[nasional_list] [ppiindia] Para Pemuda Pengantar Nyawa

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Wed, 23 Nov 2005 23:40:20 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **MEDIA INDONESIA
24 November 2005



Sosok di Balik Terorisme
Para Pemuda Pengantar Nyawa


TERORISME sudah menjadi sebuah kata yang menakutkan bagi banyak orang di Tanah 
Air. Betapa tidak, hampir satu dekade 'hujan' bom terus mendera negeri ini, 
belakangan terjadi di Bali, awal bulan lalu.

Peristiwa yang meledakkan tiga tempat di Pulau Dewata itu, yakni di R.Aja's 
Cafe, Kuta, Kafe Menega, Jimbaran, dan di Kafe Nyoman, Jimbaran, menewaskan 23 
orang yang sebagian besar warga negara Indonesia.

Kapan terorisme itu enyah dari bumi pertiwi? Entahlah, tetapi yang jelas 
tewasnya gembong bom Dr Azahari dalam penyergapan di Vila Nova Flamboyan, Batu, 
Jawa Timur, Rabu (9/11) lalu, sedikit mengoyak tabir rentetan jaringan pelaku 
teror di Indonesia.

Di antaranya, pelaku bom bunuh diri di R.Aja's Cafe Kuta, Bali, Aip Hidayat, 
21. Warga Dusun Karangsari, Desa Bangunsari, Kecamatan

Pamarican, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat (Jabar) itu, diperkirakan bergabung 
dengan kelompok Azahari sejak berkenalan dengan Salik Firdaus, di Pondok 
Pesantren (Ponpes) Assalam, Cikijing, Kabupaten Majalengka, Jabar.

Putra kesayangan Aday Hidayat dan Siti Rokhayah itu lulusan madrasah tsanawiyah 
di Desa Kubang Pari, Pamarican. Menurut sang ibu, Rokhayah, Aip dikenal sangat 
dekat dengan Salik. Selain satu kelas, keduanya mondok satu kamar dan lulus 
dari Ponpes Assalam pada 2003, terakhir dua serangkai ini mengajar di 
almamaternya.

Seingat Rokhayah, Salik pernah tiga kali menjemput Aip, yakni Juli, Agustus, 
dan September 2005. Di antara itu, hanya awal Agustus keduanya bertemu dan 
ngobrol di ruang tamu sekitar satu jam, kemudian minta izin pergi ke gunung 
dekat rumah.

Di kampungnya, pemuda kelahiran 28 Juli 1984 ini dikenal sangat ulet dan tekun 
saat mengerjakan tugas apa pun. Pada Oktober 2004, Aip pulang ke kampung dan 
sempat bekerja sebagai kuli bangunan, tiga bulan kemudian dia berangkat ke 
Semarang untuk berdagang kerupuk keliling.

Aip juga dikenal sebagai guru mengaji dan penceramah di Masjid Al Istiqomah di 
kampungnya. ''Aip tidak pernah berbicara yang aneh-aneh, ketika mengaji Alquran 
dan berdakwah. Bahasa yang dia gunakan sangat enak didengar dan mudah 
dimengerti,'' tutur Hendar, paman Aip.

Kemampuan pemuda itu, sempat membahagiakan kedua orang tuanya. Sang ayah, Aday, 
mengaku gembira anaknya memiliki kemampuan agama yang sangat baik.

Sosok lain yang juga menjadi jaringan pelaku teror bernama Muhammad Salik 
Firdaus, 24. Pemuda Desa Cidulang, Kecamatan Cikijing, Kabupaten Majalengka, 
Jabar, ini rela mati dengan cara meledakkan bom yang tersimpan di dadanya di 
Kafe Nyoman, Jimbaran.

Tidak banyak yang tahu, kenapa Salik tega berbuat begitu? Padahal anak bungsu 
dari enam bersaudara pasangan H Sudinta dan Hj Mutmainah itu dikenal pendiam, 
sayang dan patuh kepada kakak maupun orang tuanya. ''Alik (panggilan akrab 
Salik) itu anak yang baik. Ramah dan sangat hormat dengan orang tua dan 
kakak-kakaknya,'' tutur ketua RT 01 Blok Barat, Desa Cidulang, Upar.

Dia menambahkan, usai merantau Salik pulang memboyong seorang perempuan 
bercadar, yang diketahui ternyata istrinya bernama Sofiah Isnadewi. Pasangan 
ini memiliki seorang putra bernama Mohamad Batarudin berusia satu tahun enam 
bulan.

Menurut mantan Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Cikijing, H Suryadinata, 72, 
Salik termasuk murid yang lemah.

Walaupun tidak mengajar Salik secara langsung, Suryadinata mengaku ia cukup 
mengenal siswanya, apalagi Salik kerap bermain di rumah temannya yang 
bertetangga dengan Suryadinata.

Selama di Madrasah, Salik hanya menonjol dalam pelajaran bahasa Arab. ''Di 
sekolah ia fasih berbahasa Arab. Buku-buku berbahasa Arabnya pun termasuk 
banyak untuk anak seusianya,'' kata Suryadinata.

Dia juga mengungkapkan, pernah menerima laporan beberapa guru yang menyebutkan 
Salik enggan hormat kepada bendera saat upacara.

