[nasional_list] [ppiindia] Mereka Mengajar dengan Perut Lapar

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sun, 8 Jan 2006 23:46:08 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.kompas.com/kompas-cetak/0601/09/humaniora/2344830.htm

 
Mereka Mengajar dengan Perut Lapar 





Ribuan guru wiyata bakti sekolah swasta yang tergabung dalam Forum Guru Sekolah 
Swasta Kabupaten Tegal berdemo di Kantor Bupati Tegal pada Sabtu, 24 Desember, 
sebagai kelanjutan demo hari Senin 19 Desember. Mereka menuntut pemerintah 
daerah memberikan insentif Rp 200.000 per bulan.

Bahkan, beberapa guru kemudian melakukan aksi mogok makan sampai dengan 
tuntutan mereka dikabulkan. Sampai pekan lalu, meski beberapa di antaranya 
harus diangkut ke rumah sakit, aksi mogok makan akan terus berlanjut.

Demo juga dilakukan oleh Aliansi Guru Swasta untuk Perubahan (Arusbah) Kota 
Tegal pada Rabu, 28 Desember 2005. Selain menuntut diberikan insentif, Arusbah 
juga menuntut pemerintah untuk memberikan bantuan kepada sekolah swasta dan 
penghapusan diskriminasi produk hukum pemerintah, yaitu SK Menteri Negara 
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 48 Tahun 2005.

Untuk sementara kalangan, demonstrasi tersebut serasa naif. Hanya demi Rp 
200.000 mereka â?Ttegaâ?T menelantarkan siswa dan berlapar-lapar selama 
berhari-hari. Tetapi, mereka adalah fenomena gunung es dari situasi pendidikan 
kita.

Guru honorer adalah gambaran realita betapa banyak bagian dari dunia pendidikan 
yang harus dibenahi, terutama menyangkut kesejahteraan guru.

Guru wiyata bakti atau honorer berbeda daripada guru tetap. Bila guru tetap 
mendapatkan penghasilan didasarkan gaji pokok, juga mendapatkan tunjangan 
beras, guru honorer memperoleh penghasilan didasarkan dari jumlah jam mereka 
mengajar per minggu.

Sebagai bandingan, di Yogyakarta ada sekolah yang memberikan honor kepada guru 
Rp 5.000 per jam, ada pula yang Rp 10.000. Beberapa kasus sekolah memberikan 
honor di atas Rp 10.000 per jam pelajaran, tetapi juga beberapa kasus lain 
sekolah memberikan honor di bawah Rp 5.000.

Bila seorang guru honorer mengajar selama 20 jam per minggu, ia harus bekerja 
selama 45 menit x 20 x 4 minggu. Riilnya, ia harus bertatap muka dengan siswa 
sebanyak 80 kali, masing-masing 45 menit. Bila honor yang diberikan sekolah Rp 
5.000 per jam, guru tersebut akan memperoleh penghasilan 20 x Rp 5.000, yaitu 
Rp 100.000.

Itulah penghasilannya per bulan. Bila ingin memperoleh penghasilan lebih, ia 
harus pandai-pandai membina hubungan baik dengan kepala sekolah. Kepala sekolah 
biasanya dapat mengupayakan tambahan penghasilan berupa penugasan sebagai wali 
kelas, dengan imbalan 2-4 jam pelajaran atau Rp 10.000-Rp 20.000 per bulan.

Seorang guru honorer yang tangguh dapat mengajar di beberapa sekolah. Bila ia 
memanfaatkan seluruh waktunya untuk mengajar, ia dapat mengajar sebanyak 48 jam 
per minggu (enam hari dikalikan delapan pelajaran per hari) dengan penghasilan 
paling tinggi Rp 480.000 per bulan.

Pada umumnya, sekolah-sekolah swasta tidak memberikan uang transportasi dan 
uang makan (dalam wujud tunjangan beras) kepada guru honorer. Artinya, 
penghasilan tersebut masih harus dipotong biaya transpor. Penghasilan bulanan 
dikurangi uang transpor itulah yang diserahkan kepada keluarga untuk memenuhi 
kebutuhan hidup sehari-hari.

Maka, jika dilihat dari sisi ini, insentif Rp 200.000 per bulan yang dituntut 
guru-guru wiyata bakti di Kabupaten Tegal tersebut amatlah berarti bagi mereka. 
Uang itu dapat mengganti uang untuk biaya transpor dan tambahan makan bagi 
dirinya dan keluarga.

