[list_indonesia] [ppiindia] Agama dan Mati Hidup Manusia

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Wed, 30 Mar 2005 10:51:04 +0200

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.suarapembaruan.com/News/2005/03/29/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY 
WashWatch

Agama dan Mati Hidup Manusia
 

Christianto Wibisono 

SAYA berada di Tokyo untuk mengikuti 19th World Congress of the International 
Association for the History of Religions, yang diikuti 1.700 pakar ilmu 
perbandingan agama dari selu-ruh dunia. Tema kongres adalah "Agama; Konflik dan 
Perdamaian". 

Panitia mengundang enam pembicara dari Indonesia, di antaranya Prof Alef Theria 
Wasim dari Yogyakarta yang menjadi salah satu anggota Komisi Program. Dari 
Aceh, Prof Zulkarnaini Abdullah menyampaikan makalah Religion amidst the 
Catastrophe; Rescue and Activities in Banda Aceh. 

Simposium pertama hari Kamis bertema "Religious and Dialogue among 
Civilizations". 

Prof Dr Hans JA van Ginkel dari United Nations University Tokyo, Prof Maria 
Luchetti Bingemer dari Brasil, Prof Yoshiko Oda dari Kansai University, dan 
Prof Tu Wei-ming, Confucianis dari Harvard University, tampil selaku panelis. 

Sidang pleno kedua pada Jumat pagi, 25 Maret, bertopik "Religious Dimension of 
War and Peace". Penulis buku Terror in the Mind of God, Prof Mark Juergensmeyer 
dari UCLA Santa Barbara, tampil sebagai pemakalah dengan dua pembahas, Prof 
Gerrie ter Haar dari Institute of Social Studies di The Hague Netherland dan 
Profesor Manabu Watanabe dari Nanzai University Nagoya, Jepang. Moderatornya, 
Prof Rosalind Hackett dari University of Tennessee, yang juga akan menjadi 
moderator dari simposium tentang "Proselytization". 

Sidang pleno ketiga, Sabtu pagi, menampilkan Prof Ibrahim Moosa yang berasal 
dari Afrika Selatan dan sekarang berkarya di Duke University di North Carolina 
AS. Prof William Lafleur dari Pennsylvania University dan Prof Haruko Okano 
menjadi pembahas makalah berjudul Technology, Life and Death. 

Kongres masih akan berlangsung hingga Rabu petang, tetapi saya hari Senin sudah 
akan menuju Nagoya untuk meninjau Aichi Expo 2005. Kongres ke-19 IAHR itu tentu 
tidak bisa melepaskan diri dari kondisi politik aktual seperti demokrasi dan 
juga pro dan kontra euthanasia yang menimpa Terri Schiavo di AS tidak luput 
dari pembahasan. 

Ketika membahas Moosa, Lafleur menyatakan, sudah tiba waktunya manusia mengakui 
dan menyerah kepada fakta bahwa kematian tidak terhindarkan. Menurut Lafleur, 
arogansi manusia untuk menciptakan manusia sempurna dengan teori eugenic sudah 
menghasilkan monster fasisme dan holocaust Nazi Jerman. Karena itu, kalau 
sekarang ini manusia takut mati dan tidak mau mati dengan berusaha menciptakan 
segala macam peralatan teknologi, atau membuat manusia seperti robot, itu 
adalah bertentangan dengan kodrat yang lebih baik dilupakan. 

Memang jika manusia mengalami dilema seperti kasus Schiavo, maka pilihan antara 
euthanasia dengan tetap pasif membiarkan manusia hidup dalam kondisi vegetatif, 
memang sangat berat. Mantan Menlu Singapore S Rajaratnam sudah lama menyatakan 
sebagai surat wasiat, bahwa jika sudah tiba waktunya ia harus meninggal dan 
melalui kondisi koma, ia tidak mau dirawat menjadi vegetatif, lebih baik 
memakai cara euthanasia saja. 

Masalah Terri Schiavo menjadi sulit karena pasien itu memang dari awal sudah 
tidak normal, tidak sadar, dan kondisi mental terbelakang. Sedang orang 
intelektual seperti Rajaratnam masih mempunyai kesadaran untuk memilih 
euthanasia jika kondisi fisik biologisnya memang darurat. Jadi, masalah surat 
wasiat yang dipilih oleh pasien secara langsung barangkali tidak ada masalah. 

Kisah Schiavo menjadi heboh karena suaminya menginginkan proses euthanasia, 
sedang orangtuanya ingin tetap mempertahankan kondisi vegetatif yang sebetulnya 
juga memilukan. * 

* 

Barangkali dilema euthanasia itu harus diterapkan juga dalam perang melawan 
terorisme. Apakah dunia akan membiarkan teroris merajalela dan mempunyai 
peluang mempergunakan nuklir menghancurkan dunia? Atau dilakukan upaya 
preventif dan preemptive untuk memukul lebih dulu calon teroris yang bisa 
melakukan bunuh diri massal secara global? Kalau manusia normal menunggu dan 
memberi kesempatan teroris model Mohamad Atta mempergunakan nuklir, maka 
pencegahan akan terlambat bila nuklir itu sudah diledakkan. 

Dari diskusi terungkap, tuntutan politik Atta dan Osama bin Laden adalah 
religiusasi politik atau politik yang diagamakan, sehingga mencari pembenaran 
untuk pembantaian lawan politik, termasuk rakyat yang tidak berdosa. 

Politisasi agama dan pembajakan Tuhan dalam gerakan terorisme mengakibatkan 
agama menjadi alat politik dan alat teroris yang malah melenyapkan sama sekali 
faktor perdamaian dari konotasi agama. Ada juga peserta dari Malaysia yang 
menuntut agar kongres mengeluarkan resolusi mengecam serangan AS ke Irak. Tentu 
saja agitasi itu kurang bergema dan tidak ditanggapi, sebab para pakar agama 
itu justru sedang tergugah untuk memikirkan betapa dunia dan agama menjadi 
tidak ramah setelah 911 (Peristiwa Teror 11 September, Red). 

Seorang biku (biksu) mempertanyakan kenapa Taliban menghancurkan patung Buddha 
di Bamian dan sama sekali tidak toleran kepada agama lain. Ada juga yang 
menanyakan kenapa di Teheran ada orang berjualan gambar atau foto Nabi 
Muhammad, tapi tidak ditangkap dan dilarang. Kalau rezim diktator di Timur 
Tengah membantai ribuan rakyatnya sendiri, kenapa tidak ada perlawanan dan 
pengutukan? 

Tampak ada "kerelaan" untuk membiarkan pembantaian oleh sesama bangsa penguasa. 
Yang dipersoalkan adalah siapa yang membantai. Kalau diktator bangsa sendiri, 
ya sudah, itu dianggap nasib dan kehendak takdir Allah. Kalau bangsa lain yang 
membasmi diktator, ya harus menimbulkan perlawanan hanya atas dasar perbedaan 
kebangsaan. Tetapi, solidaritas umat dalam soal Taliban dan Irak memang masih 
begitu dominan untuk menciptakan kejernihan berpikir, apakah perang agama model 
Osama harus terus dipuja dan dipopulerkan. 

Itulah pertanyaan yang muncul di balik para peserta yang mewakili seluruh agama 
yang ada di dunia. Kalau Perang Salib abad ke-10 dibawa ke abad ke-20 dengan 
senjata nuklir, maka akan terjadi risiko bunuh diri global. 

* 

Sebetulnya, secara paralel ancaman nuklir tidak hanya datang dari dunia Timur 
Tengah, tetapi bisa juga datang dari Kim Jong-il. Jepang sangat cemas dengan 
nuklir Korea Utara. Jadi, dari segi itu, pengelompokan Korea Utara ke dalam 
axis of evil oleh George Bush memang secara nyata mengungkap bahwa hawa nafsu 
terorisme bukan hanya monopoli Osama bin Laden, tetapi juga despot model Kim 
Jong-il. 

Menghadapi teroris model Osama dan Kim Jong-il, kalau dunia masih memakai 
paradigma lama, menunggu bukti dulu baru ditindak, maka pada saat itu sudah 
terlambat. Sebab, manusia dan dunia sudah hancur oleh nuklir yang diledakkan 
tanpa kalkulasi kemanusiaan, melainkan sudah nekat model kiamat akhir zaman. 
Namun, tampaknya dunia lebih cenderung untuk bersimpati kepada kekuatan yang 
seolah mewakili rakyat tertindas dan miskin, dan dengan dalih hak asasi dan 
kedaulatan nasional, menolak intervensi dan aksi preventif model George Bush. 

Menurut saya, yang kurang diperhitungkan oleh para pendukung kiamat terorisme, 
ialah kebesaran Tuhan yang pasti tidak akan rela dunia yang secara geofisika 
sudah berumur miliaran tahun dan masih punya prospek survive miliaran tahun 
lagi. Tuhan yang sejati pasti akan mempunyai metodologi tersendiri untuk 
memunahkan dan memusnahkan manusia yang berlagak mewakili Tuhan, ingin 
menghukum manusia lain melalui 911 nuklir dan euthanasia massal global. Kiamat 
menurut saya adalah terlalu serius untuk dipasrahkan hanya pada Osama bin Laden 
dan pendukungnya. * 


Last modified: 29/3/0

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give underprivileged students the materials they need to learn. 
Bring education to life by funding a specific classroom project.
http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Agama dan Mati Hidup Manusia