[nasional_list] [ppiindia] TBC Dan Flu Burung Sama-sama Menakutkan

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Mon, 28 Nov 2005 23:22:29 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.indomedia.com/bpost/112005/29/opini/opini1.htm

TBC Dan Flu Burung Sama-sama Menakutkan

Oleh: Yuherli

Akhir-akhir ini kalau kita mengikuti berbagai pemberitaan media massa baik 
cetak maupun elektronik, dikabarkan masyarakat di berbagai belahan dunia tak 
terkecuali di tanah air kita terkesima oleh berbagai macam penyakit menular 
yang mengancam manusia di dunia. Seperti berita mewabahnya penyakit demam 
berdarah, bahkan di satu daerah bisa dikatagorikan sebagai kejadian luar biasa 
(KLB).

Belum tuntas demam berdarah, muncul kasus diare atau muntaber. Belum selesai 
diare, berkembang lagi kasus flu burung, SARS, HIV/AIDS. Beritanya mendunia. 
Kita dibuat takut luar biasa oleh berbagai kasus baru, akibat pemberitaan media 
massa yang begitu gencar. Apalagi pemerintah khususnya Depkes RI, kalangkabut 
menghadapi gencarnya pertanyaan sejumlah wartawan yang terus memburu berita. 
Khususnya tentang flu burung yang menghebohkan, demam berdarah /DBD.

Padahal begitu banyak penyakit menular lainnya yang tidak kalah menakutkan, 
bahkan berlangsung lama dan menyerang semua orang tanpa pandang bulu tak 
terkecuali kita semua, yaitu penyakit menular TBC (tubercolosis). Sebenarnya, 
TBC adalah penyakit penyakit menular yang lebih ganas dan seharusnya kita 
waspadai bersama, tanpa mengabaikan penyakit menular lainnya. 

Ada Di Sekitar Kita

Menurut informasi yang diterbitkan Depkes RI, TBC adalah pembunuh nomor satu di 
antara berbagai macam penyakit menular lain termasuk HIV/AIDS. Setiap tahun, 
kasus baru TBC di tanah air bertambah seperempat juta orang dan sekitar 140.000 
penderitanya meninggal. Atau sekitar 384 penderitanya meninggal setiap hari. 
Artinya, sama dengan korban jatuhnya pesawat boeing 747 yang mengangkut 384 
penumpang.

Tragisnya, sekarang Indonesia dikategorikan sebagai negara ketiga terbesar di 
dunia yang masyarakatnya menyandang masalah TBC. Bahkan, menurut hasil survai 
Sukernas pada 2004, hanya 11 persen penduduk Indonesia yang dapat menyebutkan 
gejala TBC secara benar.

Artinya, selama ini penanganan TBC seolah jalan di tempat. Bahkan masih terbuka 
lebar menebarkan kuman TBC di sekitar kita untuk menerjang dan menyerang siapa 
saja. Melihat masih lambatnya pemberantasan TBC, seharusnya menggugah 
kepedulian kita untuk bergerak bersama secara terpadu. Dengan komitmen bersama 
antara pemerintah dan seluruh elemen masyarakat khususnya paramedis, guru, 
wartawan, swastawan memberantas penyakat TBC. Tak terkecuali di Kalsel. 
Bagaimana pun, TBC adalah penyakit menular yang penderitanya dapat disembuhkan 
sempurna. Maka, perang melawan TBC pasti bisa dimenangkan melalui komitmen kita 
semua.

Memerangi Kemiskinan

Kemiskinan, merupakan salah satu tantangan terberat dalam pembangunan sosial 
dan ekonomi. TBC berpotensi menciptakan kemiskinan, sebab sebagian besar 
pasiennya adalah usia produktif. Wanita dan anak-anak, adalah kelompok yang 
rentan dan berisiko tinggi mengidap TBC. Program pemberantasan TBC, dapat 
menurunkan angka kematian ibu dan anak.

Perbaikan kesehatan merupakan salah satu cara untuk mengentaskan kemiskinan 
yang dapat diukur secara nyata. Kegiatan yang dilakukan dengan anggaran 
kesehatan, adalah investasi masa depan untuk mengembangkan potensi manusia 
berkualitas. Menangani penyakit yang dapat menyebabkan kemiskinan seperti TBC, 
adalah salah satu langkah kongkret untuk mengembalikan miliaran dolar pada 
perekonomian nasional. Sebab, TBC adalah penyakit kemiskinan karena pekerja 
produktif kehilangan hari kerjanya.

Kemiskinan dan TBC merupakan mata rantai yang saling menguatkan. Negara miskin 
biasanya memiliki angka kejadian TBC yang tinggi. TBC akan memiskinkan 
penderitanya baik secara finansial, gizi maupun dari sosial.

Berjuang mengentaskan kemiskinan, berarti berjuang menurunkan jumlah penderita 
TBC. Sebab fakta menunjukkan, masyarakat miskin paling berisiko terinfeksi TBC.

