** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=200131 Kamis, 01 Des 2005, Menimbang Stimulasi Perekonomian Oleh Cyrillus Harinowo * Tanggal 21 November 2005, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pencapaian PDB untuk kuartal III tahun 2005. Pertumbuhan ekonomi di kuartal III tahun 2005 ternyata kembali menunjukkan penurunan dibandingkan dengan dua kuartal sebelumnya secara beruntun. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2004, PDB kuartal I naik 6,12 persen. Pertumbuhan tersebut sedikit menurun menjadi 5,54 persen pada kuartal II. Sementara itu, pertumbuhan di kuartal III kembali menunjukkan penurunan menjadi 5,34 persen dibandingkan dengan kuartal III tahun 2004. Secara keseluruhan, pertumbuhan PDB riil kita selama tiga kuartal mencapai 5,76 persen dibandingkan dengan tiga kuartal pertama tahun 2004. Jika kita hanya membaca bagian terakhir, yaitu tercapainya pertumbuhan ekonomi 5,76 persen pada tiga kuartal pertama 2005, maka tampaknya angka tersebut masih sangat membesarkan hati. Angka ini memang berada di bawah 6 persen sebagaimana target pemerintah dalam revisi APBN 2005, tetapi masih sedikit di atas target 5,4 persen yang dicanangkan pemerintahan Megawati sebelumnya. Jika melihat tren yang ada, bisa diprediksi bahwa kuartal IV tahun pertumbuhannya akan mengalami penurunan lebih lanjut. Jika kuartal terakhir tersebut PDB bisa meningkat dengan 5 persen saja dibandingkan tahun sebelumnya, maka selama tahun 2005 pertumbuhan rata-rata tahunan bisa mencapai lebih dari 5,5 persen. Angka pertumbuhan sebesar itu tetap merupakan suatu prestasi tersendiri karena banyak negara lain di Asia, kecuali China dan India, menunjukkan prestasi yang lebih rendah daripada itu. Merisaukan? Lalu, indikator manakah yang sebetulnya bisa merisaukan? Kinerja perekonomian Indonesia dari 2001 sampai 2004 menunjukkan perkembangan yang membaik. Kenaikan angka pertumbuhan ekonomi tersebut melahirkan momentum, yaitu ayunan gerak ke atas yang dapat meringankan kita untuk mendorongnya lebih tinggi lagi. Perkembangan tersebut membalik mulai kuartal II tahun 2005 ini. Pembalikan inilah yang akhirnya mengurangi momentum yang ada. Dalam keadaan yang sedemikian, upaya membalikkan kembali arah pertumbuhan ekonomi menjadi dua kali lebih sulit dibandingkan pada saat trennya masih meningkat. Hal inilah yang harus dicermati secara sungguh-sungguh oleh pemerintah sehingga kebijakan yang tepat dapat dilaksanakan di waktu-waktu mendatang. Keadaan yang ada saat ini, tampaknya, menghendaki adanya stimulasi perekonomian, namun dengan tidak meninggalkan upaya menstabilkan perkembangan makro ekonomi. Suatu pilihan yang sulit. Pilihan Kebijakan Moneter Dalam keadaan down turn seperti itu, pilihan kebijakan moneter apakah yang pantas dilakukan pemerintah dan Bank Indonesia? Dari sisi Bank Indonesia (BI), pilihan kebijakan yang ada sebetulnya lebih terbatas. Upaya menstabilkan perkembangan makro, terutama stabilitas nilai rupiah, masih menghendaki adanya kebijakan moneter yang cukup ketat. Hal itu telah dilakukan BI, yaitu melalui kebijakan "harga" dana, yaitu suku bunga yang tinggi dan kebijakan "kuantitas" dana, yaitu melalui peningkatan Giro Wajib Minimum. Kebijakan moneter tersebut memang cukup berhasil dalam meredam gejolak melemahnya nilai rupiah. Meski demikian, ditempuhnya dua kebijakan sekaligus bisa juga menimbulkan dampak kontraksi yang besar. Bahkan, jika terlalu lama diterapkan, bukan tidak mungkin dosisnya menjadi overkill. Hal ini dapat kita amati dalam bulan-bulan mendatang melalui tingkat pertumbuhan kredit maupun kenaikan kredit macet atau NPL. Karena itu, jika kita menginginkan perekonomian tetap mengalami ekspansi yang diharapkan, sekaligus sebagai kompensasi melemahnya permintaan konsumsi, maka kebijakan moneter dari sisi "kuantitas" bisa sedikit dilonggarkan. Namun, kebijakan moneter dari sisi "harga" masih dapat tetap dipertahankan sampai keadaan makro betul-betul sudah dapat dikatakan stabil. Bahkan jika diperlukan, suku bunga yang ada masih dapat dinaikkan sedikit sampai batas-batas tertentu yang tidak mematikan. Stabilitas tersebut akan dapat dipantau dari beberapa indikator, yaitu mulai stabilnya atau bahkan sedikit menguatnya nilai rupiah serta mulai masuknya dana-dana dari luar negeri, terutama yang ditanamkan dalam SBI. Jika ini maka SBI yang ada sudah dianggap menarik oleh para investor luar negeri. Dalam keadaan seperti itu, maka kebijakan moneter dari sisi "harga" pun mulai dapat dikendurkan kembali, yaitu melalui penurunan bunga secara bertahap dan sangat terukur. Stimulasi Sisi Fiskal Masyarakat tampaknya banyak menerima "surprises" dengan pembahasan RAPBN 2006 yang lalu. Bagaimanakah sebetulnya sifat RAPBN kita. Apakah ada ruang untuk memberikan stimulasi kepada perekonomian atau tidak? Pada saat terjadi krisis ekonomi di Malaysia tahun 1986, pemerintah dan Bank Negara Malaysia beramai-ramai melakukan pembiayaan untuk investasi prasarana secara besar-besaran. Jalan tol dibangun sehingga dapat menyerap ekses produksi semen, besi beton, dan yang terpenting adalah tenaga kerja. Pada saat perekonomian mulai bangkit kembali, prasarana yang dibangun sudah mulai dapat dimanfaatkan. Keadaan itu sangat membantu bangkitnya kembali perekonomian Malaysia. Pengalaman yang sama juga terjadi di Korea Selatan pada masa krisis Asia 1997. Jalan tol tetap dibangun, airport Incheon tetap dibangun. Hasilnya? Pada saat perekonomian mulai bangkit, jalan tol dan bandar udara baru tersebut sudah selesai. Apakah yang dapat dilakukan pemerintah Indonesia dari sisi fiskal? Jika ada political will, sebetulnya banyak hal bisa dilakukan sekaligus. Barangkali kita harus berani melakukannya dengan mimpi yang lebih besar. Katakan pembangunan tol Cikampek-Cirebon-Semarang sampai Gresik. Panjang jalan tol tersebut barangkali sekitar 500-600 km. Jika biaya pembangunan jalan tol Cikampek-Padalarang dapat dijadikan acuan, maka kebutuhan pembiayaan jalan tol sepanjang 600 km tersebut sekitar Rp 30- 40 triliun. Apakah jumlah tersebut dapat dipenuhi dalam jangka waktu yang pendek? Bisa. Jika pemerintah ingin membiayai sendiri pembangunan jalan tol tersebut, maka biaya sebesar, katakan Rp 40 triliun tersebut, dapat dilakukan dengan menambah sedikit deficit financing dari APBN. Jika saat ini defisitnya sekitar 1 persen dari PDB, sedangkan Undang-Undang Keuangan Negara memberikan kemungkinan untuk defisit sampai dengan 3 persen dari PDB, maka untuk jalan tengah yang lebih prudent, pemerintah dapat menambah sedikit defisitnya menjadi 2 persen saja. Jika itu dilakukan, akan ada tambahan dana Rp 30 triliun untuk tahun 2006 (karena PDB pada waktu itu akan mencapai Rp 3.000 triliun). Jika program ini dilakukan dalam dua tahun, tersedia dana sekitar Rp 60 triliun untuk pembiayaan jalan tol tersebut. Alternatif yang kedua adalah dengan melakukan penambahan modal kepada PT Jasa Marga. Untuk membangun jalan tersebut, perusahaan BUMN tersebut memang memerlukan modal tambahan. Namun, modal yang diperlukan tidaklah Rp 40 triliun tersebut, tetapi barangkali hanya Rp 10 triliun sampai Rp 15 triliun. Selebihnya akan diupayakan PT Jasa Marga melalui pembiayaan dari perbankan maupun pasar modal. Jika ini terjadi, sebetulnya pemerintah tidak perlu menambah defisit APBN-nya dalam jumlah besar, tetapi cukup Rp 5-7,5 triliun selama dua tahun. Jumlah ini bisa dilakukan dengan menambah defisit APBN atau melalui cara penghematan yang bisa dilakukan dari tempat lain. Rasanya, daripada kita terperangkap pada pola pemikiran yang terkungkung dalam kotak, maka usul ini adalah membuat kita berpikir di luar kotak, out of the box. Dengan cara ini, perekonomian dapat distimulasi kembali sehingga arah perkembangan ekonomi dapat berbalik kembali ke arah tren peningkatan pertumbuhan. " Cyrillus Harinowo, praktisi ekonomi dan moneter di Jakarta [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help Sudanese refugees rebuild their lives through GlobalGiving. http://us.click.yahoo.com/BrzMLB/EbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **