat inteligensia. Berbagai seminar digelar untuk mengingatkan ihwal bahaya timbal seraya mencari solusinya. Terakhir, seminar bertema "Jejak Langkah Menuju Bensin Tanpa Timbal 2005" yang digelar Komite Penghapusan Bensin Bertimbal dan ASEAN Clean Fuel Association, di Jakarta, Desember lalu. Para peneliti timbal dari sejumlah perguruan tinggi, seperti Puji Lestari, Budi Haryanto, Asrom Hamonangan, dan Darmadi Goenarso, mendesak pemerintah agar menghapus bensin bertimbal. Tentu saja, sistem transportasi kota harus pula dibenahi, untuk mengatasi kemacetan yang kian parah. Budi Haryanto mengatakan, anak-anak --terutama yang berusia kurang dari enam tahun-- adalah kelompok paling rentan tercemar timbal. "Anak-anak lebih mudah menyerap timbal karena sistem penolakan tubuhnya terhadap bahan asing belum sempurna," kata Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI), itu. Doktor Puji Lestari dari Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) memaparkan hasil penelitiannya yang mencemaskan. "Unsur timbal sudah masuk darah anak-anak sekolah di Bandung," ujar doktor bidang polusi udara lulusan Illinois Institute of Technology, Chicago, Amerika Serikat, itu. Puji melakukan penelitian yang disponsori SIDA (Swedish International Development and Cooperation Agency) di Bandung sepanjang 1994-2004. Ia memeriksa kondisi udara dan mengambil sampel darah anak-anak, polisi lalu lintas, tukang parkir, pedagang kaki lima, dan sopir angkutan umum. Hasilnya menunjukkan, dari sampel darah 62 anak, 21 di antaranya mengandung timbal di atas ambang batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Ambang batas WHO untuk timbal pada darah anak-anak adalah 10 mikrogram/desiliter (ug/dl), dan pada darah orang dewasa 25 ug/dl. Pencemaran udara di daerah padat lalu lintas di Bandung, seperti di Alun-alun, Jalan Braga, Merdeka, Asia Afrika, dan Pasteur, pun sudah melampaui ambang batas. Di Alun-alun, konsentrasi timbal di udaranya 0,6 - 2,4 ug/m3. Sedangkan di Jalan Merdeka dan Jalan Ganesha 1.57 ug/m3 dan 0.97 ug/m3. Ambang batas timbal di udara yang ditetapkan WHO adalah 0,5 ug/m3. "Udara Bandung terjebak dan sudah teracuni," kata Puji. Hasil yang lebih mengkhawatirkan diperoleh Survei Ekologi Kesehatan di Bandung pada 2001 yang dilakukan Profesor Dr. Otto Soemarwoto, guru besar ilmu lingkungan Universitas Padjadjaran. Pada sampel darah rata-rata anggota polisi lalu lintas ditemukan timbal 30,66 ug/dl, dan pada sampel darah sopir angkutan kota 25,23 ug/dl. Sedangkan pada darah warga biasa 12,28 ug/dl. Otto menyimpulkan, semua warga Bandung sudah tercemari timbal. "Darah gubernur, wali kota, dan ketua DPRD pun pasti mengandung timbal di atas ambang batas," katanya. Otto sendiri mengatakan bahwa darahnya mengandung timbal dengan kadar 34 ug/dl. "Bandung terletak dalam cekungan, sehingga pencemaran udara dengan tingkat yang sama dengan kota-kota besar lainnya berdampak lebih buruk," kata Otto Soemarwoto. Bagaimana dengan Jakarta? Sama, mencemaskan. Lihat saja hasil penelitian Center for Desease Control and Prevention, bekerja sama dengan UI, pada 2001. Dari sampel darah 397 anak usia 6-12 tahun, 62% mengandung timbal di atas ambang batas WHO. Rinciannya: 35% sampel mengandung timbal berkadar 11 ug/dl, 25% sampel berkadar timbal 14 ug/dl, dan 2,4% lainnya mengandung timbal lebih dari 20 ug/dl. Hasil penelitian Kantor Pengendalian dan Pemantauan Lingkungan Hidup serta Fakultas Kesehatan Masyarakat UI pada 1997 menunjukkan, kualitas udara Jakarta