[nasional_list] [ppiindia] "The Sour Grapes" Aburizal

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Wed, 16 Nov 2005 01:33:39 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=197711
Rabu, 16 Nov 2005,



"The Sour Grapes" Aburizal
Oleh Jeffrie Geovanie *


Kepada lawan-lawan politiknya, terutama mereka yang getol mengkritik dan 
membandingkan keberhasilan bidang ekonomi antara kabinet sekarang dengan yang 
sebelumnya, Aburizal Bakrie melontarkan kritik balik yang cukup menukik dan 
mengena.

Menurut menteri koordinator (Menko) perekonomian itu, lawan-lawan politiknya 
yang gemar mengkritik itu seperti pemetik anggur. Alkisah, katanya, hiduplah 
seorang pemetik anggur. Sayang, karena pokok anggur begitu tinggi, dia 
mengalami kesulitan memetik buahnya. Bulir-bilir anggur itu hanya dipandanginya.

Sejak itu, sang pemetik anggur berkesimpulan, anggur panenannya tahun ini tak 
seperti tahun lalu. "Kali ini pasti masam," kata si pemetik itu (Tempo, 13 
November 2005).

Kritik balik Aburizal bisa saja benar. Sebab, kita tahu, kritik antarsesama 
politisi sulit dikatakan tulus untuk memperbaiki keadaan. Kritik acap 
dilontarkan atas dasar ketidaksukaan dan asumsi "pokoknya". Pokoknya, dia 
salah, pokoknya harus begini, dan seterusnya.

Karena memakai asumsi "pokoknya", kritik-kritik yang dilontarkan itu sejatinya 
mengenai dirinya sendiri. Misalnya, pada saat sang pemegang kursi pemerintahan 
berasal dari partainya atau mitra koalisinya, dia mendukung kebijakan politik 
apa pun yang ditempuh pemerintah. 

Namun, pada saat yang memegang kursi pemerintahan bukan lagi dari partai atau 
mitra koalisinya, dia mengkritik kebijakan apa pun yang ditempuh pemerintah. 
Padahal, dua periode kebijakan yang dimaksud belum tentu berbeda atau malah ada 
yang sama sekali sama.

Toh, meskipun sindiran (perumpamaan) yang disampaikan Aburizal itu belum tentu 
salah, soal anggur masam itu mungkin kurang tepat disampaikan pejabat negara 
seperti dirinya yang senantiasa dituntut untuk meningkatkan kualitas 
perekonomian nasional. 

Bagi pejabat negara, jawaban paling elegan untuk kritik-kritik yang dilontarkan 
kepada dirinya bukan kritik balik, melainkan tekad untuk terus meningkatkan 
kinerja. Sebab, pada faktanya, semakian baik kinerja seorang pejabat negara 
akan semakin sulit bagi lawan politik mengkritiknya.

Hal yang perlu dipahami, kritik yang disampaikan kepada pejabat negara, setajam 
apa pun kritik itu, secara normatif, tak bisa dianggap semuanya salah. Sama 
dengan kebijakan-kebijakan politik yang ditempuh pejabat negara, secara 
normatif juga tak bisa dikatakan semua benar. Baik sang pengkritik maupun yang 
dikritik sama-sama relatif: masing-masing memiliki kebenaran dan kesalahan 
sekaligus.


Jawaban Elegan

Selain berupaya menaikkan kualitas kinerja, jawaban elegan atas kritik yang 
dilontarkan kepada pejabat negara adalah memaparkan bukti-bukti konkret, 
terutama dampak positif setiap kebijakan yang telah ditempuhnya.

Ada banyak indikator yang bisa disampaikan kepada publik bahwa Aburizal yakin 
dengan kebenaran langkah-langkah politik yang ditempuh pemerintah. Di bidang 
ekonomi, misalnya, menurunnya inflasi dan atau menguatnya nilai tukar rupiah 
terhadap USD, meningkatnya nilai ekspor, fiskal, dan investasi serta -yang 
lebih penting-menurunnya angka pengangguran dan kemiskinan.

Jika indikator-indikator ini menunjukkan sinyal yang positif, tak ada alasan 
bagi lawan politik -atau siapa pun- untuk tidak mengakui keberhasilan 
permerintah di bidang ekonomi. Sebaliknya, jika negatif, tak ada alasan pula 
bagi pemerintah untuk terlalu yakin sehingga menolak kritik-kritik yang 
dilontarkan pada dirinya.

Selain itu, jawaban yang mungkin juga elegan adalah mengajak semua komponen 
masyarakat untuk ikut ambil bagian dalam upaya memperbaiki perekonomian 
nasional. Perbaikan ekonomi tak bisa hanya ditentukan seorang Menko 
Perekonomian. Tugas Menko adalah mengoordinasi kementerian bidang ekonomi dalam 
menjalankan tugas-tugas kenegaraan yang telah ditetapkan secara bersama-sama. 

Kebijakan-kebijakan politik bidang ekonomi (seperti penetapan harga BBM dan 
lain-lain) adalah keputusan bersama yang dalam prosesnya melibatkan presiden, 
wakil presiden, menteri-menteri nonekonomi, dan bahkan (dalam banyak kasus) 
melibatkan lembaga legislatif.

Jadi, kurang tepat jika semua kesalahan -terutama yang menyangkut 
kebijakan-kebijakan bidang ekonomi- ditimpakan pada Menko Perekonomian.


Ada Udang di Balik Batu?

Sebagaimana diakui presiden, setiap kebijakan politik -bidang apa pun- 
senantiasa diambil secara kolektif melalui musyawarah (terutama dalam sidang 
kabinet). Namun, mengapa Aburizal sepertinya dianggap sebagai biang kerok 
munculnya setiap kebijakan ekonomi pemerintahan yang dinilai tidak berpihak 
pada rakyat banyak?

Di tengah para demonstran anti kenaikan harga BBM, misalnya, foto, gambar, atau 
patung Aburizal senantiasa diperlakukan layaknya penjahat, dihitamkan matanya, 
diberi tanda silang, diinjak-injak, atau bahkan dibakar. 

Tulisan atau ungkapan kata-kata yang dilontarkan pada dirinya pun terasa begitu 
menghujat: dituduh sebagai agen kapitalisme, neo-lib, dan antek Amerika. 
Pokoknya, di mata demonstran, tak ada sedikit pun nilai positif bagi seorang 
Aburizal Bakrie.

Di tengah pusaran isu panas reshuffle kabinet, tentu, di mata lawan-lawan 
politiknya -juga para demonstran anti kenaikan BBM- Aburizal termasuk yang 
paling banyak diusulkan agar diganti. 

Alasannya macam-macam. Antara lain, dianggap tidak kompeten, sarat conflict of 
interest, dan dianggap kurang bersih -karena pengusaha-, dan terlalu propasar. 
Selain itu, selama satu tahun pemerinmtahan SBY-Kalla, rapor Aburizal dianggap 
merah.

Ada apa di balik itu semua? Benarkah semua sangkaan dan penilaian terhadap 
Aburizal Bakrie itu sehingga dia layak diganti? Wallahu a'lam!


*. Jeffrie Geovanie, direktur eksekutif The Indonesian Institute di Jakarta

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] "The Sour Grapes" Aburizal