[nasional_list] Re: [ppiindia] Jendela Indonesia, Ujung Lidah Negara

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Thu, 24 Nov 2005 11:31:02 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Menurut berita Partogi telah dipanggil 
pulang ke Pejambon, karena KBRI di 
Stockholm manipulasi pelamar visa yang seharusnya US$ 30,-- dibaikan menjadi 
US$ 60,-- dengan memakai dubbel kvistansi.

----- Original Message ----- 
From: "Ari Condro" <masarcon@xxxxxxx>
To: <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
Cc: <izamsh@xxxxxxxxx>
Sent: Thursday, November 24, 2005 11:00 AM
Subject: Re: [ppiindia] Jendela Indonesia, Ujung Lidah Negara


> mas izam,
>
> seperti pernah saya tanyakan (tapi setelah itu email saya bouncing) 
> diplomat
> stocholm tsb mas partogi samosir adalah warga ppi india.  apakah ada yg
> mendengar kabar darinya berkait kasus ini ?
>
> salam,
> Ari Condro
>
> ----- Original Message -----
> From: "Zamhasari Jamil" <izamsh@xxxxxxxxx>
> Thursday, November 24, 2005
>
>  Jendela Indonesia, Ujung Lidah Negara
>
>  Oleh: Zamhasari Jamil
>
> SAAT mengikuti mata kuliah Hukum Internasional di Department of Political
> Science, Aligarh Muslim University, India, saya ditanya oleh dosen tentang
> bagaimana seharusnya proses perekrutan seorang calon diplomat yang akan
> ditugaskan di lembaga perwakilan di luar negeri. Jawaban saya ketika itu,
> "The recruitment of representative should be on the basis of his ability 
> not
> of a "recommendation", also the recruitment itself has to be conducted
> transparently". Dosen saya tersebut langsung tersenyum sambil bilang, "It
> seems the recruitment of the representative of diplomatic agency in your
> country run not transparent and the value of a letter of recommendation is
> still high". Saya tersipu malu karena saya telah membongkar aib negara
> sendiri. Tapi memang begitulah kenyataan yang terpampang di depan mata 
> kita.
>
> Membaca berita tentang tindakan kejahatan korupsi yang dilakukan oleh
> pejabat di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Stockholm, Swedia yang
> dimuat oleh Gatra Nomor 50 edisi 24 Oktober 2005, bagi saya bukanlah hal
> yang aneh. Sebab saya melihat bahwa peluang untuk melakukan korupsi itu
> memang terbuka lebar, mengingat letak dan posisi KBRI memang berada di 
> luar
> negeri, dan media massa kita juga sangat jarang memuat berita mengenai
> kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di KBRI atau lembaga perwakilan RI di
> luar negeri itu.
>
> Minimnya pengetahuan mayoritas masyarakat kita mengenai urusan atau 
> hal-hal
> yang berkenaan dengan kebijakan luar negeri Indonesia menyebabkan media
> massa kita sepertinya menganggap bahwa urusan yang berkaitan dengan KBRI
> bukanlah issue atau topik yang menarik untuk diketengahkan di khalayak
> ramai. Dan kesempatan ini pulalah yang menurut saya sangat berperan sekali
> dalam membuka kran peluang untuk melakukan tindakan kejahatan yang bernama
> korupsi di KBRI tersebut.
>
> Bila kita berbicara mengenai KBRI, berarti kita juga sedang membicarakan
> diplomat. Sebelum melangkah lebih jauh perkenankan saya memberikan
> pengertian mengenai diplomat ini. Mungkin ada diantara kita yang bertanya,
> siapakah diplomat itu? Diplomat itu adalah duta negara atau utusan negara
> yang ditugaskan ke negara lain sebagai representatif atau untuk
> merepresentasikan negara yang telah mengutusnya. Seorang diplomat tak 
> hanya
> dituntut untuk menjalin kerjasama yang baik dengan negara dimana ia
> ditugaskan, akan tetapi seorang diplomat tersebut juga memiliki kesempatan
> yang terbuka lebar untuk membangun hubungan yang baik dengan para duta 
> dari
> negara lain yang ditempatkan di negara yang sama.