memang payah. Kawasan perempatan Cawang, misalnya, memiliki kadar rata-rata timbal dalam debu udara lebih dari 30 ug/m3. Udara Tomang dicemari timbal dengan kadar 25/m3, Lebak Bulus sekitar 23 ug/m3, Kampung Rambutan 21 ug/m3, Senen 3 ug/m3, dan Pulogadung 1 ug/m3. Bersyukur, pada 2001 pemerintah mencanangkan program bebas timbal di Jakarta. Bensin yang dijual di seluruh pompa bensin di Ibu Kota sudah tidak mengandung timbal. Hasilnya mulai terlihat pada penelitian yang dilakukan Fakultas Kesehatan Masyarakat UI sejak awal Januari lalu. Budi Haryanto, koordinator penelitian itu, mengatakan bahwa timnya sudah mengambil 160 dari target 200 sampel darah anak sekolah dasar di beberapa kawasan di Jakarta dan sekitarnya. Hasil sementara menunjukkan, kadar timbal pada darah anak-anak sudah menurun dibandingkan dengan hasil penelitian pada 2001. Dari semua sampel darah yang sudah diperiksa, hanya 25% yang mengandung timbal di atas ambang batas WHO. Rata-rata kadar timbal pada tiap sampel darah "cuma" 4,6 ug/dl. Bandingkan dengan rata-rata kadar timbal hasil penelitian 2001 yang mencapai 8,6 ug/dl. "Program bebas timbal di Jakarta hasilnya signifikan," kata Budi Haryanto, yang menyempatkan datang ke Gedung Gatra, Selasa lalu, untuk menjelaskan hasil sementara penelitiannya. Kandidat doktor bidang epidemilogi itu mendesak pemerintah agar menghapuskan bensin bertimbal di seluruh wilayah Indonesia. Kampanye itulah yang sekarang terus digeber Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB). "Kita sudah ketinggalan oleh negara-negara lain, bahkan oleh para tetangga," kata Ahmad Safrudin, Koordinator KPBB. Safrudin memaparkan bahwa Amerika Serikat dan negara-negara Eropa sudah menghapuskan timbal pada bensin sejak awal 1980-an. Singapura dan Malaysia sudah menghilangkan timbal pada 1990, serta Thailand dan Filipina menyusul setahun kemudian. Menurut Safrudin, penghapusan bensin bertimbal di Jakarta tak berpengaruh banyak dalam mengurangi pencemaran. "Siapa yang menjamin semua mobil yang beredar di Jakarta membeli bensinnya di Jakarta?" katanya. Padahal, pompa-pompa bensin di luar Jakarta masih menjual bensin bertimbal. Dan, sebagian besar mobil yang berseliweran di Jakarta berasal dari wilayah Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Muhamad Rudi Wahyono dari Pusat Informasi Timbal Indonesia (Indonesia Lead Information Center) mengatakan, 70% polutan timbal di Jakarta diperkirakan berasal dari asap kendaraan. Saat ini, jumlah kendaraan bermotor di Ibu Kota mencapai 4.150.000 unit. Tingkat pertumbuhannya rata-rata di atas 5% per tahun. "Kondisi itu diperparah dengan upaya perawatan kendaraan yang tidak memadai," ujar Rudi. Pemeriksaan emisi kendaraan yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi membuktikan, sekitar 60% kendaraan yang diperiksa tidak memenuhi ambang batas emisi gas buang. Menteri Lingkungan Hidup telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 141 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Emisi Kendaraan Tipe Baru. Dalam keputusan itu dinyatakan, mulai Januari 2005 setiap kendaraan dengan tipe baru wajib mematuhi standar emisi EURO 2. Sedangkan tipe lama yang sudah terjual diberi kesempatan melakukan penyesuaian hingga 2007. Dengan demikian, mulai 2007 setiap kendaraan yang dijual di Indonesia harus memenuhi standar EURO 2. Standar baru itu menetapkan ambang batas emisi gas buang yang disemprotkan kendaraan bermotor. Untuk emisi karbon monoksida (CO), misalnya, ditetapkan maksimal 