[nasional_list] [ppiindia] Posisi Politik Soeharto Sulit Diselesaikan

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sat, 26 Nov 2005 02:08:20 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/1105/26/0101.htm


Rapimnas Partai Golkar Memutuskan Dukung Pemerintah
Posisi Politik Soeharto Sulit Diselesaikan 

JAKARTA, (PR).-
Persoalan posisi mantan Presiden Soeharto secara politis menjadi berbeda, 
karena sulit diselesaikan, dan terus menjadi wacana politik. Namun, posisinya 
secara hukum sebenarnya selesai dengan diundangkannya Ketetapan MPR (Tap MPR) 
No. XI/MPR/ 1998 menjadi UU No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan 
Bersih, Bebas KKN dan UU No. 30/2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi 
(KPK). 

"Soal pengadilan Soeharto telah selesai secara hukum. Tetapi, secara politik 
sulit selesai. Ini akan menjadi wacana politik terus- menerus sepanjang 
sejarah," kata Wakil Ketua DPR, A.M. Fatwa menjawab pertanyaan wartawan saat 
menghadiri sidang terdakwa Ketua Komisi Pemilihan Umum, Nazaruddin Syamsuddin 
di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta, Jumat (25/11).

Persoalan hukum Soeharto telah selesai, ketika fatwa Mahkamah Agung (MA) 
menetapkan agar negara mengobatinya sampai sembuh, dengan pernyataan tim dokter 
bahwa penyakit Soeharto tidak bisa disembuhkan seumur hidupnya.

"Dia dinyatakan tidak mungkin menjalani proses sidang karena sakit itu. Maka 
pengadilan terhadapnya tidak dilaksanakan lagi," kata Fatwa.

Namun, opini politik soal Soeharto akan terus muncul. Itu tidak bisa dicegah, 
dibiarkan saja terus berkembang. "Bisa dipahami, apabila dari waktu ke waktu 
timbul pro dan kontra terhadap posisi Soeharto. Soal ini memiliki muatan 
politik sangat tinggi," tegasnya.

Dirinya secara pribadi menghendaki, biarkan saja masalah ini bergulir menjadi 
wacana. Hal ini tidak bisa dihindari mengingat Soeharto adalah mantan penguasa 
Orde Baru (Orba) selama 30 tahun lebih. "Biarkan jadi wacana, karena masalah 
dia sarat pertimbangan politik," katanya.

Di tempat yang sama, mantan Ketua Umum DPP Partai Golongan Karya (Golkar) Akbar 
Tandjung menilai, wajar saja apabila mantan Presiden Soeharto meminta kejelasan 
mengenai status hukumnya. Saat ini, memang ada wacana untuk memperjelas status 
hukum Soeharto. "Saya kira wajar, beliau sebagai mantan kepala negara 
menginginkan adanya kepastian hukum terhadap kasusnya. Oleh karena itu, kita 
serahkan saja pada mekanisme hukum," ujarnya.

Menyangkut pelaksanaan peradilan bagi Pak Harto, Akbar menilai, hal itu sudah 
pernah dilakukan. Akan tetapi, karena memang diagnosis tim dokter menetapkan 
mantan presiden itu sulit untuk berkomunikasi secara jelas, proses pengadilan 
dihentikan.

"Jadi sebetulnya soal keinginan untuk (dibawa ke meja) pengadilan itu sudah 
dilakukan. Sekarang, tentu diserahkan kepada masyarakat maupun pemerintah, 
apakah masih bisa dilanjutkan pengadilan Pak Harto. Padahal, ia sudah tidak 
bisa berkomunikasi secara jelas. Barangkali kita harapkan pemerintah bisa 
menawarkan sesuatu kepada rakyat (untuk penyelesaian masalah hukum 
Soeharto-red.)," katanya. 

Pemberian penghargaan

Menyinggung soal pemberian "Anugerah Bhakti Pratama" kepada Soeharto, Akbar pun 
menilai, hal yang wajar apabila Soeharto menerima penghargaan dari Partai 
Golkar atas jasanya selama menjadi ketua dewan pembina Golkar. 

"Ya, saya kira penghargaan untuk Pak Harto dalam konteks Golkar, itu kita 
tinggal melihat dari persepsi mana. Kalau dari persepsi Orde Baru, ya tentu Pak 
Harto patut diberi penghargaan karena pada waktu itu beliau adalah Ketua Dewan 
Pembina. Akan tetapi, kalau dalam persepsi reformasi, kami rasa tidak ada 
hubungan dengan beliau, karena secara formal struktural beliau tidak lagi di 
Golkar (pascareformasi-red.)," katanya.

Lantas, perihal dirinya yang tidak termasuk yang mendapat penghargaan seperti 
yang juga diberikan DPP Partai Golkar kepada sejumlah tokoh nasional lain yang 
berasal dari partai berlambang pohon beringin itu, Akbar menyatakan, pihaknya 
tidak merasa kecewa karena tidak menerima penghargaan "Anugerah Bhakti Pratama".

"Saya serahkan (keputusan untuk pemberian penghargaan-red.) kepada DPP. Namun, 
saya perlu mengatakan, apa yang saya lakukan sekarang ini, pengabdian saya pada 
partai, kontribusi saya terhadap partai, tidak pernah terpetik sedikit pun 
dalam benak saya bahwa saya menginginkan penghargaan," kata Akbar yang pernah 
menjadi Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga dan Menteri Negara Perumahan Rakyat 
dalam masa pemerintahan Presiden Soeharto.

Bisa dimengerti

Sementara itu, pengamat politik Indria Samego menilai, latar belakang yang 
menjadi dasar rencana Partai Golkar memberikan "Anugerah Bhakti Pratama" kepada 
mantan Presiden Soeharto, tidak lepas dari peranan Soeharto dalam membesarkan 
Golkar pada masa lalu.

"Itu dimengerti, tetapi sebaliknya, sebenarnya Soeharto juga dibesarkan 
Golkar," katanya saat dihubungi "PR" via telefon di Jakarta, Jumat (25/11).

Namun, Indria mengingatkan, pentingnya Partai Golkar (PG) melihat masa depan, 
termasuk tantangan bagaimana agar benar-benar mengakar di masyarakat. 
Menurutnya, itu artinya langkah Partai Golkar harus lebih tegas untuk turut 
andil memecahkan segala persoalan yang tengah melilit masyarakat. "Jadi, 
lihatlah ke masa depan," katanya.

Sebagaimana diwartakan, terkait dengan penyelenggaraan Rapat Pimpinan Nasional 
(Rapimnas) Partai Golkar dan HUT Golkar ke-41 di Jakarta, 23-26 November 2005, 
Partai Golkar akan memberikan penghargaan "Anugerah Bhakti Pratama" kepada 45 
tokoh nasional dari Golkar.

Di antara penerima, termasuk mantan Presiden RI dan mantan Ketua Dewan Pembina 
Golkar, Soeharto. Juga, mantan Presiden B.J. Habibie, mantan Mensesneg 
Moerdiono, mantan Menpen Harmoko, mantan Menkeh Oetojo Oesman, mantan Menaker 
Cosmas Batubara, dan tokoh PGRI Basyuni Suriadiharja.

Menurut rencana, penghargaan diberikan Ketua Umum DPP Partai Golkar M. Jusuf 
Kalla pada puncak HUT ke-41 Golkar di Balai Kartini, Jakarta, Sabtu (26/11). 

Tegaskan dukungan

Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar semakin menegaskan kembali 
posisi Partai Golkar sebagai partai politik pendukung pemerintah. "Golkar 
memang perlu menegaskan posisi politiknya sebagai partai pendukung pemerintah. 
Dulunya Partai Golkar adalah sebagai penyeimbang, tetapi sekarang dalam posisi 
sebagai partai pendukung pemerintah," ujar Wakil Sekjen /Ketua Koordinator 
Pernyataan Politik Rapimnas Golkar, Priyo Budi Santoso kepada wartawan seusai 
penutupan rapimnas di Jakarta, Jumat (25/11) malam.

Sebagai partai yang semula penyeimbang menjadi partai pendukung pemerintah itu, 
Partai Golkar juga memandang perlu melakukan reposisi partai untuk mewujudkan 
peranannya memperkuat pemerintahan. "Namun untuk masalah hiruk pikuk reshuffle, 
memang ada tujuh daerah yang mengusulkan agar dalam reshuffle dipertimbangkan 
agar Golkar masuk," kata Priyo. 

Rapimnas ditutup Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Agung Laksono. Tidak ada 
pernyataan politik saat penutupan. Pernyataan politik atau rekomendasi akan 
dibacakan saat peringatan HUT Partai Golkar ke-41 yang rencananya dihadiri 
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Balai Kartini Jakarta, Sabtu (26/11) ini. 

Priyo menyatakan, PG juga memandang perlu kemungkinan aktualisasi reposisi 
partai untuk memperkuat pemerintah. Namun, untuk reshuffle, dalam rapimnas 
tersebut ada tujuh daerah yang mengusulkan agar dalam pelaksanaan reshuffle 
mempertimbangkan penambahan kursi Golkar di kabinet.

Rekomendasi kedua adalah untuk menyederhanakan pelaksanaan pemilihan umum 
(pemilu). "Ijtihad politik yang sekarang ini mulai menjadi mainstream di Partai 
Golkar adalah memprakarsai terbentuknya format yang memungkinkan penyederhanaan 
jadwal pelaksanaan pemilu. Pemilu cukup dilaksanakan dua kali dalam lima tahun 
kepemimpinan nasional. Artinya, hanya ada dua pemilu yaitu pemilu serentak 
legislatif dan eksekutif," katanya.

Ia menjelaskan, pemilu dilaksanakan dalam dua urutan. Satu hari untuk memilih 
anggota DPR RI, DPRD I, DPRD kabupaten/kota dan DPD RI. Setelah senggang waktu 
akan diadakan pemilu serentak untuk memilih eksekutif, dimulai pemilu memilih 
presiden/wapres, pemilu gubernur dan pemilu bupati/wali kota seluruh Indonesia. 

"Dengan demikian akan ada efisiensi secara nasional mengenai waktu, uang, 
tenaga, pikiran dan energi. Pertimbangan Golkar adalah agar ke depan parpol itu 
dapat melaksanakan perencanaan dan kaderisasi secara lebih terencana, ada waktu 
dan akan menjadi lebih matang," jelas Priyo.

Dalam pelaksanaan pemilu eksekutif, PG juga menyadari perlunya waktu transisi 
supaya pilkada dilaksanakan serentak. Dalam konsep Golkar masa transisi ini 
perlu dibicarakan bersama seluruh komponen bangsa.

Yang kedua mengenai reposisi partai politik yang dihimpun dari rapimnas, 
kemudian Golkar secara formal kemungkinan nanti akan menyetujui dan mendukung 
manakala Presiden merasa perlu untuk mengevaluasi kinerja kabinet yang 
diletakkan dalam kerangka untuk memperbaiki nasib bangsa ke depan dan 
kemakmuran rakyat.

Hal lain yang dihimpun dari Rapimnas adalah adanya pemikiran daerah, agar 
Golkar mereposisi politik di parlemen. "Tetapi yang jelas Golkar akan tetap 
memosisikan dirinya sebagai mitra sejajar dengan pemerintah yang akan 
melaksanakan tugas pengawasan secara kritis, objektif, profesional, independen, 
dan solutif terhadap kebijakan yang diambil oleh negara," jelas 
Priyo.(A-84/A-94/A-109)***


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today!
http://us.click.yahoo.com/LeSULA/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Posisi Politik Soeharto Sulit Diselesaikan