>
>  Kata diplomat itu sendiri berasal dari bahasa Yunani 'diploma' yang
> maknanya adalah "a letter folded double" atau utusan negara yang mengemban
> tugas ganda. Dan diplomat itu sendiri merupakan pelaku diplomasi. 
> Sedangkan
> diplomasi tersebut merupakan sebuah seni negosiasi atau suatu bentuk
> manajemen hubungan internasional yang ditempuh melalui jalur negosiasi.
> Berdasarkan Perjanjian Vienna (Vienna Convention) tahun 1961 tentang
> Hubungan Diplomatik dimana didalam pembukaannya disebutkan mengenai
> keharusan untuk menjalankan perjanjian internasional tentang hubungan
> diplomatik ini.
>
>  Para diplomat memperoleh hak istimewa dan kebebasan yang nantinya
> diharapkan dapat membuahkan hubungan yang baik antara kedua negara dimana
> konstitusi dan kondisi sosial masyarakat kedua negara tersebut berbeda.
> Berbagai hak istimewa dan kebebasan serta kemudahan yang diberikan kepada
> para diplomat tersebut adalah untuk melancarkan tugasnya dalam menjalankan
> fungsi dan misi diplomatik sebagai utusan negara, bukan hanya sekedar 
> untuk
> meraup kepentingan pribadinya semata.
>
> Kongres Vienna tahun 1815 telah memutuskan bahwa representatif diplomatik
> dibagi kedalam tiga tingkatan. Namun pada Kongres Aix-lachapelle tahun 
> 1818
> ditambahkan satu tingkatan lagi. Berdasarkan tingkatan jabatan senioritas,
> diplomat tersebut dapat diurut sebagai berikut: Pertama, Ambassadors (Duta
> Besar), Papal Legates and Nuncios. - Mereka ini merupakan representatif
> kepala negara yang telah mengangkatnya dan kepadanya dianugerahi 
> kehormatan
> khusus. Setelah tiba di negara tempat mereka ditugaskan, mereka ini akan
> menyerahkan Surat Kepercayaan yang diberikan kepada mereka tersebut kepada
> negara tempat mereka ditugaskan. Mereka memiliki hak istimewa untuk
> berkomunikasi langsung dengan kepala negara atau kepala pemerintahan
> setempat. Kepada mereka ini juga dianugerahi gelar "Excellency". Adapun 
> duta
> atau diplomat yang diutus oleh Holy See dikenal dengan sebutan Papal 
> Legates
> atau Nuncios.
>
>  Kedua, Ministers Plenipotentiary and Envoys Extraordinary atau Duta
> Berkuasa Penuh dan Utusan Luar Biasa. - Mereka ini bukan merepresentasikan
> atau mewakili kepala negara. Mereka ini memperoleh kesempatan untuk
> melakukan pertemuan pribadi dengan kepala negara setempat pada saat mereka
> menyerahkan Surat Kepercayaan dari Negara yang mengutusnya begitu tiba di
> negara tempat mereka ditugaskan. Mereka menerima gelar "Excellency" hanya
> sebagai bentuk penghormatan saja. Ketiga, Ministers Resident. - Mereka ini
> juga diberi tugas sebagai duta negara. Dan posisinya berada dibawah
> Ministers Plenipotentiary and Envoys Extraordinary. Mereka tidak berhak
> menyandang gelar "Excellency" meskipun hanya sebagai bentuk penghormatan.
> Tingkatan yang ketiga ini ditambahkan pada tahun 1818.
>
> Keempat, Charges d'Affaires. - Mereka ini tidak dilantik atau diangkat 
> oleh
> kepala negara yang kemudian akan bertemu pula dengan kepala negara tempat 
> ia
> ditugaskan. Mereka ini diangkat oleh Menteri Luar Negeri (Menlu), dan
> mendapat kesempatan untuk melakukan pertemuan dengan Menlu setempat pada
> saat mereka menyerahkan Surat Kepercayaan dari Menlu yang mengangkatnya 
> atau
> melantiknya pada saat mereka tiba di negara tempat mereka ditugaskan.
