[nasional_list] [ppiindia] catatan dari meja nusa dua dan café bandar [41]:"DI BAWAH GERIMIS MALAM SERUA INDAH""DI BAWAH GERIMIS MALAM SERUA INDAH"

  • From: "Budhisatwati KUSNI" <katingan@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: "kmnu2000" <kmnu2000@xxxxxxxxxxxxxxx>, <wanita-muslimah@xxxxxxxxxxxxxxx>, "ppiindia" <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Tue, 8 Nov 2005 07:01:49 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Catatan Dari Meja Nusa Dua Dan Café 
Bandar [41]


"DI BAWAH GERIMIS MALAM SERUA INDAH"

2.


Sosok demi sosok kuamati satu persatu. Di bentuk sosok siapa pun mereka yang 
hadir, baik lelaki atau pun perempuan, jelas kulihat tegaknya di depan mataku 
tokoh jiwa yang perkasa setelah melampaui masa jatuh bangun tak terperikan. 

Dengan maaf besar, di sini tak kusebut nama-nama mereka satu per satu.

***


Tentu saja acara peluncuran buku 'sanjak' sederhanaku yang lebih bersifat 
kronik peristiwa: "Sansana Anak Naga Dan Tahun-tahun Pembunuhan" yang 
diselenggarakan oleh Komunitas Mata Bambu, di Pusat Dokumentasi Sastra HB. 
Jassin, Taman Ismail Marzuki [TIM] Jakarta, 13 Agustus 2005, sebagai kegiatan 
pertama komunitas, menjadi bahan pembicaraan santai dan bebas kami.Bahkan soal 
peluncuran inilah yang mengawali pembicaraan.

"Bagaimana pendapat Bung JJ tentang peluncuran buku tanggal 13 Agustus lalu 
itu?" tanya Tarigan U.

"Barangkali pertanyaan itu pertama-tama adalah pertanyaanku, Bung. Dan aku 
sangat ingin mendengar pendapat kawan-kawan yang tentu lebih bisa membaca 
keadaan serta perkembangan serupa di PDS daripada aku", jawabku. "Dan 
pendapat-pendapat kawan-kawan kelak akan kusampaikan kepada kawan-kawan di 
Komunitas Matabambu [KM] sebagai sangu melangkah lebih lanjut", tambahku lagi.

"Secara umum kukira peluncuran itu sangat berhasil. Lihat saja misalnya, harian 
nasional penting seperti "The akarta Post" atau "The Sunday" pun telah 
menurunkan artikel dan foto berarti mengenai Bung JJ dan kegiatan 
tersbut.Barangkali ini bisa dijadikan satu indikasi. Saya tidak tahu bagaimana 
di daerah-daerah di mana Bung lewati", ujar Tarigan U yang di Jakarta memiliki 
sanggar seni sendiri dan juga penggiat pada Perhimpunan Persahabatan 
Indonesia-China" Jakarta."Belum lagi jika kita lihat dari jumlah yang hadir 
hingga ruangan PDS terasa tidak memadai".

"Aku dengar bahwa dari segi jumlah yang hadir, peluncuran 13 Agustus itu 
merupakan salahsatu yang terbesar sepanjang sejarah PDS, kalau bukan yang 
terbesar. Apakah benar? Pertanyaan ini kuajukan terlebih untuk kepentingan 
membaca perkembangan sekarang. Karena ia bersentuhan dengan pertanyaan "mengapa 
bisa terjadi demikian, faktor-faktor apa yang menyebabkannya", tanyaku lagi.

Dengan pertanyaan ini, aku serentak teringat akan adanya sebuah spanduk kecil 
di pintu masuk TIM berisi peringatan "akan kebangkitan kembali komunis" dan 
surat tuduhan yang menuduh Matabambu mengangkat orang-orang Lekra. Surat 
tuduhan ini disampaikan ke Walikota DKI dengan beberapa tembusan.Juga 
mengingatkan aku akan apa yang disampaikan oleh Nursam dari Penerbit Ombak 
Yogyakarta dan penyair-cerpenis Harsanti [Shantined] dari Balikpapan yang 
mengatakan keengganan sementara harian menerima kedatanganku dan keengganan 
tokobuku terkemuka untuk dijadikan sebagai tempat penyelenggaraan peluncuran di 
Balikpapan.Harsanti, penyair-cerpenis Kaltim ini adalah organisator utama, 
dibantu oleh Bung Syafiq dari Harian Tribun Kaltim untuk peluncuran bukuku di 
atas di Balikpapan.Terimakasih Santi, terimakasih Mas Syafiq. 

Adanya spanduk dan keterangan-keterangan ini, bagiku termasuk bahan-bahan 
berharga dalam membaca keadaan pola pikir dan wajah mental nyata  
manusia-manusia di tanahair hari ini.

"Aku kira evaluasi di atas tidak terlalu jauh dari kenyataan", ujar Tarigan U 
yang disokong oleh penyair Toga Tambunan. 

Komposisi hadirin pertemuan antar seniman Serua Indah-Suka Damai malam ini, 
memang agak unik.Yang berasal dari Jawa hanya tiga orang, termasuk tuan rumah 
yaitu Indang Dina, sedangkan yang lain berasal dari pulau-pulau luar Jawa yang 
waktu di Yogyakarta dikenal dengan sebutan "anak seberang" -- suatu cara 
pandang Jawa sentris dalam memandang Indonesia, barangkali paralel dengan 
posisi Jawa dalam NKRI yang sentralistik.

Dengan komposisi peserta begini, apalagi umumnya sudah saling kenal sejak lama 
dan biasa bicara bebas leluasa, maka pembicaraan dan pendapat diajukan tanpa 
batasan tatakrama semu dan feodalistik.

Benar bahwa aku memang dibesarkan di Yogyakarta dan memang dipengaruhi oleh 
budaya Yogya, tapi tetap saja tidak bisa membuang kedayakanku.Barangkali 
karenanya aku bisa disebut Dayak-Yogya tapi bukan Yogya-Dayak.Penamaan ini 
kudasarkan pada teori Paul Ricoeur, filosof Perancis yang meninggal pada Mei 
tahun ini,  yang memandang bahwa "budaya lokal merupakan dasar dialog dalam 
keragaman".Pandangan yang tentu saja berbeda dengan anggapan bahwa budaya etnik 
lebih dekat pada fasistis.

Teman-teman lain pun nampaknya sepakat dengan apa yang diucapkan oleh Tarigan U 
dan Toga.Hanya yang tetap menjadi pertanyaan: Mengapa yang datang demikian 
banyak, termasuk kehadiran para wartawan dan acara berjam-jam masih dirasakan 
terlalu pendek?

Apakah karena persiapan Matabambu yang baik, ataukah karena ada faktor 
Pramoedya A.Toer  dan tampilnya orang Lekra, yang berada di bawah angin, di 
TIM? Ataukah mencakup semua faktor-faktor itu? Kebetulan tanggal 17 Agustus 
adalah hari kelahiran Lekra yang sudah dinyatakan terlarang oleh 
Orba.Pertanyaan cukup mendasar ini tidak kutulis lanjutkan di sini dan 
membiarkannya menjadi pertanyaan untuk pembaca, terutama para pembaca yang 
gemar bertanya dan membaca.

Sebagai bandingan --metode yang kusukai dalam melihat masalah --  adalah 
kegiatan kedua Komunitas Matabambu yaitu peluncuran kucerpen Aguks Irawan Ms 
juga di PDS HB.Jassin. Kalau keterangan yang aku terima, jumlah yang hadir 
tidak sebanyak kegiatan pertama 13 Agustus.Barangkali ada faktor hujan, faktor 
waktu persiapan, faktor finansil dan bulan puasa. Tapi sekali lagi, kubiarkan 
soal ini sebagai pertanyaan tinggalan di hadapan pembaca -- kalau pun tulisan 
ini dibaca.

Kemudian Tarigan U membuka masalah baru ketika mengatakan bahwa ia tidak setuju 
dengan sikapku seperti yang dikatakan oleh Harsutejo "terlalu rendah hati". Di 
PDS H.B. Jassin kukatakan bahwa "tarafku adalah taraf pencinta sastra, bukan 
taraf penyair".Tak ada satu puisi pun yang pernah kutulis sesuai dengan 
tuntutanku kepada diri sendiri tentang puisi.Karena itu kata puisi selalu 
kutaruh diantara tanda kutip.Tidak ada keberanian padaku untuk melakukan 
otoproklamasi bahwa "aku seorang penyair" apalagi "presiden" atau "tamanggung" 
penyair, otoproklamasi bualan hampa makna.

"Aku tidak menyetujui sikapmu" tandas Tarigan U.

"Boleh saja, tapi demikianlah sikapku pada diri sendiri, tak siapa pun bisa 
menggugat dan mendebatnya", jawabku juga dengan pasti."Kepenyairan bagiku 
adalah suatu tanggungjawab dan tuntutan nilai artistik dan manusiawi. Aku belum 
mampu menunaikan segalanya ini dalam apa yang kutulis", tandasku tidak kurang 
pastinya.

"Baik, barangkali di sini kita berbeda. Dalam kartu namaku", ujar Tarigan, "aku 
sadar mencantumku bahwa profesiku adalah penyair dan aku yakin suatu saat 
penduduk Karo akan menyanyikan puisi-puisiku". Dan benar Hasta Mitra memang 
telah menerbitkan sebuah antologi puisi berbahasa Karo karya Tarigan U yang 
menaruh banyak perhatian pada soal etnisitas dan budaya etnik di 
tanahair.Kecuali itu, sejalan dengan perhatian ini, Tarigan U juga sudah 
menerbitkan kaset-kaset lagu Karo kekinian.

Ketika lagu-lagu dari kaset Tarigan U ini kuputar di Koperasi Restoran 
Indonesia, Paris saat melepaskan Andreas Sitepu, diplomat nomor dua KBRI Paris 
yang usai masa jabatannya di Perancis[hari minggu lalu,Andreas dan keluarga 
sudah terbang ke Indonesia], Andreas mengatakan menjawab komentarku bahwa 
lagu-lagu Karo memang bernada sendu dan melankholis tapi tidak pernah tunduk.

"Jadi ciri lagu dan puisi Karo adalah "duka perlawanan"? Apa bisa dikatakan 
demikian?" tanyaku.Andreas mengangguk dan kusenandungkan lagu Karo "Erkata 
Bedil" serta "Turang" yang dulu di Yogya sering kunyanyikan.

Setelah mencermati lirik dua lagu tersebut dan juga lirik-lirik kaset lagu 
Tarigan U, kudapatkan memang semangat "duka perlawanan" itu. Andreas dan aku 
bertatapan ketawa. 

Sejak lama kuyakini bahwa etnik-etnik kita memendam potensi luar biasa, hanya 
saja belum maksimal di eksplorasi dan direvitalisasi.Pada Tarigan U kudapatkan 
keinginan ini dan ia sudah mulai melaksanakan keinginan tersebut. Tarigan pun 
menceritakan apa yang sudah ia lakukan termasuk di Kalimantan di bidang budaya 
etnik ini.

Pada titik ini, temu antar seniman di Serua Indah-Suka Damai sampai pada soal 
"sastra-seni kepulauan".Hujan dan angin kami biarkan bermain sendiri di 
pepohonan dan daun-daun atau di rerumputan halaman yang luas.Suasana langit, 
apakah berbintang atau adakah bulan pucat, tidak lagi masuk hitungan perhatian. 
Pada saat ini, seperti kudengar ada orang membaca ulang sanjak Ho Chi Minh 
ketika berbicara pada bulan yang menggodanya di ruang kerja:

bulan mengintip dari jendela memancing syair 
tunggu sampai besok, aku sibuk dengan urusan perang"  

Sementara itu, Indang Dina sebagai tuan rumah,sambil asyik mengikuti diskusi 
antar seniman, memperhatikan perbekalan di meja yang umumnya  terdiri dari 
makanan rebus dan lunak.***


Paris,Nopember 2005
------------------
JJ. Kusni

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] catatan dari meja nusa dua dan café bandar [41]:"DI BAWAH GERIMIS MALAM SERUA INDAH""DI BAWAH GERIMIS MALAM SERUA INDAH"