[nasional_list] [ppiindia] catatan dari meja nusa dua dan café bandar [48]:"menyongsong esok"

  • From: "Budhisatwati KUSNI" <katingan@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: "kmnu2000" <kmnu2000@xxxxxxxxxxxxxxx>, <wanita-muslimah@xxxxxxxxxxxxxxx>, "ppiindia" <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Thu, 17 Nov 2005 04:11:38 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Catatan Dari Meja Nusa Dua Dan Café 
Bandar [48]


"MENYONGSONG ESOK"




Azan subuh yang bertalu-talu di angkasa Serua Indah, bermain di pucuk-pucuk 
pepohonan rimbun, membangunkan aku agak awal. Aku  memeriksa ulang semua 
barang-barang yang akan kubawa ke Paris, agar tidak satu pun yang ketinggalan. 
Memeriksa ulang segala hal-ikhwal ini adalah suatu kebiasan yang diniscayakan 
dan dilatih pada diriku sejak bertahun-tahun hidup di lingkungan 
kemiliteran.Cermat, jangan meninggalkan tanda yang bisa membuat petaka dan 
meninggalkan sesal, memperhitungkan segala kemungkinan,termasuk yang paling 
buruk dan pahit, kukira itulah  pesan inti dari pekerjaan memeriksa ulang 
persiapan segala sesuatu yang akan dilakukan.Dengan demikian kita meminimkan 
kekalahan dan kejatuhan walau pun kekalahan dan kejatuhan tetap saja bisa 
menyusup masuk bersama barisan komandonya yang terlatih.

Bawaanku kembali ke Paris kali ini terutama terdiri dari koper-koper buku. 
Buku-bukuku yang diterbitkan oleh Penerbit Ombak Yogyakarta pesanan Koperasi 
Restoran Indonesia Paris, ditambah dengan sedikit buku yang kubeli di berbagai 
tokobuku dan yang dihadiahkan oleh teman-teman dari berbagai daerah.Pakaian 
tinggal beberapa perangkat saja. Semuanya kutinggalkan. Bagiku buku jauh lebih 
utama dan kuutamakan dari pakaian. Buku sejak kecil, sejak aku meninggalkan 
rumah orangtua pada usia 11 tahun, menjadi sahabat dan pengganti ibuku.Pada 
buku-bukulah aku mencari pegangan dan arahan, mendapatkan pelampung guna 
melampaui masa pancaroba, periode "sturm und drang" yang kuanggap periode gawat 
dalam kehidupan.

Selesai mememeriksa semua persaiapan keberangkatanku malam ini, aku turun ke 
halaman. Seluruh kampung, atap, daun-daun dan dahan-dahan nampak bersih, 
dibasuh hujan semalam. Memandang langit timur, cahaya merah fajar sudah nampak 
memerahi angkasa dan dedaunan.Burung-burung nampak turut girang menikmati 
pagi.Memandang sosok pagi begini, aku melihat harapan dan mendapatkan suasana 
baru yang menggugah semangat dan menjanjikan. Tidak heran jika pagi sering 
dilambangkan sebagai harapan.Kahayalan membisikkan ke telinga judul buku R.A. 
Kartini "Habis Gelap Terbitlah Terang", pada novel Mochtar Loebis "Masih Ada 
Hari Esok" dan beberapa syair klasik Tiongkok zaman dinasti Thang tentang 
masalah harapan dan arti harapan bagi kehidupan seorang anak manusia. 
Bayangkan, apa jadinya hidup jika kita sudah hilang harapan. 

Bersama cahaya fajar Serua Indah ini, aku datang menjenguk dalam bayangan "Nusa 
Dunia", "Café Bandar", Teluk Balikpapan dan Sungai Mahakam -- tempat-tempat 
yang mempunyai arti tertentu bagiku. Kepada mereka,  diam-diam kukatakan: 
"Malam ini aku kembali melanjutkan kembara ke Barat. Seperti ujar Ramadhan KH: 
"ternyata aku hanyalah seorang pengembara, memang" atau seperti yang sering 
diucapkan oleh Arief Budiman: "Kau memang seorang pemimpi dan penempuh jalan 
sunyi, Emil".

Barangkali memang, aku akan menjadi pinisi yang tenggelam di laut pengembaraan 
dan sunyi ini juga akhirnya. Tenggelam dan mati sendiri sambil menyebut nama 
demi nama yang terdekat di hati, kemudian meninggalkan wangi mimpi dan sunyi 
itu di permukaan laut,sungai, danau dan dedaunan gunung yang pernah 
mengasuhku.Tapi aku mencintai jalan cinta-mimpiku, mencoba menyetiai kataku 
sendiri,dan tidak akan berpaling daripadanya. Sungai, laut dan gunung tidak 
akan kukhianati.

Melanjutkan kebiasaan sejak kanak di mana pun aku tinggal, menggunakan waktu 
yang ada, sebatang sapu lidi bertangkai panjang kuambil untuk membersihkan 
halaman yang luas.Halaman Serua Indah ini pun mengenal kebiasaanku ini, juga 
halaman rumah kakek di Yogya atau halaman rumah gubernur di Palangka Raya pada 
masa Tjilik Riwut mulai memimpin Kalteng.Tentu halaman-halaman petani Klaten 
yang pernah kuinapi selama turba pada masa mengikuti Gerakan Aksi Sepihak, akan 
ingat kebiasaanku ini. Sesudah menyapu, aku pun melakukan latihan-latihan 
fisik. Kalau ada karung goni berisi pasir, karung pasir itu kutinju, kalau 
tidak kulakukan beberapa gerakan setipe kungfu yang kupelajari  pada masa aku 
hidup sebagai orang militer.Fisik harus terjaga sehat dan bugar selalu untuk 
menysongong esok penuh tanya dan kemungkinan.Esok yang tak terelakkan akan 
menantang dan aku tidak ingin terbanting sia-sia tanpa berlawan habis-habisan 
sebagai seorang anak enggang putra naga,"rengan tingang nyanak jata" atau jika 
menggunakan kata-kata penyair-cerpenis Shantined dari Kaltim: "gagah sampai 
akhir".

Setelah matahari makin meninggi, Serua Indah kutinggalkan menuju TIM dan 
menunggu teman-teman seniman dan yang bukan seniman sebelum petangnya 
meninggalkan Jakarta.Waktu terasa sekali membatasi percakapan dengan 
teman-teman di detik-detik terakhir.Itu pun tidak semua teman bisa 
kutemui.Tidak sedikit mereka yang tidak bisa kuhubungi dan kutemui sesuai 
rencana.Yang paling kusesali, Daniel Johan dari pemuda Budhis, Liong MS dari 
Singapura, Manik Sinaga dari Aksara-Komunitas Matabambum,Novina Setiawan dari 
majalah Visual Arts,Amarzan Ismail Hamid Loebis dari Majalah Tempo, tak juga 
berhasil kujumpai saat aku harus ke bandara meneruskan perjalanan ke barat.

Akhirnya pesawat Singapore Airline lepas landas memastikan bahwa kembali dan 
lagi-lagi aku meninggalkan bumitanahair tanpa memperdulikan sekian rasa yang 
mengaduk meromok dada."Akhirnya aku hanyalah seorang pengembara" yang asing di 
tanahair dan asing di mana saja. Seperti subuh keberangkatan dahulu di bulan 
September 1965, dari jendela pesawat, bumi tanahair kulirik tanpa mengucapkan 
"selamat tinggal" .Mengapa harus kuucapkan "selamat tinggal" kalau tanahair 
adalah danau ke mana bangau kembali pulang, kalau ia adalah esok yang kujelang 
walau pun esok itu adalah suatu amorp.Ya, terasa benar padaku hari ini bahwa 
Indonesia adalah esok yang amorp sebagaimana juga bentuk peta kertas kuning 
kusam perjalanan hidupku sendiri. 

"Que sera, sera, que will be, will be", suara merdu Dorisday bersama suara 
romantis Jamal dari Balikpapan  mendendangkan untukku lagu "My Way" dan "Teluk 
Bayur" kembali mengiang di ruang telingaku di antara deru pesawat menerjang 
awan kelabu menuju Paris.

Hidup adalah perjalanan menyongsong esok betapa pun amorpnya.Adalah 
lembaran-lembaran di mana tertulis sekian kisah suka dan duka, darah dan 
airmata, juga derai canda bernama kenangan.Apa bagaimana pun warna 
lembar-lembar kenangan tersebut hanya membuatku makin mencintai hidup melawan 
kematian. Kekalahan dan kegagalan, kalian tak lagi bisa menggertak langkahku 
menjelang esok. Keberangkatan senantiasa adalah perjalanan menjelang esok 
betapapun amorpnya.Demikian pula Indonesia!


Paris,Nopember 2005
------------------
JJ. Kusni

[Selesai]

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org!
http://us.click.yahoo.com/wlSUMA/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] catatan dari meja nusa dua dan café bandar [48]:"menyongsong esok"