[nasional_list] [ppiindia] Meneguhkan Pendidikan Berperspektif Gender

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Mon, 28 Nov 2005 22:51:11 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=199808

Selasa, 29 Nov 2005,




Meneguhkan Pendidikan Berperspektif Gender
Oleh Niken Indar Mastri *


Diakui atau tidak, gerak maju kaum perempuan di Indonesia masih menghadapi 
segudang persoalan. Jumlah perempuan di Indonesia yang lebih banyak 
dibandingkan dengan kaum laki-laki di satu sisi dituntut untuk lebih 
meningkatkan peran dan kemampuannya dalam berkiprah di semua sektor. 

Namun di sisi lain, masalah yang dihadapi kaum perempuan, seperti 
"ketertinggalan", terpinggirkan, dan belum mampu berperan maksimal di semua 
lini, masih menjadi problem yang perlu diseriusi, khususnya oleh para aktivis 
perempuan. Sebab, upaya memajukan mereka tersandung berbagai persoalan, 
khususnya sosial dan budaya yang hingga kini masih menimbulkan bias-bias gender 
di masyarakat. 

Mengapa bias gender masih terjadi? Sebab, hingga kini realitas masyarakat masih 
menomorsatukan salah satu jenis kelamin tertentu, derajat laki-laki lebih 
tinggi di atas perempuan. Bias-bias gender itu dapat kita ditemui, baik di 
lingkungan keluarga, publik, kerja, masyarakat maupun pendidikan. 

Tegasnya, bias-bias gender tersebut terlihat dalam peran dan aktivitas yang 
dilakukan perempuan dan laki-laki. Perilaku seseorang -yang sudah terpola 
menyangkut hak dan kewajiban serta berhubungan dengan status pada kelompok 
ataupun masyarakat tertentu- pada situasi sosial yang khas mengakibatkan bias 
gender itu mapan. 

Pemahaman yang keliru akan kodrat perempuan menjadi salah satu pemicunya. 
Kodrat perempuan yang -seakan-akan- terdiri atas mengandung, melahirkan, dan 
menyusui itu menimbulkan persepsi distorsi masyarakat bahwa perempuan hanya 
berperan di rumah tangga. Akibatnya, peranan perempuan masih dibatasi dan 
dikekang.

Dalam lingkungan keluarga, misalnya, tidak sedikit yang terjebak dalam 
pemahaman tersebut, yakni membedakan antara anak laki-laki dan perempuan, baik 
potensi, peranan, maupun aktivitasnya. Tidak jarang, anak laki-laki 
dinomorsatukan karena dianggap memiliki karir yang baik dan dapat mengangkat 
derajat keluarga. Hal tersebut menyebabkan anak laki-laki dituntut belajar 
lebih keras agar cita-citanya tercapai.

Anak perempuan diarahkan menjadi penurut agar mendapat jodoh yang baik. 
Pendidikan untuk anak perempuan lebih longgar dibandingkan dengan laki-laki. 
Yang penting bagi anak perempuan, dalam lingkungan keluarga yang tidak peka 
gender, adalah moral dan perilaku. Mereka tidak terlalu dituntut untuk bisa 
mencari uang atau berperan di sektor publik karena setelah menikah akan 
mengikuti suami.

Bahkan, anak perempuan lebih banyak memiliki larangan. Larangan-larangan 
tersebut merupakan konstruksi budaya setempat. Secara umum, anak perempuan 
tidak boleh melakukan sesuatu yang dianggap tabu atau tidak pantas dilakukan 
perempuan. Sebaliknya, bila anak laki-laki yang melakukan tindakan itu, 
masyarakat tidak memandang sebagai suatu hal yang negatif.

Demikian pula, di lingkungan pendidikan. Masih ada kecenderungan bahwa jabatan 
ketua kelas, pemimpin organisasi di sekolah, komandan upacara diberikan pada 
siswa laki-laki. Sebaliknya, siswa perempuan diberi tugas sebagai sekretaris, 
bendahara, atau pekerjaan ringan lainnya. 

Fakta tersebut disebabkan persepsi bahwa bila yang ditunjuk sebagai pemimpin 
itu perempuan, tentu kurang dapat memimpin. Sebab, perempuan takut dengan 
laki-laki, tidak berani menegur atau memperingatkan, kurang tegas, suaranya 
kurang lantang, pemalu, halus, dan sebagainya.

Pandangan-pandangan miring seperti itu tanpa disadari justru menimbulkan 
subordinasi terhadap perempuan. Hal tersebut mengakibatkan perempuan tidak 
dapat mengaktualisasikan potensi dan kemampuannya, misalnya tampil menjadi 
pemimpin. Menurut Mansour Fakih (1997:54), hal itu mengakibatkan munculnya 
sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak dipentingkan. Sungguh 
suatu hal yang naïf sekali.


Berperspektif Gender

Menurut Mansour Fakih (1996:10), gender merupakan konstruksi sosial yang 
membedakan peran dan kedudukan wanita dan pria dalam suatu masyarakat yang 
dilatarbelakangi kondisi sosial budaya. Gender juga memiliki pengertian sebagai 
konsep hubungan sosial yang membedakan fungsi dan peran antara pria dan wanita. 
Gender merupakan hasil pemikiran atau rekayasa manusia yang biasanya menghambat 
kemajuan wanita. 

Dari pengertian tersebut, jelas bahwa gender tidak bersifat universal, bukan 
kodrat wanita, dan dapat berubah karena pengaruh perjalanan sejarah, perubahan 
politik, ekonomi, sosial, budaya, dan kemajuan pembangunan. 

Jadi, ia merupakan hasil bentukan masyarakat (socially constructed). Tetapi, 
berbagai macam bias (penyimpangan) gender dalam masyarakat yang disebabkan 
faktor sosial, budaya, agama, politik kerap kita temukan di masyarakat. 

Maka, untuk mewujudkan keadilan gender di lingkungan mana pun secara riil, 
diperlukan kesadaran, kepekaan, dan keadilan masyarakat terhadap gender. Selama 
ini masih ditemui perlakuan pembedaan peran dan aktivitas di lingkungan mana 
pun. 

Dengan terwujudnya kesadaran, kepekaan, dan keadilan gender di masyarakat, baik 
laki-laki maupun perempuan dapat mengembangkan potensi dan kemampuannya serta 
memperoleh peluang yang sama. Salah satu jenis kelamin tertentu juga tak 
dirugikan. Laki-laki dan perempuan harus dilihat sebagai sumber daya yang 
berguna bagi pembangunan bangsa.

Karena itu, pendidikan berpersfektif gender perlu ditumbuhkan di masyarakat, 
khususnya pendidik, orang tua, pembuat kebijakan. Pendidikan yang berperspektif 
gender merupakan pendidikan yang menggunakan konsep keadilan gender, 
kemitrasejajaran yang harmonis antara perempuan dan laki-laki, memperhatikan 
kebutuhan serta kepentingan gender praktis/strategis perempuan dan laki-laki. 
Pandangan masyarakat terhadap anak laki-laki dan perempuan yang masih 
konvensional perlu diberi wawasan yang lebih luas. Wallaahu'alam.
* Niken Indar Mastri, mahasiswi Fakultas Peternakan UGM Jogjakarta 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital.
http://us.click.yahoo.com/cRr2eB/lbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Meneguhkan Pendidikan Berperspektif Gender