Di samping itu, persoalan TBC tidak bisa dilepaskan dari ekonomi. Menurut 
perkiraan, untuk pengobatan satu pasien TBC memerlukan dana sekitar 184 dolar 
AS. Hasil studi menunjukkan, sekitar 3-4 bulan waktu kerja hilang karena TBC. 
Hal ini mengakibatkan hilangnya 20-30 persen pendapatan rumah tangga setiap 
tahun. Bagi keluarga penderita TBC yang meninggal, mengalami kehilangan lebih 
besar lagi. Diperkirakan, 15 tahun pendapatan hilang akibat kematian yang lebih 
awal (muda) karena TBC.

Gerakan Bersama

Secara nasional, pemerintah melalui Depkes RI mengembangkan program strategi 
Directly Observed Treatment Short Course (DOTS), yaitu pengobatan jangka pendek 
dengan pengawasan langsung. Program ini dikenalkan kepada publik sejak 1996, 
dan sudah dilaksanakan secara luas dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat.

Tanggung jawab dan manajemen program TBC berada di kabupaten/kota, mengajukan 
dana penanggulangan TBC di wilayahnya kepada DPRD setempat. Di era otomomi 
daerah sekarang, pelayanan kesehatan menjadi tantangan baru bagi penanggulangan 
TBC untuk melakukan penyesuaian operasional di lapangan. Hal ini tentu sangat 
memerlukan partisipasi semua pihak. Sebab, hidup sehat adalah impian semua 
orang termasuk terbebas dari TBC. Tapi, mungkinkah semua itu terwujud tanpa 
dukungan kita semua. 

Kenyataan di lapangan, pemerintah melalui Depkes RI hingga jajarannya yang 
terdepan seperti Puskesmas berjuang memberantas TBC dengan segala keterbatasan. 
Terbatas karena rendahnya kemampuan petugas kesehatan, pendanaan, peralatan 
hingga rendahnya kesadaran masyarakat kita untuk hidup bersih dan sehat. Belum 
lagi kebiasaan buruk kita --berobat setelah sakit.

Berbagai kendala yang dihadapi itu, mengakibatkan pemberantasan TBC seolah 
jalan di tempat. Siapa yang harus disalahkan, padahal TBC setiap saat mengancam 
kita? Seharusnya, penderita TBC secara sadar memanfaatkan fasilitas yang 
disediakan pemerintah. Seperti minum obat yang disediakan gratis di seluruh 
Puskesmas di tanah air selama enam bulan hingga sembuh total. Fakta 
menunjukkan, jika mau berobat TBC bisa disembuhkan.

Peran LSM

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di awal kemunculannya dikenal dengan istilah 
organisasi non pemerintah (Ornop) dan di manca negara dikenal Non Goverment 
Organization (NGO), yang akhir-akhir ini bermunculan dengan berbagai 
kepentingan dan tuntutan serta mengatasnamakan rakyat.

Kehadiran LSM/Ornop/NGO sangat penting dan diperlukan untuk mengontrol berbagai 
kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat. Mengkritisi 
pelaksanaan pembangunan yang menyimpang hingga melakukan aksi di masyarakat. 
Mengembangkan terobosan baru yang belum dilakukan pemerintah. Mengatasi 
sejumlah persoalan bangsa yang begitu kompleks dan berat. Mengisi celah yang 
belum tersentuh gegap gempita pembangunan, bukan mencari kesalahan pemerintah 
tanpa diperkuat bukti dan data yang akurat. Kalau ini terjadi, menjadi fitnah 
dan menyesatkan. Kalau LSM mengkritik apa yang dilakukan pemerintah, biasanya 
dikembangkan solusi untuk mengatasinya.

Koalisi Untuk Indonesia Sehat (KUIS), adalah LSM yang berupaya menggerakkan 
partisipasi masyarakat di bidang pembangunan kesehatan. LSM ini memiliki 
komitmen yang sangat kuat mendorong tumbuhnya peran serta masyarakat untuk 
mencapai Indonesia Sehat tahun 2010. Melakukan berbagai aksi di tengah 
masyarakat melalui pendekatan partisipatif, mendorong tumbuhnya perubahan 
perilaku kebiasaan berobat setelah sakit. Menumbuhkan kesadaran untuk tidak 
sakit (pendekatan preventif/pencegahan) serta mendorong tanggung jawab 
pemerintah menjadi pelayan kesehatan masyarakat. Bagaimana pun, sehat itu 
adalah hak semua orang.

Dari pemantauan jaringan kerja advokasi KUIS bersama berbagai mitra di beberapa 
propinsi dan kab/kota di tanah air, ternyata belum memprioritaskan kesehatan 
sebagai pilar pembangunan. Itu itu tecermin dari anggaran kesehatan kab/kota 
yang masih berkisar antara 2-5 persen. Dari anggaran itu, rata-rata 70 persen 
untuk belanja rutin atau membayar gaji pegawai. Dengan anggaran yang terbatas 
itu, petugas kesehatan dibebani melaksanakan 18 program kesehatan.

Hasil studi kasus yang dilakukan KUIS beberapa waktu lalu, ternyata Puskesmas 
sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan menghadapi kesulitan mendapatkan 
suspect TBC akibat terbatasnya dana dan personal. Di lain pihak, Dinas 
Kesehatan kab/kota menghadapi kesulitan memperjuangkan peningkatan anggaran 
kesehatan di tingkat Bappeda dan DPRD, akibat sudut pandang pembangunan 
pemerintah di era otonomi daerah belum berorientasi kesehatan.

Dengan asumsi itu, KUIS bekerjasama dengan sejumlah LSM lokal berperan serta 
mendukung program pemberantasan penyakit TBC dengan mengembangkan program 
Advocacy Communication And Social Mobilization Tubercolusis (ACS TB) 
--advokasi, komunikasi dan mobilisasi sosial TBC-- di 15 kab/kota di Indonesia. 
Di antaranya Medan, Asahan, Bandar lampung, Mojokerto, Pemekasan, Mataram, 
Lombok Barat, Ende, Sikka, Kutai Barat, Banjarmasin dan Banjar.

Di Banjarmasin, KUIS menjalin kerjasama dengan Koalisi Untuk Banjarmasin Sehat 
(KUBS ). Sedangkan di Kabupaten Banjar, KUIS bekerjasama dengan Lembaga Bina 
Bakti Taruna (LB2T). 

Data Berbasis Fakta

KUIS mengembangkan Program ACS TB dalam memberantas penyakit TBC 
menitikberatkan pada tiga pendekatan utama yaitu: Mengadvokasi kebijakan 
pemerintah daerah; Melalukan usaha komunikasi perubahan perilaku; Melakukan 
studi pengumpulan data berbasis fakta pada beberapa tingkatan agar menghasilkan 
perubahan signifikan. Diperlukan usaha bersama untuk mencapai indikator yang 
diinginkan.

Tujuan utama melakukan advokasi dan komunikasi perubahan perilaku secara 
sistematis adalah meningkatkan komitmen pemerintah kab/kota terhadap program 
pemberantasan TBC. Juga meningkatkan jumlah pasien TBC yang mencari jasa dan 
menjalankan pengobatan dengan sitem DOTS di kab/kota melalui kampanye 
komunikasi, serta menyusun data berbasis fakta untuk mendukung monitor dan 
evaluasi program advokasi dan komunikasi di kab/kota.

Banyak langkah dan terobosan yang dilakukan KUIS bersama LSM lokal dalam 
melakukan aksi bersama masyarakat dan pemerintah (Dinkes kab/kota setempat). Di 
antaranya: Membentuk tim ACS TB dengan melibatkan dinas instansi terkait, pakar 
dan media lokal; Merancang dan mengembangkan materi advokasi untuk semua 
lapisan masyarakat; Mengadakan pertemuan berkala dengan parpol dan DPRD, 
menyampaikan betapa pentingnya mendanai program permberantasan TBC; Mengajak 
parpol dan DPRD bertemu pasien TBC, pendamping minum obat (PMO) petugas 
kesehatan, memilih duta TB sebagai simbol perjuangan memberantas TBC; 
Melaksanakan event secara berkala; Melatih LSM lokal dan ormas tentang 
Community Organizer (CO) dan lokakarya merancang materi ACS TB; Mengembangkan 
rencana kerja Tim ACS TB, seperti menyusun naskah akademik, konsultasi publik, 
seminar, lobi, dan hearing, mengorganisasi kader TBC/kelompok di masyarakat. 
Termasuk menggelar event penting untuk mengguah kepedulian masyarakat terhadap 
masalah 
 TBC, seperti memperingati Hari TB Sedunia (World TB Day) pada 24 Maret.

Semua kegiatan yang dikembangkan dipublikasikan melalui media massa baik cetak 
maupun elektronik. Melalui program ini, masyarakat diajak berpikir dan tergugah 
untuk bersama-sama berjuang memberantas penyakit TBC di banua sendiri.

Sebaik apa pun rancangan program, tidak akan berpengaruh banyak tanpa diimbangi 
pendekatan partisipatif yang melibatkan khalayak untuk aktif menyukseskannya. 
Tidak berlebihan kami menawarkan kepada semua pihak yang tertarik untuk 
bergabung, turut berperan serta perang melawan TBC. Sekecil apa pun peran yang 
diberikan, adalah karya nyata Anda turut berjuang memerangi TBC di tanah air.

* Direktur Pelaksana Lembaga Bina Bakti Taruna (LB2T)
tinggal di Banjarmasin
e-mail: lb2tkalsel@xxxxxxxxxxx


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] TBC Dan Flu Burung Sama-sama Menakutkan