>
> Sebagai duta negara, seorang diplomat dituntut untuk menjalankan fungsinya
> sebagai ujung lidah negara, ia memiliki hak untuk memberikan interpretasi
> mengenai kebijakan yang dikeluarkan oleh negaranya. Diplomat juga harus
> selalu menyampaikan informasi seputar perkembangan mutakhir yang terjadi 
> di
> belahan dunia kepada negaranya asalnya. Diplomat berkewajiban untuk
> membangun dan menciptakan hubungan yang baik antara negaranya dengan 
> negara
> tempat ia ditugaskan, menciptakan dan membangun imej positif negara 
> sehingga
> negara tersebut berhak untuk dihormati oleh negara lain. Pada dasarnya,
> fungsi dan tugas diplomat itu ada empat: pertama, sebagai representatif;
> kedua, sebagai negosiator; ketiga, sebagai informan; keempat, melindungi
> negara atau menjaga nama baik negaranya sekaligus melindungi dan menjaga
> warga negaranya yang berada di luar negeri.
>
> Hanya saja kenyataan yang sering saya lihat di lembaga perwakilan RI di
> negara tempat saya belajar saat ini, dan kemungkinan besar juga terjadi di
> seluruh lembaga perwakilan RI yang lain bahwa diplomat kita sangat jarang
> yang saya temukan mampu mengkounter pemberitaan miring mengenai Indonesia.
> Bahkan yang membuat saya tak habis berpikir adalah mengapa di lingkungan
> lembaga perwakilan RI ini, pembangunan tiada henti-hentinya. Tak jarang 
> pula
> saya mendengar bahwa di lingkungan lembaga perwakilan RI itu juga sering
> terjadi pergantian perangkat atau peralatan yang sebenarnya belum perlu
> untuk diganti dan masih pantas untuk digunakan. Sudah jelas, dalam setiap
> pengeluaran dana yang dikeluarkan oleh lembaga perwakilan RI itu mark-up
> terjadi. Dan mark-up anggaranpun akan terjadi secara besar-besaran pula.
> Apakah pemandangan yang semacam ini sudah lazim terjadi di semua lembaga
> perwakilan RI kita tersebut?
>
> Disisi lain, suatu kalimat yang sering terdengar di lingkungan mahasiswa 
> dan
> mahasiswi kita adalah bahwa pekerjaan diplomat yang ada di lembaga
> perwakilan tersebut hanyalah menggunting kertas saja. Maksudnya adalah
> diplomat kita tidak pernah memperlihatkan interestnya untuk bersosialiasi 
> ke
> lembaga-lembaga terkait di negara tempat ia ditugaskan sesuai dengan
> jabatannya di lembaga perwakilan itu. Sedangkan para stafnya hanya
> memilah-milah berita yang ada di koran-koran dan selanjutnya dijadikan
> sebagai bahan laporan ke Jakarta. Karena itu, pekerjaan diplomat yang kita
> ketahui hanyalah menggunting kertas semata.
>
> Kita menginginkan seorang diplomat yang aktif dan kreatif. Sebagai contoh,
> seorang diplomat yang membidangi pendidikan hendaknya bisa membangun
> hubungan yang baik dan kerjasama pendidikan dengan setiap lembaga 
> pendidikan
> yang ada di negara tempat ia ditugaskan itu. Atau, diplomat tersebut 
> minimal
> bisa membangun hubungan yang baik dengan setiap lembaga pendidikan yang
> disitu terdapat mahasiswa dan mahasiswi Indonesia. Karena dengan demikian
> apapun persoalan yang dihadapi oleh para pelajar kita di lembaga 
> pendidikan
> tersebut, tentunya persoalan itu akan cepat dapat diatasi. Begitu pula
> dengan diplomat yang membidangi bagian-bagian lainnya. Kiranya mereka 
> mampu
> meningkatkan kerjasama yang saling menguntungkan antar negara yang
> mengutusnya dengan negara tempat ia ditugaskan, baik di bidang ekonomi,
> sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi-informasi, dan lain
> sebagainya.