Selain Aip dan Salik, sosok lain jaringan teroris yang juga menggemparkan pulau 
seribu dewa itu bernama Misno. Pemuda asal Desa Ujung Manik, Kecamatan 
Kawunganten, Cilacap, Jawa Tengah (Jateng) itu, dikenali keluarganya setelah 
menyaksikan siaran televisi yang menayangkan seorang pemuda berjaket dan kaus 
oblong berbicara dengan dialek Banyumasan.

Handai tolan serta seluruh kerabat dekat Misno, 23, cuma mampu menggelengkan 
kepala dan sedih setelah mengetahui anak keenam dari tujuh bersaudara, anak Mad 
Sukarto dan Musbariyah dinyatakan terlibat pengeboman di Bali.

Misno yang hanya mengantongi ijazah madrasah ibtidaiah itu, dikenal anak yang 
baik. Dia juga sempat mengenyam pendidikan hingga kelas satu di sekolah 
menengah pertama (SMP) di Kecamatan Kawunganten.

Susahnya kehidupan keluarga Mad Sukarto sebagai buruh tani kampung, mendorong 
Misno untuk mengikuti jejak kakaknya, Warisno, menjadi kuli bangunan di 
Jakarta. Ketika bekerja di Jakarta, dia juga ikut membantu biaya pendidikan 
Warto, adiknya hingga menamatkan SMP. Dari Jakarta, Misno sempat membantu kakak 
sulungnya, Pariyah, berjualan bubur ayam di Cirebon, Jabar.

Selain tiga pemuda yang nekat mengantar nyawa di atas, jaringan terorisme juga 
punya sosok lain yang berperan cukup penting dalam merancang aksinya.

Sebut saja namanya Abdul Azis, 30, yang ditangkap pasukan khusus antiteror 
Detasemen 88 karena diduga kuat terlibat jaringan terorisme.

Menurut pengacara dari asosiasi Advokad Indonesia Muhammad Rivan, Azis 
ditangkap tidak terkait langsung dengan bom Bali II, tetapi berhubungan dengan 
website yang dibuatnya yakni Ansyor@net.

Terlepas dari itu, guru sekolah menengah atas (SMA) Al Irsyad Pekalongan ini 
diakui istrinya, Hikmah, 35, sebagai sosok suami ideal dan berperilaku sangat 
baik.

Warga Jalan Cempaka Gg III/10 Kelurahan Poncol, Pekalongan, Jateng itu, 
dikaruniai satu anak bernama Fahri berusia tiga tahun enam bulan.

Menurut Kepala Sekolah SMA Al Irsyad, Muhammad Yunan Helmi Nur, sejak mengajar 
di sekolah itu tahun 1997 perilaku Azis mendapat acungan jempol, bahkan 
ketekunan dan kepandaian dalam mengajar tersebut menjadikan ia disukai rekan 
pengajar dan juga para murid.

Upaya polisi membongkar jaringan teroris terus berlanjut dengan mencokok, Hanif 
alias Anief Solchanudin, 24, warga Pamularsih IV Nomor 4 RT 06 RW 09 Semarang 
Barat, Jateng.

Anak keempat dari tujuh saudara, pasangan Suyadi, 56, dan Haryati, 50, 
ditangkap karena dituduh menyembunyikan gembong teroris Noordin M Top.

Sehari-hari Hanif yang lulusan SMA 7 Semarang, Jateng, ini menekuni servis 
handphone. Menurut para mantan guru, Hanif tergolong anak yang tidak begitu 
pandai. Saat di kelas I, mata pelajaran bahasa Inggris, kimia, dan matematika 
pernah mendapat nilai 5. Kemudian saat di kelas II dan III, angka nilai bahasa 
Inggris antara 5 dan 6.

Tidak cukup Hanif dan Abdul Azis, Detasemen 88 juga menggiring Muhammad 
Cholili, 29, warga Jodipan Wetan IC/10, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Jawa 
Timur (Jatim), ditangkap saat akan melakukan pertemuan dengan Noordin M Top di 
Jateng.

Cholili bekerja di toko handphone di Kepanjen, Kabupaten Malang. Di mata 
keluarga, pria ini dikenal cerdas, selama menyelesaikan pendidikan selalu masuk 
ranking sepuluh besar. Dia tamatan Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama, 
Sawahan, Tongan, Kota Malang. Kemudian ia melanjutkan pendidikan di Ponpes 
Al-Masudiyah, Sampang, Madura. Kemudian melanjutkan di Madrasah Aliyah Negeri 3 
Kota Malang, dan selanjutnya kuliah di Universitas Negeri Malang (dulu IKIP 
Malang) jurusan Teknik Bangunan. Ia mendapat gelar sarjana selama empat tahun, 
dan lulus pada 2000.

Selama beraktivitas di rumah tidak terlihat mencurigakan. Waktunya banyak 
dihabiskan dengan beribadah. Usai salat asar, mengajar mengaji anak-anak 
tetangganya, usai magrib menjelang salat isya mengajar mengaji orang-orang 
dewasa.

Cholili merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Ketika Idul Fitri, ia 
sempat pulang dan sungkem ke orang tua. Ia berada di rumah selama tiga hari 
setelah hari raya. (SG/EM/UL/PW/LD/BN

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today!
http://us.click.yahoo.com/LeSULA/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Para Pemuda Pengantar Nyawa