Jauh dari ideal

Dengan situasi penghasilan seperti terpapar di atas, amat sulit bagi kepala 
sekolah â?Tmemaksaâ?T para guru wiyata bakti untuk dapat mengajar dengan baik. 
Guru akan merasakan bahwa mengajar bukanlah pekerjaan yang nyaman dan aman 
baginya.

Tak heran bila di sekolah ia sibuk mencari member untuk usaha multilevel 
marketing yang ditekuni, mencari celah untuk memperoleh penghasilan tambahan. 
Atau kalau semua tak bisa dilakukan, ia akan berkeluh kesah menggerutui keadaan 
dirinya.

Tak heran bila kegiatan belajar-mengajar jauh dari ideal. Siswa yang menuntut 
gurunya untuk mengajar dengan baik kerap kali mendapatkan jawaban yang 
menyakitkan, â??Kamu sudah mbayar berapa ke saya?â??

Kepala sekolah akan merasa sungkan menyuruh-nyuruh guru honorer untuk bekerja 
dengan optimal dan lebih banyak menyerahkan dinamika pembelajaran kepada 
kebaikan guru bersangkutan.

Sementara bila sekolah ingin memberikan honor lebih tinggi, sekolah harus 
menaikkan uang bulanan siswa. Bagi banyak sekolah swasta, menaikkan uang 
bulanan siswa adalah usaha yang dilematis. Banyak sekolah swasta justru 
menampung para siswa yang lemah secara ekonomi.

Belum lagi uang sekolah di sekolah swasta pada umumnya lebih tinggi daripada 
sekolah negeri. Para orangtua siswa akan membandingkan situasi ini dan akan 
berpikir-pikir untuk menerima begitu saja kebijakan sekolah menaikkan uang 
bulanan.

Pun bila ada dana yang bersumber dari luar siswa. Dana bantuan operasional 
sekolah (BOS) misalnya, biasanya lebih banyak dialokasikan untuk bantuan 
penyelenggaraan ulangan umum dan bantuan penyelenggaraan ekstrakurikuler, atau 
untuk mengurangi jumlah beban yang harus dibayarkan siswa setiap bulan.

Di lain pihak, biaya operasional yang dari hari ke hari semakin tinggi juga 
menyulitkan sekolah untuk menaikkan honor guru.

Hanya jadi slogan

Upaya peningkatan mutu pendidikan hanya dengan memberikan kriteria yang lebih 
ketat dalam pencapaian ujian nasional tampaknya lebih merupakan usaha parsial.

Di lapangan, pengetatan kriteria itu hanya mampu direspons oleh 
sekolah-sekolahâ?"baik swasta maupun negeriâ?"yang siap dari segi masukan 
(input) siswa maupun kemampuan finansial sekolah.

Sekolah-sekolah yang siap akan dengan mudah meminta para siswa membeli 
buku-buku yang dibutuhkan, membayar uang tambahan pembelajaran sore hari.

Sementara pembelajaran pagi hari dapat difokuskan untuk pembelajaran dalam arti 
sebenarnya, yaitu memacu kompetensi siswa secara menyeluruh.

Sekolah yang siap dapat memberikan kompensasi bagi setiap jerih payah yang 
dilakukan guru dalam bentuk uang les, uang lembur, atau apa pun namanya.

Sementara itu, bagi sekolah-sekolah yang tidak siapâ?"dan celakanya kebanyakan 
adalah sekolah swastaâ?"peningkatan mutu hanya akan menjadi slogan.

Tak heran, bila tuntutan kenaikan penghasilan hanya bisa dialamatkan kepada 
pemerintah, baik pemerintah daerah atau pemerintah pusat. Logikanya sederhana.

Pemerintahlah yang berkemungkinan menarik dana dari masyarakat atau 
sumber-sumber lainnya, dan pemerintah pulalah yang mengatur prioritas 
penggunaan dana tersebut.

Dalam logika sederhana para guru, persoalannya tidak terletak pada ada tidaknya 
dana yang tersedia, melainkan pada adakah kemauan yang sungguh-sungguh untuk 
memberikan perhatian kepada pendidikan.

Apakah benar bahwa pendidikan telah menjadi prioritas utama?

Gunawan Sudarsana Guru SMA Seminari Mertoyudan, Magelang


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Mereka Mengajar dengan Perut Lapar