2,2 gram per kilometer, diukur selama kendaraan beroperasi di jalan. Patokan ini lebih rendah dibandingkan dengan standar Euro 1 yang 2,72 gram per kilometer untuk gas yang sama. Regulasi ramah lingkungan untuk menekan bahan pencemar udara itu disepakati negara-negara Eropa sejak 1991, dengan kesepakatan EURO 1. Selanjutnya, pada 1996, mereka melangkah ke kesepakatan EURO 2 dengan menekan emisi gas buang kendaraan bermotor hingga 30%. Ahmad Safrudin mengingatkan, Indonesia akan semakin tertinggal jika tidak segera melaksanakan ketetapan EURO 2. Sebab negara lain sudah melangkah ke ketetapan EURO 3 yang dibuat tahun 2000, dengan pengurangan emisi partikel debu sampai di bawah 20%. Berikutnya, mereka akan menyongsong ketetapan EURO 4, dengan target emisi partikel menjadi di bawah 10%. Ketetapan EURO dilaksanakan dengan melakukan perbaikan mutu bahan bakar dan teknologi mesin kendaraan. Di negara-negara yang sudah menghapus bensin bertimbal, mesin kendaraan dilengkapi peranti bernama catalitic coverter. Alat ini berfungsi menyaring gas-gas pencemar hasil pembakaran, sehingga asap yang keluar dari knalpot sudah ramah lingkungan. Tapi alat itu akan rusak jika digunakan pada kendaraan yang masih menggunakan bensin bertimbal. Keruan saja, asap yang disemburkan mesin-mesin kendaraan di kota-kota besar Indonesia akan kian mengganas seiring kondisi lalu lintas yang makin macet. Pemecahan masalah pencemaran udara terutama oleh timbal sudah saatnya dipikirkan bersama. Timbal kini diketahui sebagai bahan pencemar yang dapat menyebabkan tragedi sosial akibat penurunan kecerdasan anak-anak. Kemampuan akademis mereka bisa menurun, dan secara nasional bisa menjatuhkan kualitas bangsa di masa datang. Itu berarti sebuah kehilangan generasi penerus. Pencemaran udara memberi akibat kerugian berantai. Laporan studi Mitra Emisi Bersih yang dilansir Oktober 2004 menyebutkan, masyarakat Jakarta harus menanggung sekitar US$ 180 juta tiap tahun akibat polusi udara. Diprediksi, biaya itu akan naik dua kali lipat dalam 10 tahun ke depan. Biaya itu sebagian besar dibayarkan untuk berobat, akibat berjangkitnya berbagai penyakit. Bahan polutan yang mencemari udara memang secara langsung menggerogoti daya tahan tubuh dan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan. Kerugian lainnya adalah hilangannya pendapatan karena warga kota tidak dapat bekerja gara-gara sakit. Menurut studi Mitra Emisi Bersih, gangguan polusi udara menyebabkan rata-rata warga kota kehilangan 24 hari kerja pada 2004. Kasus kematian akibat polusi tercatat mencapai 6.400 di kota-kota besar seluruh Indonesia. Paul Butarbutar, Senior Program Officer Clean Air Project Swisscontact Jakarta, mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk serius menangani persoalan lingkungan. Menurut dia, ada empat hal yang harus menjadi fokus perhatian pemerintah. Pertama, penerapan standar emisi kendaraan yang lebih ketat. Kedua, meningkatkan kualitas bahan bakar yang ramah lingkungan. Ketiga, peningkatan upaya perawatan kendaraan, dan keempat penataan transportasi. Upaya mengatasi ancaman polusi udara jangan sampai menunggu dampaknya yang lebih gawat. Kata orang bijak, lebih baik mencegah daripada mengobati. Endang Sukendar, dan Ida Farida (Bandung) [Lingkungan, Gatra Nomor 16 Beredar Senin, 28 Februari 2005] -------------------------------------------------------------------------------- URL: http://www.gatra.com/versi_cetak.php?id=53487 [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **