[list_indonesia] [ppiindia] Agenda Mereformasi Birokrasi

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Fri, 18 Mar 2005 22:30:30 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=104090

            Agenda Mereformasi Birokrasi
            Oleh Hendrizal SIP 


            Sabtu, (19-03-'05)
            Pemerintah akan terus melakukan terobosan agar birokrasi kita 
menjadi lebih efisien dan kondusif bagi kegiatan usaha. Upaya tersebut memang 
tidak mudah, tetapi pemerintah sudah bertekad terus menyederhanakan birokrasi 
ini. Demikian ditandaskan Wapres Jusuf Kalla saat berdialog dengan kalangan 
dunia usaha pada forum Rapimnas Kadin Indonesia di Jakarta, baru-baru ini. 

            Kalla mengatakan, pemerintah yang baik harus menerapkan birokrasi 
yang mudah dan dapat dipenuhi oleh masyarakat umum dengan waktu relatif 
singkat. Selama ini, birokrasi yang tercipta di setiap instansi pemerintahan 
kita banyak yang menyalahi aturan sehingga menimbulkan ekonomi biaya tinggi 
(high cost economic). Karenanya, sistem birokrasi kita yang ada selama ini 
menjadi beban dan menghambat upaya peningkatan kinerja ekonomi nasional. (Suara 
Karya, 5/2/2005). 

            Memang, seiring dengan semakin terintegrasinya ekonomi global, 
dunia usaha di setiap negara harus bisa mengantisipasi sistem yang sudah sangat 
terbuka, demokratis, dan mengusung iklim persaingan sempurna. Usaha yang 
menghasilkan produk dengan mutu baik, harga kompetitif, dan proses 
pendistribusian yang cepat niscaya menjadi pemenang di pasar. Sayangnya, upaya 
menuju ke arah itu sering terhambat oleh birokrasi kita melalui pelayanan 
publiknya dalam bentuk perizinan usaha yang berbelit-belit. 

            Karena itu, logis bila pemerintah bertekad melakukan reformasi 
birokrasi seperti dilontarkan Wapres Jusuf Kalla di atas. Beberapa waktu lalu, 
saat membuka Diklat Kepemimpinan Tingkat II Angkatan III Provinsi Jawa Tengah 
di Semarang, Kepala Lembaga Administrasi Negara, Anwar Suprijadi, juga 
menegaskan, reformasi birokrasi perlu dilakukan. Walaupun berbagai upaya sudah 
dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pelayanan aparatur pemerintah 
kepada masyarakat, tetapi pelayanan publik di Indonesia tetap amburadul. 
(Kompas, 21/5/2004). 

            Agaknya bentuk reformasi birokrasi yang perlu ditempuh ialah 
menciptakan jiwa entrepreneurship tinggi pada birokrasi, yaitu kemampuan 
mencari cara baru guna memaksimalkan produktivitas dan efektivitas, terutama 
agar birokrasi dapat beradaptasi dengan era globalisasi yang berlangsung cepat 
seiring perkembangan teknologi yang kian canggih. Ini juga mengingat tuntutan 
publik yang makin kompleks dan kebutuhan pelayanan publik yang bertambah 
banyak. 

            Dalam era otonomi daerah ini, reformasi birokrasi menemukan 
momentum yang lebih tepat. Dengan diberikannya kewenangan yang demikian luas 
beserta sumber pembiayaannya, daerah dituntut kreatif dan tidak bergantung 
kepada Pusat dalam menjalankan fungsinya. Sementara di lain pihak, tuntutan 
kebutuhan masyarakat yang harus dilayani birokrasi kian kompleks dan bertambah 
kuantitasnya, di samping tingkat kesadaran publik yang makin tinggi. Kondisi 
ini mengharuskan organisasi publik siap melakukan perubahan-perubahan 
fundamental organisasional untuk menuju good governance. 

            Tantangan peningkatan kualitas pelayanan publik ini menjadi 
demikian urgen mengingat karakteristik warga masyarakat kita kini yang kritis 
dan relatif makmur. Daya kritis ini dipicu oleh kuantitas warga yang 
berpendidikan tinggi semakin banyak. Sementara itu kemakmuran status ekonomi 
warga mendorong terciptanya kebutuhan-kebutuhan pelayanan publik baru yang 
perlu diselenggarakan pemerintah, sehingga tuntutan publik atas pelayanan 
menjadi kian kompleks. Kompleksitas tuntutan pelayanan yang disertai tingginya 
daya kritis publik menjadikan posisi organisasi publik rentan kritik, sehingga 
dibutuhkan upaya antisipasi sedini mungkin untuk memuaskan publik selaku 
konsumennya. 

            Dilihat dari perspektif historis, selama ini, tumbuhnya birokrasi 
sangat bersifat top-down dan menjadikan publik senantiasa menjadi objek 
kekuasaan. Ini terbukti dengan sebutan birokrasi sebagai "pangreh praja" 
(pemerintah masyarakat) yang kemudian berganti sebutan "pamong praja". 
Ketidakberpihakan birokrasi kepada publik ini tidak lepas dari awal kemunculan 
mereka yang merupakan kepanjangan tangan pemerintah kolonial untuk 
mengeksploitasi publik. Kondisi ini berlanjut dan makin menjadi-jadi terutama 
pada kurun waktu rezim Orde Baru berkuasa. Kondisi objektif birokrasi yang 
demikian lama diwarnai oleh "kekuasaan atas publik", bukan "kekuasaan untuk 
publik", memerlukan waktu yang lama untuk bisa mengubah orientasinya tersebut. 

            Selain itu, faktual secara kuantitas mesin birokrasi yang ada 
selalu terkesan gemuk dan tidak efisien. Ini dapat dilihat dari sedemikian 
banyaknya lembaga departemen ataupun nondepartemen atau dinas daerah yang 
dibentuk yang kerap tidak mempertimbangkan kebutuhan riil daerah. Bahkan ada 
beberapa departemen atau dinas daerah yang eksistensinya hanyalah untuk 
mengakomodasi kepentingan kelompok tertentu. Sebut, misalnya, jabatan Pembantu 
Gubernur atau Pembantu Bupati yang merupakan jabatan buangan yang tidak 
strategis dan diperuntukkan bagi person yang tidak dikehendaki elite tetapi 
bergolongan kepangkatan tinggi. Akibatnya, terjadi inefisiensi dan 
inefektivitas birokrasi. 

            Kondisi itu jelas tidak menguntungkan pada saat kita dihadapkan 
dengan tuntutan global sekarang ini yang berputar serba cepat dan efisien. 
Karenanya perlu diupayakan revitalisasi birokrasi. Upaya optimalisasi kapasitas 
birokrasi itu dapat dibagi dalam 3 aspek, yaitu aspek kelembagaan, aspek sumber 
daya manusia (SDM), serta aspek manajemen organisasi dan finansial. 

            Pada aspek kelembagaan, isu utama yang berkembang ialah keharusan 
melakukan restrukturisasi fungsi dan organisasi birokrasi yang secara riil 
besar menuju sebuah organisasi birokrasi yang smaller, faster and cheaper 
(kecil, cepat dan murah). Dalam perspektif manajemen, birokrasi modern yang 
diperlukan saat ini ialah yang secara fisik organisasional kecil tetapi secara 
kualitatif kapasitasnya besar, sehingga kualitas pelayanan publik yang 
diberikan akan makin baik sementara biaya yang terpakai dapat ditekan sedikit 
mungkin. Dengan begitu, rasionalisasi birokrasi, baik secara praktis maupun 
teoritis, sudah mendesak dilakukan dengan pertimbangan peningkatan efisiensi 
anggaran dan kualitas pelayanan publik. 

            Pada aspek SDM, isu utamanya ialah upaya menciptakan SDM yang 
kompeten dalam bidangnya yang mencakup beberapa strategi, di antaranya 
rekrutmen atau pensiun dini, pengembangan pegawai dan peninjauan sistem jenjang 
karir. Sebagai indikator, kompetensi seorang birokrat meliputi beberapa 
kriteria: (1) Sensitif dan responsif terhadap peluang dan tantangan yang timbul 
di dalam pasar. (2) Tidak terpaku pada kegiatan rutin yang terkait dengan 
fungsi instrumental birokrasi, namun harus melakukan terobosan melalui 
pemikiran yang kreatif dan inovatif. (3) Memiliki wawasan futuristik dan 
sistemik. (4) Memiliki kemampuan mengantisipasi memperhitungkan dan 
memi-nimalkan risiko. (5) Jeli terhadap potensi sumber-sumber dan peluang baru. 
(6) Memiliki kemampuan untuk mengkombinasikan sumber menjadi resource mix yang 
mempunyai produktivitas tinggi. (7) Memiliki kemampuan mengoptimalkan 
sumberdaya yang tersedia dengan menggeser kegiatan yang berproduktivitas rendah 
menuju yang tinggi
 . 

            Dari tujuh kriteria itu bisa disarikan, kompetensi seorang birokrat 
adalah kemampuannya menjembatani antara negara dan masyarakat. Artinya, 
birokrasi harus mampu menyediakan pelayanan publik yang adil dan inklusif 
sebaik-baiknya, dan birokrasi harus memiliki kompetensi memberdayakan 
masyarakat sipil dengan menciptakan enabling social setting. 

            Sementara itu kondisi riil birokrasi terlihat kuantitas PNS 
(pegawai negeri sipil) sudah berlebihan. Beberapa waktu lalu, hal itu 
memunculkan wacana pensiun dini bagi PNS, yang hingga kini tidak sempat 
direalisasikan karena banyak pertimbangan. Yang kemudian dipakai ialah 
menerapkan kebijakan zero-growth dalam rekrutmen PNS, yang tentunya akan dapat 
mengurangi jumlah PNS dalam kurun waktu 10 tahun ke depan. Tetapi, kini, 
reformasi birokrasi sudah sangat urgen dilakukan. 

            Alangkah lebih baiknya bila kebijakan pensiun dini ini dapat 
diterapkan untuk kasus-kasus khusus yang berkaitan pelanggaran disiplin 
pegawai, baik dalam bentuk kasus asusila, perjudian maupun tindakan kriminal 
lainnya yang dilakukan oknum PNS. Keuntungannya, di satu pihak mengurangi 
kuantitas PNS, di lain pihak bisa memacu kinerja dan menjaga disiplin PNS yang 
ada. 

            Dalam kaitan pengembangan pegawai, langkah strategis yang perlu 
ditempuh ialah menyediakan peluang sebesar-besarnya bagi pegawai yang potensial 
untuk melanjutkan studi dalam bidang yang menunjang fungsinya masing-masing, 
baik di perguruan tinggi (PT) dalam negeri maupun luar negeri. Tentunya 
pemberian kesempatan ini disertai dengan kontrak dan masa depan yang jelas bagi 
peserta. 

            Keputusan pemilihan bidang studi hendaknya diterapkan strategi 
diversifikasi bidang studi maupun perguruan tingginya, yaitu tidak terpancang 
pada satu bidang saja atau satu PT saja melainkan harus multibidang dan 
bervariasi PT, sehingga bisa saling menunjang dan mengembangkan wacana yang 
beragam di lingkungan birokrasi. Kebiasaan selama ini adalah terkonsentrasi 
pada satu bidang dan pada satu PT, akibatnya tidak ada perkembangan wacana yang 
lain sehingga cenderung stagnan. 

            Sedangkan dalam kaitan jenjang karir yang selama ini masih dianut, 
memang sukar diubah tanpa ada perubahan di Pusat. Banyak keluhan berkaitan 
dengan sistem karir ini karena bila hanya berdasarkan senioritas maka kualitas 
pejabat struktural yang ada acapkali tidak memuaskan. Karenanya, daerah dapat 
melakukan terobosan yang kiranya bisa memacu prestasi person dalam birokrasi 
dan mengurangi keresahan di level staf tersebut dengan tidak meninggalkan 
prinsip senioritas tetapi menjunjung tinggi prinsip the right man in the right 
place. 

            Untuk aspek manajemen organisasi perlu dilakukan perubahan 
organisasional mendasar. Selain birokrasi harus memiliki jiwa entrepreneurship 
yang tinggi, perlu pula dirubah penekanan dari top-down approach ke pendekatan 
yang lebih berorientasi kepada kepentingan publik. Sementara untuk aspek 
finansial perlu dilakukan penggalian sumber dana yang tidak memberatkan 
masyarakat, yaitu melalui partnership dengan pihak swasta, selain dengan 
menekan kebocoran pengeluaran. Tetapi, akhirnya penting dicatat, semua strategi 
itu hanya bisa diimplementasikan bila ada political will elite daerah yang 
berkuasa, mengingat adanya kepentingan yang berbeda-beda pada level elite 
daerah. Memang idealnya, elite harus bisa menyesuaikan kepentingan yang berbeda 
itu dengan tetap pada satu komitmen, yaitu keberpihakan kepada masyarakat 
banyak. Semoga cepat disadari! *** 

            (Penulis adalah pengamat sosial politik, alumnus UGM,
            Direktur Institute for Democracy and Society Empowerment, 
Yogyakarta).  
     
     


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Agenda Mereformasi Birokrasi