[nasional_list] [ppiindia] Ukuran Keberhasilan Ekonomi

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Mon, 28 Nov 2005 00:48:21 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=199523

Senin, 28 Nov 2005,

Ukuran Keberhasilan Ekonomi 
Oleh Hendri Saparini * 

Minggu lalu, Menko Perekonomian telah memaparkan kinerja tim ekonomi SBY-JK 
selama setahun. Dalam laporan tersebut, Menko Perekonomian menunjukkan 
optimismenya dan kembali mengklaim bahwa telah terjadi percepatan pertumbuhan 
ekonomi. Penjelasan itu disertai dengan pemaparan berbagai indikator yang 
diklaim sangat mendukung. 

Secara umum, sebenarnya tidak ada yang menarik dari laporan tersebut. Sebab, 
laporan itu mengungkapkan fakta secara tidak utuh. Selain itu, laporan tersebut 
cenderung membatasi dan memfokuskan pembahasan sumber permasalahan pada tekanan 
faktor eksternal. Akibatnya, berbagai pilihan kebijakan yang berdampak buruk, 
seperti kenaikan harga BBM serta kebijakan ad hoc di bidang industri dan 
perdagangan, tidak diungkap. 

Dengan berbagai kelemahan itu, banyak pihak menganggap laporan tersebut kurang 
penting. Lagi pula, klaim-klaim kebangkitan ekonomi pun sebenarnya telah 
terbantahkan. Evaluasi Tim Indonesia Bangkit, misalnya, mengungkapkan bahwa 
paling tidak ada sebelas indikator yang menunjukkan terjadinya kemerosotan 
ekonomi, bukan kebangkitan ekonomi. 

Selan itu, saat ini masyarakat secara nyata menghadapi kondisi ekonomi yang 
semakin buruk sehingga berita perbaikan ekonomi yang disampaikan Menko 
Perekonomian sangat sulit diterima. Daya beli masyarakat telah merosot tajam. 
Itu ditunjukkan dengan melambatnya pertumbuhan konsumsi swasta dari semula 5,5 
persen menjadi hanya 3,5 persen dan inflasi yang melonjak tinggi mencapai 17 
persen. 

Demikian pula, pemutusan hubungan kerja (PHK) semakin marak karena beban 
pengusaha yang semakin besar akibat naiknya biaya produksi gara-gara inflasi 
tinggi ataupun akibat menurunnya permintaan dan meningkatnya persaingan serta 
berbagai respons kebijakan perdagangan dan industri yang lamban dan 
kontraproduktif. 

Makna Keberhasilan 

Dalam laporan yang dipaparkan Menko Perekonomian, ada beberapa hal menarik. 
Misalnya, klaim keberhasilan yang didasarkan pada alasan kembalinya kepercayaan 
pasar yang ditunjukkan dengan membaiknya indeks harga saham dan turunnya rasio 
utang terhadap PDB serta klaim keberhasilan yang didasarkan pada berlanjutnya 
pertumbuhan ekonomi.

Tidak dapat dipungkiri bahwa membaiknya indeks harga saham yang menunjukkan 
membaiknya kinerja perusahaan dapat menjadi salah satu indikator positif suatu 
perekonomian. Meski demikian, harus diakui pula bahwa untuk Indonesia, jumlah 
perusahaan yang sudah mencatatkan usahanya di bursa saham sangat terbatas. 
Terutama hanya perusahaan-perusahaan besar. 

Dengan demikian, meningkatnya indeks harga saham gabungan (IHSG) bukan sebuah 
keberhasilan besar apabila tidak dibarengi dengan membaiknya berbagai indikator 
makroekonomi lainnya.

Demikian juga klaim terhadap turunnya rasio utang terhadap PDB. Menurunnya 
rasio utang memang menunjukkan perbaikan pengelolaan keuangan negara. Meski 
demikian, data tersebut perlu pemahaman secara lebih proporsional. Jumlah utang 
pemerintah belum berkurang dan masih sangat besar, mencapai USD 82 miliar, 
sehingga menjadi hambatan dalam kegiatan pembangunan. Sayang, kondisi tersebut 
tidak dipahami sebagai sebuah masalah besar tim ekonomi SBY-Kalla. Mereka 
merasa tidak perlu memprioritaskan upaya mengurangi beban utang, baik dengan 
pemotongan utang maupun lainnya. 

Akibatnya, tim ekonomi justru menolak moratorium utang dan tetap menjadikan 
utang sebagai sumber pembiayaan pembangunan. 

Pemahaman yang sama perlu dilakukan dalam menilai klaim pertumbuhan ekonomi 
yang berlanjut. Sejak 2001, pertumbuhan ekonomi terus meningkat dari 3,8 persen 
pada 2001 menjadi 5,1 persen pada 2004. Pada 2005, meski banyak kalangan 
meragukan, Menko Perekonomian yakin ekonomi mampu tumbuh 5,5 persen. 

Meski pertumbuhan ekonomi menunjukkan peningkatan, sangat penting untuk 
mencermati berbagai fakta lain. Memang terjadi pertumbuhan ekonomi. Tetapi, 
pertumbuhan yang terjadi selama ini ternyata dibarengi pula peningkatan jumlah 
pengangguran dengan sangat signifikan. 

Angka pengangguran yang pada 2001 sebesar 8,1 persen, pada 2004 meningkat 9,9 
persen dan pada awal Oktober 2005 -akibat kelemahan dalam pengelolaam kebijakan 
ekonomi- telah mencapai 10,8 persen. Artinya, besar kemungkinan angka pada 
akhir tahun akan jauh lebih tinggi setelah terjadi PHK dan lesunya sektor riil 
akibat pola pengelolaan kebijakan pemerintah yang tidak hati-hati. 

Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang diklaim tetap tinggi ternyata dibarengi 
bertambahnya jumlah rakyat miskin. Angka kemiskinan meningkat dari 16 persen 
pada 2003, 16,6 persen pada 2004, dan diperkirakan akan mencapai 18,5 persen 
pada akhir 2005 akibat kenaikan harga BBM yang sangat tinggi, yang tidak 
diikuti kebijakan antisipasi yang memadai. 

Perlu Perubahan Ukuran 
Paling tidak, ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk mengukur keberhasilan 
dalam pembangunan ekonomi. Pertama, kemampuan dalam menciptakan stabilitas 
makroekonomi, yaitu keberhasilan dalam mencapai target-target antara. Kedua, 
kemampuan untuk menciptakan kebijakan ekonomi yang rakyat (pro-poor) sehingga 
dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. 

Dengan kedua ukuran tersebut, sangat sulit mengatakan bahwa tim ekonomi 
pemerintahan SBY-Kalla telah berhasil mengelola kebijakan ekonomi dalam setahun 
pemerintahannya. Sat ini inflasi bahkan sangat tinggi sehingga diperkirakan 
akan mencapai 14 persen; tingkat suku bunga SBI telah mencapi 12,5 persen, 
sangat jauh dari target awal sebesar 8 persen; dan nilai tukar rupiah terus 
tertekan meski Bank Indonesia telah menghabiskan lebih dari USD 7 miliar dalam 
waktu enam bulan. 

Demikian pula, kalaupun telah terjadi pertumbuhan ekonomi, pencapaiannya jauh 
dari target yang 6,2 persen. Selain itu, pertumbuhan yang terjadi bahkan 
diikuti dengan memburuknya kesejahteraan rakyat yang diindikasikan dari 
menurunnya daya beli masyarakat bawah, meningkatnya jumlah rakyat miskin, dan 
semakin banyaknya jumlah pengangguran.

Predikat keberhasilan akan semakin jauh bila ukurannya diperluas. Tidak adanya 
upaya tim ekonomi SBY-Kalla untuk mengurangi stock utang bahkan tetap menambah 
utang baru atau tetap suburnya berbagai KKN dan conflic of interest dari para 
pejabat tinggi justru menunjukkan bahwa tim ekonomi SBY-JK tidak sekadar tidak 
mampu mencapai keberhasilan, tetapi bahkan menunjukkan indikasi arah 
pembangunan ekonomi yang semakin buruk. 

Presiden SBY telah menjanjikan sebuah perubahan besar, termasuk dalam 
pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang dapat dirasakan semua masyarakat. 

Bapak Presiden, pembangunan ekonomi kita belum on the track, belum sesuai arah 
pembangunan yang menjadi visi Bapak saat kampanye. Semestinya perubahan yang 
dituju adalah pembangunan ekonomi yang lebih adil bukan sekadar klaim 
pertumbuhan yang justru diikuti kemerosotan kesejahteraan masyarakat seperti 
yang dicapai tim ekonomi saat ini. 

*. Hendri Saparini, managing Director Economics, Industry, and Trade (ECONIT) 
Advisory Group




[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Ukuran Keberhasilan Ekonomi