[nasional_list] [ppiindia] Pemerintah dan Pengusaha

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Mon, 21 Nov 2005 22:25:38 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.kompas.com/kompas-cetak/0511/22/opini/2225068.htm


     

      Pemerintah dan Pengusaha 

      Hendardi

      Wakil Presiden Jusuf Kalla mengemukakan, kini terbuka peluang lebih besar 
bagi para pengusaha untuk menjadi menteri karena telah terjadi perubahan dalam 
institusi TNI, Polri, dan birokrasi yang menghalangi personelnya yang aktif 
untuk menjadi politisi.

      Dalam kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono disebutkan 13 orang 
berlatar belakang pengusaha (Kompas, 14/11/2005). Adanya sejumlah pengusaha 
yang menduduki jabatan politik bukanlah sepenuhnya monopoli periode 
pasca-Soeharto.

      Tentu timbul pertanyaan, apa yang membedakan hubungan pemerintah dan 
pengusaha di masa Orde Baru dengan masa kini? Apakah pola hubungan patronase 
telah berakhir ataukah masih tetap berlanjut? Jika terus berlanjut, apa bedanya 
dengan patronase sebelumnya?

      Patronase Orde Baru

      Dinamika bisnis yang ada sekarang tak dapat diabaikan dari apa yang telah 
berkembang selama lebih tiga dasawarsa sebelumnya. Di sinilah letak 
signifikansi politik dan ekonomi Orde Baru. Pengaruh masa lalu tetap kuat 
membentuk dan mewarisi watak hubungan di antara kekuasaan politik, birokratik, 
dan bisnis. Hubungan ini secara khusus disebut patronase bisnis (business 
patronage).

      Awal program ekonomi Orde Baru memang ditandai dengan masuknya modal 
asing dan utang luar negeri. Hal ini mengesankan seolah-olah di Indonesia belum 
muncul suatu golongan yang disebut pengusaha. Tapi setelah diberkahi limpahan 
"uang minyak" pada paruh 1970-an, keadaan pun berubah. Negara (state) 
seolah-olah bisa bertindak atas nama dan kepentingannya sendiri, terutama 
dengan mengusung Industrialisasi Substitusi Impor (ISI).

      Sejak itu, investasi dan proyek-proyek negara menjadi "mesin 
pertumbuhan". Negara bahkan memfasilitasi dan memodali tumbuhnya pengusaha di 
dalam dirinya melalui beroperasinya sejumlah perusahaan industri perakitan 
otomotif, elektronik, semen, petrokimia, gelas, dan plastik. Mereka juga 
menikmati fasilitas proteksi dan monopoli pasar. Dasawarsa 1980-an, mereka 
berkembang menjadi sejumlah konglomerat.

      Patronase bisnis itu terpusat di sekitar keluarga Soeharto. Kendati 
begitu, jaringannya juga menyebar ke sejumlah personel dan institusi militer 
dan polisi. Dengan pertumbuhan ini, sebagian mereka tak lagi sekadar birokrat 
atau politisi, melainkan harus ditengok sebagai golongan pengusaha yang 
memiliki akses yang besar pada penguasaan sumber daya negara dan kekayaan alam 
(Richard Robison, Indonesia: The Rise of Capital, 1986).

      Sistem patronase itu bukan saja telah menciptakan kolusi politik dalam 
bisnis, tapi juga merebaknya korupsi dalam birokrasi negara. Sehingga tak 
mengherankan jika kekayaan negara dan sumber daya alam (SDA) telah menjadi 
"sapi perah" yang luar biasa dan membangkitkan suatu lapisan orang kaya di 
Indonesia, termasuk birokrat sipilnya.

      Hubungan seperti itu tak selalu berjalan tanpa dinamikanya. Akhir 
dasawarsa 1980-an, ketika sejumlah konglomerat dituding telah berbuat sangat 
tamak, kalangan militer yang mulai dirintangi aksesnya pun melancarkan isu 
"keterbukaan politik". Dinamika ini bertambah dengan tumbuhnya 
perusahaan-perusahaan dan lapisan buruh industri ringan yang berorientasi 
ekspor, serta berbagai kasus penggusuran penduduk dari lahan garapannya yang 
ikut menaikkan kembali peran politik mahasiswa.

      Dengan begitu, sejak 1980-an, kabinet di bawah Soeharto juga harus 
ditengok sebagai wakil dari kepentingan pengusaha. Bahkan, Soeharto sendiri 
haruslah ditengok sebagai bos mereka.

      Desentralisasi

      Para pengusaha yang kini menjadi pejabat teras pemerintah, seperti Jusuf 
Kalla, Aburizal Bakrie, Fahmi Idris, dan Mari Pangestu, pada dasarnya mereka 
adalah kelanjutan dari apa yang telah dilakukan mantan Presiden Soeharto dan 
Habibie. Mereka menikmati hubungan patronase dalam menjalankan roda bisnis yang 
mereka geluti sebelumnya.

      Rasanya melenceng untuk menyebut adanya beberapa menteri dari kalangan 
pengusaha sebagai suatu kecenderungan baru dan terlalu berlebihan jika 
dibandingkan dengan jabatan-jabatan menteri di Amerika Serikat.

      Adanya perintang bagi personel TNI dan Polri aktif untuk terlibat politik 
atau jabatan politik, memang menjadi lebih terbuka bagi kalangan pengusaha 
untuk menduduki jabatan menteri atau pejabat tinggi. Tapi jika soalnya adalah 
kepentingan mereka untuk memakmurkan orang banyak, tampaknya perlu 
dipertanyakan. Apa jaminannya mereka menaruh komitmen tersebut karena patronase 
tetap berlanjut?

      Pertama, para pengusaha jelas membutuhkan pemerintah untuk memperluas 
kepentingan atau mempertahankan usaha mereka. Mereka membutuhkan akses pada 
sumber daya negara baik untuk mendapatkan proyek maupun fasilitas yang dapat 
memperluas jaringan bisnisnya. Mereka tetap menjalankan pola patronase bisnis, 
tapi lebih tersebar karena telah terjadi desentralisasi kekuasaan negara.

      Kedua, dalam mempertahankan jabatan-jabatan politik itu, mereka 
diharuskan menggunakan partai-partai. Sebagaimana yang banyak dipersoalkan, 
proses ini lebih berperan dengan apa yang disebut "politik uang" (money 
politics). Hal ini lebih dimungkinkan jika mereka berasal atau berlatar dari 
kalangan pengusaha.

      Ketiga, desentralisasi kekuasaan negara telah membuka suatu gelanggang 
politik sebagai ajang perebutan atau bagi-bagi kekuasaan di tingkat lokal. Pada 
umumnya, Golkar mewarisi tampuk kekuasaan politik lokal baik pemerintahan 
maupun DPRD. Jaringan patronase pun menjadi terdesentralisasi dan menjadi 
rebutan akses di antara birokrat, pengusaha, dan politisi lokal.

      Keempat, program good governance, seperti penghapusan KKN, transparansi, 
dan akuntabilitas yang dicanangkan lembaga-lembaga donor internasional, 
ternyata telah mengalami kegagalan. Korupsi dan kolusi justru semakin menyebar 
ke daerah-daerah, baik yang terjadi pada banyak anggota DPRD, tapi juga mereka 
yang bertanggung jawab dalam program-program sosial.

      Apa jaminannya mereka lebih berkomitmen pada kemakmuran orang banyak? 
Watak mereka tetap sama berebut akses pada sumber daya negara demi bisnis dan 
politiknya. Bedanya, jika dulu jaringan patronasenya tersentralisasi di sekitar 
Soeharto, kini lebih terdesentralisasi.

      Hendardi Ketua Majelis Anggota PBHI dan Pendiri Setara Institute
     


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital.
http://us.click.yahoo.com/cRr2eB/lbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Pemerintah dan Pengusaha