>
> Kita semua sudah sama-sama memaklumi bahwa lembaga perwakilan RI itu
> merupakan cermin bagi negara dan masyarakat dimana lembaga perwakilan RI 
> itu
> berada untuk melihat Indonesia secara dekat. Sebagai contoh, bila 
> seseorang
> itu mau merasakan masakan Indonesia, maka datanglah ke restoran Indonesia
> atau ke kantin Indonesia. Atau bila seseorang itu ingin mendengarkan 
> bahasa
> Indonesia, maka datanglah ke lembaga perwakilan RI. Begitu juga jika ingin
> melihat lingkungan Indonesia, maka kunjungilah lembaga perwakilan RI. 
> Bersih
> atau tidaknya lingkungan Indonesia, bisa dilihat dari lingkungan lembaga
> perwakilan RI. Karena memang lembaga perwakilan RI merupakan cermin untuk
> melihat wajah Indonesia.
>
> Keberadaan lembaga perwakilan RI itu sangat penting sekali. Oleh karena 
> itu,
> seorang diplomat yang ditugaskan juga haruslah diplomat yang
> bertanggungjawab. Untuk mendapatkan diplomat yang bertanggung jawab 
> terhadap
> tugas dan fungsinya, maka Depertemen Luar Negeri (Deplu) harus melakukan
> penerimaan calon diplomat secara transparan. Penerimanan tersebut juga 
> harus
> berdasarkan pada kemampuan yang dimiliki oleh calon diplomat tersebut.
>
> Sudah bukan masanya lagi menerima seorang calon diplomat itu berdasarkan
> sepucuk "surat ajaib" atau selembar surat rekomendasi. Seseorang yang
> diterima disebuah instansi atau lembaga berdasarkan "surat ajaib" biasanya
> merasa kurang bertanggung jawab terhadap tugas dan fungsinya. Hal ini bisa
> terjadi karena yang memberikan rekomendasi tentunya seorang pejabat yang
> juga berpengaruh di lingkungan instansi atau lembaga tersebut. Karena itu,
> di Deplu jangan sampai terjadi jabatan diplomat dijadikan sebagai warisan
> turun-temurun. Deplu juga harus bisa memilih dan menerima calon diplomat
> yang visioner. Selanjutnya Deplu bertanggungjawab untuk memberikan
> pendidikan yang benar-benar menyentuh dengan keperluan dan kebutuhan
> diplomat.
>
> Disisi lain Deplu juga dituntut tegas untuk menarik kembali diplomat yang
> tidak berkompeten dan tidak menjalankan tugas dan fungsinya secara
> profesional. Deplu harus memantau langsung kinerja para diplomat di 
> lembaga
> perwakilan RI tersebut. Jadi, Deplu tidak hanya menunggu laporan saja. Tak
> kalah pentingnya, media massa juga memiliki peranan yang cukup besar dalam
> menciptakan lembaga perwakilan RI yang bersih dari tindakan korupsi serta
> menjadikan lembaga perwakilan yang benar-benar bisa menjadi jendela
> Indonesia serta ujung lidah negara. []
>
> Zamhasari Jamil, Mantan Ketua Umum Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI)
> India; Pelajar Ilmu Politik di Aligarh Muslim University, India.
>
>
>
>
>
>
>
> * * * * *
> Zamhasari Jamil
> Department of Political Science
> Aligarh Muslim University, Aligarh
> Website Kampus  : http://www.amu.ac.in
> Website Pribadi    : http://www.e-tafakkur.blogspot.com
> Website PPI India : http://www.ppi-india.org
> Email: izamsh@ yahoo.com
>
>
>
>
>
>
>
> ***************************************************************************
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia 
> yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
> ***************************************************************************
> __________________________________________________________________________
> Mohon Perhatian:
>
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
> 3. Reading only, http://dear.to/ppi
> 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
> 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
> 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>
> 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org!
http://us.click.yahoo.com/wlSUMA/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts: