** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.indomedia.com/bpost/112005/29/opini/opini1.htm TBC Dan Flu Burung Sama-sama Menakutkan Oleh: Yuherli Akhir-akhir ini kalau kita mengikuti berbagai pemberitaan media massa baik cetak maupun elektronik, dikabarkan masyarakat di berbagai belahan dunia tak terkecuali di tanah air kita terkesima oleh berbagai macam penyakit menular yang mengancam manusia di dunia. Seperti berita mewabahnya penyakit demam berdarah, bahkan di satu daerah bisa dikatagorikan sebagai kejadian luar biasa (KLB). Belum tuntas demam berdarah, muncul kasus diare atau muntaber. Belum selesai diare, berkembang lagi kasus flu burung, SARS, HIV/AIDS. Beritanya mendunia. Kita dibuat takut luar biasa oleh berbagai kasus baru, akibat pemberitaan media massa yang begitu gencar. Apalagi pemerintah khususnya Depkes RI, kalangkabut menghadapi gencarnya pertanyaan sejumlah wartawan yang terus memburu berita. Khususnya tentang flu burung yang menghebohkan, demam berdarah /DBD. Padahal begitu banyak penyakit menular lainnya yang tidak kalah menakutkan, bahkan berlangsung lama dan menyerang semua orang tanpa pandang bulu tak terkecuali kita semua, yaitu penyakit menular TBC (tubercolosis). Sebenarnya, TBC adalah penyakit penyakit menular yang lebih ganas dan seharusnya kita waspadai bersama, tanpa mengabaikan penyakit menular lainnya. Ada Di Sekitar Kita Menurut informasi yang diterbitkan Depkes RI, TBC adalah pembunuh nomor satu di antara berbagai macam penyakit menular lain termasuk HIV/AIDS. Setiap tahun, kasus baru TBC di tanah air bertambah seperempat juta orang dan sekitar 140.000 penderitanya meninggal. Atau sekitar 384 penderitanya meninggal setiap hari. Artinya, sama dengan korban jatuhnya pesawat boeing 747 yang mengangkut 384 penumpang. Tragisnya, sekarang Indonesia dikategorikan sebagai negara ketiga terbesar di dunia yang masyarakatnya menyandang masalah TBC. Bahkan, menurut hasil survai Sukernas pada 2004, hanya 11 persen penduduk Indonesia yang dapat menyebutkan gejala TBC secara benar. Artinya, selama ini penanganan TBC seolah jalan di tempat. Bahkan masih terbuka lebar menebarkan kuman TBC di sekitar kita untuk menerjang dan menyerang siapa saja. Melihat masih lambatnya pemberantasan TBC, seharusnya menggugah kepedulian kita untuk bergerak bersama secara terpadu. Dengan komitmen bersama antara pemerintah dan seluruh elemen masyarakat khususnya paramedis, guru, wartawan, swastawan memberantas penyakat TBC. Tak terkecuali di Kalsel. Bagaimana pun, TBC adalah penyakit menular yang penderitanya dapat disembuhkan sempurna. Maka, perang melawan TBC pasti bisa dimenangkan melalui komitmen kita semua. Memerangi Kemiskinan Kemiskinan, merupakan salah satu tantangan terberat dalam pembangunan sosial dan ekonomi. TBC berpotensi menciptakan kemiskinan, sebab sebagian besar pasiennya adalah usia produktif. Wanita dan anak-anak, adalah kelompok yang rentan dan berisiko tinggi mengidap TBC. Program pemberantasan TBC, dapat menurunkan angka kematian ibu dan anak. Perbaikan kesehatan merupakan salah satu cara untuk mengentaskan kemiskinan yang dapat diukur secara nyata. Kegiatan yang dilakukan dengan anggaran kesehatan, adalah investasi masa depan untuk mengembangkan potensi manusia berkualitas. Menangani penyakit yang dapat menyebabkan kemiskinan seperti TBC, adalah salah satu langkah kongkret untuk mengembalikan miliaran dolar pada perekonomian nasional. Sebab, TBC adalah penyakit kemiskinan karena pekerja produktif kehilangan hari kerjanya. Kemiskinan dan TBC merupakan mata rantai yang saling menguatkan. Negara miskin biasanya memiliki angka kejadian TBC yang tinggi. TBC akan memiskinkan penderitanya baik secara finansial, gizi maupun dari sosial. Berjuang mengentaskan kemiskinan, berarti berjuang menurunkan jumlah penderita TBC. Sebab fakta menunjukkan, masyarakat miskin paling berisiko terinfeksi TBC. Di samping itu, persoalan