[nasional_list] [ppiindia] Miskin karena Miskin Kebijakan

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Wed, 16 Nov 2005 01:28:58 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=197710
Rabu, 16 Nov 2005,



Miskin karena Miskin Kebijakan
Oleh Zainuddin Maliki *


Laporan media tentang arus mudik maupun arus balik tahun ini terasa tidak 
seseru tahun lalu. Drama penangkapan buron teroris kelas kakap jauh lebih seru. 
Penangkapan perancang bom maut, Azhari, di Batu, Malang, Rabu pekan lalu itu 
jauh lebih memiliki magnitude. Penggerebekan jajaran kepolisian yang berhasil 
menembak otak teroris yang dikejar-kejar itu menyita banyak halaman media. 
Beritanya menjadi headline media cetak atau breaking news di media elektronik. 
Penangkapan gembong teroris itu menenggelamkan pelaporan media tentang tradisi 
mudik. 

Tradisi mudik kali ini memang terasa tidak memiliki magnitude. Semua bisa 
diatasi. Seluruh penanggung jawab pelayanan transportasi mampu menjalankan 
tugasnya dengan baik. Semua berjalan lancar. 
***
Benarkah kelancaran itu disebabkan peningkatan kualitas pelayanan jasa 
transportasi serta antisipasi yang dilakukan pemerintah? Mungkin saja. Namun, 
masih perlu kajian lebih jauh untuk memberikan jawaban pasti. Yang jelas, kali 
ini ada beberapa perusahaan jasa angkutan yang tidak sempat mengoperasikan 
seluruh armadanya karena kenaikan harga BBM. Pemudik juga mengubah tradisi. 
Kali ini tidak lagi bermobil pribadi. Mereka memilih bersepeda motor. Tak 
pelak, iring-iringan sepeda motor mendominasi perjalanan. 

Di sisi lain, semakin banyak urbanis yang tidak mudik. Setidak-tidaknya seperti 
pengakuan sepasang keluarga yang penulis temui. Pasangan asal Madiun ini 
bekerja sebagai tukang tambal ban. Mereka tidak mudik karena tidak ada biaya. 

Mudik kali ini berubah menjadi sesuatu yang begitu mahal. Kemiskinan telah 
membuat mudik menjadi sesuatu yang tidak terjangkau. Apalagi, angka kemiskinan 
terus membengkak sejalan dengan meningkatnya tarif dan harga di pasar. Dengan 
demikian, semakin banyak yang tak mampu menjangkau ongkos mudik dengan berbagai 
konsekuensi yang menyertainya. 

Hal itu jauh berbeda dibandingkan dengan tahun lalu. Sebab, tahun ini 
masyarakat mendapatkan paket menjelang Lebaran dari pemerintah. Bukan THR atau 
kenaikan gaji. Tapi, kenaikan harga BBM sampai 70 persen. "Kado menjelang 
Lebaran" itu membuat seluruh tarif dan harga-harga pasar melambung tinggi. 
Itulah alasan mengapa arus mudik tidak seribet tahun lalu. Arus mudik itu pun 
tidak memiliki magnitude lagi.

Di masa lalu, kemiskinan disebabkan negeri ini memang miskin. Namun, sekarang 
kita tidak bisa mengatakan negeri kita miskin. Negeri ini kaya. Penguasa masih 
bisa menggelembungkan struktur APBN menjadi 85 persen lebih tinggi daripada 
sebelumnya. Penguasa mampu menaikkan anggaran lembaga kepresidenan menjadi Rp 
1,14 triliun. Padahal, sebelumnya hanya Rp 700 miliar. Negeri ini kaya karena 
penguasa masih bisa memberikan tunjangan Lebaran kepada setiap anggota DPR 
puluhan juta rupiah. 

Penguasa di daerah masih bisa menyediakan biaya kunjungan anggota DPRD ke luar 
negeri -untuk kepentingan yang sepele. Penguasa-penguasa daerah juga mampu 
membiayai pengadaan mobil untuk anggota legislatif, sewa rumah, termasuk sewa 
untuk anggota DPRD yang sudah memiliki rumah. 

Namun aneh, di negeri yang kaya ini, penguasanya tak sanggup mengalokasikan 
kebijakan anggaran yang dibutuhkan petani, nelayan, pedagang, kaum buruh, serta 
rakyat kecil lainnya. Mereka membutuhkan alokasi anggaran untuk memperbaiki 
kehidupan. Padahal, mereka tak sanggup membayar biaya pendidikan. Kesehatan 
mereka merosot dan terserang berbagai penyakit endemik. Mereka tak kuasa 
menahan serangan busung lapar, flu burung, dan demam berdarah. 

Di masa lalu, dikatakan a country is poor because it is poor. Negeri ini miskin 
karena memang miskin. Negeri ini tidak memiliki kemampuan mengelola aset dan 
sumber daya alam yang cukup untuk mengentas kemiskinan. Namun, lihat kekayaan 
alam dan aset negeri dan kota tempat kita tinggal saat ini. Kita memiliki 
beragam dan aset yang divergen. 

Kita juga memiliki kekuatan indogen yang tidak kecil -sebagaimana semakin 
banyaknya jumlah sarjana dan tenaga berkeahlian. Kita memiliki sejumlah juara 
olimpiade di bidang sains dan teknologi. Bahkan di antara mereka, ada yang 
sempat menjadi calon yang diusulkan sebagai penerima hadiah Nobel. 
***
Namun, mengapa kita tertinggal miskin, banyak pengangguran, dan menjadi bagian 
dari bangsa yang lemah. Merebaknya kemiskinan bukan sekadar basa-basi. 
Meluasnya kesenjangan pendapatan juga bukan omong kosong. Sementara itu, rakyat 
menghadapi berbagai praktik market failure yang ditandai dengan kelangkaan 
berbagai komoditas, termasuk BBM. Kita sempat menghadapi kelangkaan BBM 
berhari-hari. 

Di beberapa daerah, kelangkaan itu belum teratasi hingga saat ini. Itu sebuah 
ironi karena sesungguhnya kita tergolong negara penghasil minyak. Tapi, itulah 
realitas kehidupan kita saat ini. 

Daya beli rakyat kini merosot pada titik yang sangat lemah. Posisi demikian 
bukan saja memperpuruk nasib dan keadaan rakyat kecil. Kondisi tersebut kian 
menempatkan posisi indeks pembangunan manusia (IPM) kita menjadi sangat rendah 
di dunia. 

Lebih dari itu, kondisi sekarang membuat kita tidak memiliki daya saing dalam 
pergaulan global. Padahal, kita sudah memproklamirkan diri untuk bergabung 
dalam mekanisme pasar global.

Kemiskinan itu bukan lagi imajinasi. Kemiskinan itu riil. Angka dan orangnya 
pun nyata karena telah dijustifikasi pemerintah melalui pendataan BPS. Awalnya, 
data keluarga miskin tersebut dimaksudkan untuk menentukan penerima kompensasi 
pengurangan subsidi BBM. Namun, pendataan penerima kompensasi itu berubah 
menjadi alat justifikasi kemiskinan mereka. Efek psikologis sebagai orang 
miskin pun tentu sulit dielakkan. 

* Dr Zainuddin Maliki Msi, rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Miskin karena Miskin Kebijakan