Pencuri-pencuri di Dunia Maya Mereka tidak kasat mata. Jejak-jejaknya sulit dilacak. Karena berseliweran di alam maya, untuk menangkapnya terhitung sulit. Meski demikian, buah perbuatannya jelas-jelas nyata : jutaan rupiah bisa lenyap dalam sekejap. Hendro, seorang mantan carder (istilah untuk pembobol kartu kredit) mengaku pernah membobol account di sebuah kartu kredit. Misalnya, ia berhasil menggondol satu set Laptop merek Sony Vio seharga 3000 dolar AS. Saat itu, kata dia, satu dollar AS sebesar Rp 11 ribu. Artinya, Hendro ''sukses'' menggodol uang sebesar Rp 33 juta dalam waktu beberapa menit saja. Hendro melakukan ini lewat belanja di internet (on-line). Hal ini lazimnya jual beli barang, tetapi dilakukan melalui web-site di internet. Sistem pembayarannya pakai kartu kredit. Namun, untuk membayar pesanannya tadi, Hendro menggunakan kartu kredit orang lain. Tindakan kriminal yang dilakukan di alam maya populer dengan sebutan cyber crime atau Tindak Pidana Penyalahgunaan Teknologi Informasi. Yang satu ini dikenal dengan sebutan credit card fraud (penipuan lewat kartu kredit). Isu ini memang bukan isu baru, meski fakta menunjukkan hingga kini kegiatan tersebut belum bisa dibungkam. Cyber Crime terhitung beragam. Salah satu jenisnya, menurut pengamat telekomunikasi Roy Suryo, adalah penyalahgunaan akses. Contohnya--yang paling dikenal--adalah istilah hacking. Dengan menggunakan sebuah software tertentu para hacker mampu menembus suatu jaringan komputer (misalnya jaringan komputer suatu perusahaan) untuk ''mengintip'' data-data mereka, mencurinya, bahkan menebarkan virus. Seiring makin canggihnya teknologi informasi, ungkap Roy, varian cyber crime terus berkembang. ''Lebih dari sekadar mengintip data, namun bisa juga memindahkan muatan (dalam hal ini adalah uang),'' urainya. Kegiatan ini-lah yang digemari para carder (istilah untuk pembobol kartu kredit). Bagaimana mereka melakukannya ? ''Paling sering sih lewat spoofing,'' tandas Hendro. Teknik spoofing, kata dia, paling sering dipakai para carder. Caranya, dengan menggunakan software spoofing. Software ini, banyak diinstall di web site tertentu. ''Prakteknya terhitung mudah, karena sudah ada petunjuk pemakaiannya segala,'' paparnya. Lewat software ini, ia dan para carder bisa menembus ke sebuah jaringan, dimana dalam jaringan tersebut sedang terjadi transaksi lewat kartu kredit. Alhasil, nomor-nomor kartu kredit ini langsung terekam. ''Bila sudah ditembus, secara otomastis nomor-nomor ini masuk sendiri ke e-mail kita, jumlahnya bisa mencapai seratus,'' ujarnya. Namun, tidak semua server untuk jaringan ini mudah dimasuki. Hendro menyebut server yang memakai program Windows NT yang terhitung digemari para carder, sebab mudah ditembus. Setelah berhasil menjaring nomor-nomor ini, ia taklangsung memakai untuk belanja on-line. ''Pertama saya memvalidasi kartu tersebut melalui sebuah card generator, yaitu apakah masih bisa digunakan dan berasal dari bank mana,'' jelasnya. Card generator yang digunakan adalah C-Master IV. Setelah itu, tambah Hendro, ia memperbanyak nomor kartu kredit tersebut. ''Dengan memperbanyak empat digit terakhir, satu nomor kartu bisa menjadi 999 nomor,'' serunya. Artinya, ia memiliki seratus nomor kartu kredit baru. Kartu kredit ini seakan-akan dikeluarkan oleh bank yang telah dideteksi lewat card generator tadi. Sehingga, tambahnya, jika kita melakukan transaksi on-line lewat kartu ini, bank tersebut-lah yang harus menanggung pembayarannya. Ia menghimbau jangan sekali-kali mencoba kegemaran tersebut. Hendro, sudah malang-melintang di dunia ini. ''Sekali mencoba pasti kecanduan,'' tegas Hendro yang sudah tiga tahun pensiun dari dunia carding. Yayan tea ==============================================================(C)opyright 1999-2002 UntirtaNet Milis ini dikelola oleh alumni Universitas Tirtayasa Banten - Indonesia dan terbuka untuk semua Civitas Academica Universitas Tirtayasa Banten Untuk berlangganan, kirim email ke: untirtanet@xxxxxxxxxxxxx, dengan Subject 'Subscribe' atau lansung ke //www.freelists.org/cgi-bin/list?list_id=untirtanet Untuk kirim pesan: untirtanet@xxxxxxxxxxxxx Please visit our Homepage: http://www.untirtanet.org