TBC tidak bisa dilepaskan dari ekonomi. Menurut perkiraan, untuk pengobatan satu pasien TBC memerlukan dana sekitar 184 dolar AS. Hasil studi menunjukkan, sekitar 3-4 bulan waktu kerja hilang karena TBC. Hal ini mengakibatkan hilangnya 20-30 persen pendapatan rumah tangga setiap tahun. Bagi keluarga penderita TBC yang meninggal, mengalami kehilangan lebih besar lagi. Diperkirakan, 15 tahun pendapatan hilang akibat kematian yang lebih awal (muda) karena TBC. Gerakan Bersama Secara nasional, pemerintah melalui Depkes RI mengembangkan program strategi Directly Observed Treatment Short Course (DOTS), yaitu pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung. Program ini dikenalkan kepada publik sejak 1996, dan sudah dilaksanakan secara luas dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Tanggung jawab dan manajemen program TBC berada di kabupaten/kota, mengajukan dana penanggulangan TBC di wilayahnya kepada DPRD setempat. Di era otomomi daerah sekarang, pelayanan kesehatan menjadi tantangan baru bagi penanggulangan TBC untuk melakukan penyesuaian operasional di lapangan. Hal ini tentu sangat memerlukan partisipasi semua pihak. Sebab, hidup sehat adalah impian semua orang termasuk terbebas dari TBC. Tapi, mungkinkah semua itu terwujud tanpa dukungan kita semua. Kenyataan di lapangan, pemerintah melalui Depkes RI hingga jajarannya yang terdepan seperti Puskesmas berjuang memberantas TBC dengan segala keterbatasan. Terbatas karena rendahnya kemampuan petugas kesehatan, pendanaan, peralatan hingga rendahnya kesadaran masyarakat kita untuk hidup bersih dan sehat. Belum lagi kebiasaan buruk kita --berobat setelah sakit. Berbagai kendala yang dihadapi itu, mengakibatkan pemberantasan TBC seolah jalan di tempat. Siapa yang harus disalahkan, padahal TBC setiap saat mengancam kita? Seharusnya, penderita TBC secara sadar memanfaatkan fasilitas yang disediakan pemerintah. Seperti minum obat yang disediakan gratis di seluruh Puskesmas di tanah air selama enam bulan hingga sembuh total. Fakta menunjukkan, jika mau berobat TBC bisa disembuhkan. Peran LSM Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di awal kemunculannya dikenal dengan istilah organisasi non pemerintah (Ornop) dan di manca negara dikenal Non Goverment Organization (NGO), yang akhir-akhir ini bermunculan dengan berbagai kepentingan dan tuntutan serta mengatasnamakan rakyat. Kehadiran LSM/Ornop/NGO sangat penting dan diperlukan untuk mengontrol berbagai kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat. Mengkritisi pelaksanaan pembangunan yang menyimpang hingga melakukan aksi di masyarakat. Mengembangkan terobosan baru yang belum dilakukan pemerintah. Mengatasi sejumlah persoalan bangsa yang begitu kompleks dan berat. Mengisi celah yang belum tersentuh gegap gempita pembangunan, bukan mencari kesalahan pemerintah tanpa diperkuat bukti dan data yang akurat. Kalau ini terjadi, menjadi fitnah dan menyesatkan. Kalau LSM mengkritik apa yang dilakukan pemerintah, biasanya dikembangkan solusi untuk mengatasinya. Koalisi Untuk Indonesia Sehat (KUIS), adalah LSM yang berupaya menggerakkan partisipasi masyarakat di bidang pembangunan kesehatan. LSM ini memiliki komitmen yang sangat kuat mendorong tumbuhnya peran serta masyarakat untuk mencapai Indonesia Sehat tahun 2010. Melakukan berbagai aksi di tengah masyarakat melalui pendekatan partisipatif, mendorong tumbuhnya perubahan perilaku kebiasaan berobat setelah sakit. Menumbuhkan kesadaran untuk tidak sakit (pendekatan preventif/pencegahan) serta mendorong tanggung jawab pemerintah menjadi pelayan kesehatan masyarakat. Bagaimana pun, sehat itu adalah hak semua orang. Dari pemantauan jaringan kerja advokasi KUIS bersama berbagai mitra di beberapa propinsi dan kab/kota di tanah air, ternyata belum memprioritaskan kesehatan sebagai pilar pembangunan. Itu itu tecermin dari anggaran kesehatan kab/kota yang masih berkisar antara 2-5 persen. Dari anggaran itu, rata-rata 70 persen untuk belanja rutin atau membayar gaji pegawai. Dengan anggaran yang terbatas itu, petugas kesehatan dibebani melaksanakan 18 program kesehatan. Hasil studi kasus yang dilakukan KUIS beberapa waktu lalu, ternyata Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan menghadapi kesulitan mendapatkan suspect TBC akibat terbatasnya dana dan personal. Di lain pihak, Dinas Kesehatan kab/kota menghadapi kesulitan memperjuangkan peningkatan anggaran kesehatan di tingkat Bappeda dan DPRD, akibat sudut pandang pembangunan pemerintah di era otonomi daerah belum berorientasi kesehatan. Dengan asumsi itu, KUIS bekerjasama dengan sejumlah LSM lokal berperan serta mendukung program pemberantasan penyakit TBC dengan mengembangkan program Advocacy Communication And Social Mobilization Tubercolusis (ACS TB) --advokasi, komunikasi dan mobilisasi sosial TBC-- di 15 kab/kota di Indonesia. Di antaranya Medan, Asahan, Bandar lampung, Mojokerto, Pemekasan, Mataram, Lombok Barat, Ende, Sikka, Kutai Barat, Banjarmasin dan Banjar. Di Banjarmasin, KUIS menjalin kerjasama dengan Koalisi Untuk Banjarmasin Sehat (KUBS ). Sedangkan di Kabupaten Banjar, KUIS bekerjasama dengan Lembaga Bina Bakti Taruna (LB2T). Data Berbasis Fakta KUIS mengembangkan Program ACS TB dalam memberantas penyakit TBC menitikberatkan pada tiga pendekatan utama yaitu: Mengadvokasi kebijakan pemerintah daerah; Melalukan usaha komunikasi perubahan perilaku; Melakukan studi pengumpulan data berbasis fakta pada beberapa tingkatan agar menghasilkan perubahan signifikan. Diperlukan usaha bersama untuk mencapai indikator yang diinginkan. Tujuan utama melakukan advokasi dan komunikasi perubahan perilaku secara sistematis adalah meningkatkan komitmen pemerintah kab/kota terhadap program pemberantasan TBC. Juga meningkatkan jumlah pasien TBC yang mencari jasa dan menjalankan pengobatan dengan sitem DOTS di kab/kota melalui kampanye komunikasi, serta menyusun data berbasis fakta untuk mendukung monitor dan evaluasi program advokasi dan komunikasi di kab/kota. Banyak langkah dan terobosan yang dilakukan KUIS bersama LSM lokal dalam melakukan aksi bersama masyarakat dan pemerintah (Dinkes kab/kota setempat). Di antaranya: Membentuk tim ACS TB dengan melibatkan dinas instansi terkait, pakar dan media lokal; Merancang dan mengembangkan materi advokasi untuk semua lapisan masyarakat; Mengadakan pertemuan berkala dengan parpol dan DPRD, menyampaikan betapa pentingnya mendanai program permberantasan TBC; Mengajak parpol dan DPRD bertemu pasien TBC, pendamping minum obat (PMO) petugas kesehatan, memilih duta TB sebagai simbol perjuangan memberantas TBC; Melaksanakan event secara berkala; Melatih LSM lokal dan ormas tentang Community Organizer (CO) dan lokakarya merancang materi ACS TB; Mengembangkan rencana kerja Tim ACS TB, seperti menyusun naskah akademik, konsultasi publik, seminar, lobi, dan hearing, mengorganisasi kader TBC/kelompok di masyarakat. Termasuk menggelar event penting untuk mengguah kepedulian masyarakat terhadap masalah TBC, seperti memperingati Hari TB Sedunia (World TB Day) pada 24 Maret. Semua kegiatan yang dikembangkan dipublikasikan melalui media massa baik cetak maupun elektronik. Melalui program ini, masyarakat diajak berpikir dan tergugah untuk bersama-sama berjuang memberantas penyakit TBC di banua sendiri. Sebaik apa pun rancangan program, tidak akan berpengaruh banyak tanpa diimbangi pendekatan partisipatif yang melibatkan khalayak untuk aktif menyukseskannya. Tidak berlebihan kami menawarkan kepada semua pihak yang tertarik untuk bergabung, turut berperan serta perang melawan TBC. Sekecil apa pun peran yang diberikan, adalah karya nyata Anda turut berjuang memerangi TBC di tanah air. * Direktur Pelaksana Lembaga Bina Bakti Taruna (LB2T) tinggal di Banjarmasin e-mail: lb2tkalsel@xxxxxxxxxxx [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **