** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Menurut berita Partogi telah dipanggil pulang ke Pejambon, karena KBRI di Stockholm manipulasi pelamar visa yang seharusnya US$ 30,-- dibaikan menjadi US$ 60,-- dengan memakai dubbel kvistansi. ----- Original Message ----- From: "Ari Condro" <masarcon@xxxxxxx> To: <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx> Cc: <izamsh@xxxxxxxxx> Sent: Thursday, November 24, 2005 11:00 AM Subject: Re: [ppiindia] Jendela Indonesia, Ujung Lidah Negara > mas izam, > > seperti pernah saya tanyakan (tapi setelah itu email saya bouncing) > diplomat > stocholm tsb mas partogi samosir adalah warga ppi india. apakah ada yg > mendengar kabar darinya berkait kasus ini ? > > salam, > Ari Condro > > ----- Original Message ----- > From: "Zamhasari Jamil" <izamsh@xxxxxxxxx> > Thursday, November 24, 2005 > > Jendela Indonesia, Ujung Lidah Negara > > Oleh: Zamhasari Jamil > > SAAT mengikuti mata kuliah Hukum Internasional di Department of Political > Science, Aligarh Muslim University, India, saya ditanya oleh dosen tentang > bagaimana seharusnya proses perekrutan seorang calon diplomat yang akan > ditugaskan di lembaga perwakilan di luar negeri. Jawaban saya ketika itu, > "The recruitment of representative should be on the basis of his ability > not > of a "recommendation", also the recruitment itself has to be conducted > transparently". Dosen saya tersebut langsung tersenyum sambil bilang, "It > seems the recruitment of the representative of diplomatic agency in your > country run not transparent and the value of a letter of recommendation is > still high". Saya tersipu malu karena saya telah membongkar aib negara > sendiri. Tapi memang begitulah kenyataan yang terpampang di depan mata > kita. > > Membaca berita tentang tindakan kejahatan korupsi yang dilakukan oleh > pejabat di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Stockholm, Swedia yang > dimuat oleh Gatra Nomor 50 edisi 24 Oktober 2005, bagi saya bukanlah hal > yang aneh. Sebab saya melihat bahwa peluang untuk melakukan korupsi itu > memang terbuka lebar, mengingat letak dan posisi KBRI memang berada di > luar > negeri, dan media massa kita juga sangat jarang memuat berita mengenai > kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di KBRI atau lembaga perwakilan RI di > luar negeri itu. > > Minimnya pengetahuan mayoritas masyarakat kita mengenai urusan atau > hal-hal > yang berkenaan dengan kebijakan luar negeri Indonesia menyebabkan media > massa kita sepertinya menganggap bahwa urusan yang berkaitan dengan KBRI > bukanlah issue atau topik yang menarik untuk diketengahkan di khalayak > ramai. Dan kesempatan ini pulalah yang menurut saya sangat berperan sekali > dalam membuka kran peluang untuk melakukan tindakan kejahatan yang bernama > korupsi di KBRI tersebut. > > Bila kita berbicara mengenai KBRI, berarti kita juga sedang membicarakan > diplomat. Sebelum melangkah lebih jauh perkenankan saya memberikan > pengertian mengenai diplomat ini. Mungkin ada diantara kita yang bertanya, > siapakah diplomat itu? Diplomat itu adalah duta negara atau utusan negara > yang ditugaskan ke negara lain sebagai representatif atau untuk > merepresentasikan negara yang telah mengutusnya. Seorang diplomat tak > hanya > dituntut untuk menjalin kerjasama yang baik dengan negara dimana ia > ditugaskan, akan tetapi seorang diplomat tersebut juga memiliki kesempatan > yang terbuka lebar untuk membangun hubungan yang baik dengan para duta > dari > negara lain yang ditempatkan di negara yang sama. > > Kata diplomat itu sendiri berasal dari bahasa Yunani 'diploma' yang > maknanya adalah "a letter folded double" atau utusan negara yang mengemban > tugas ganda. Dan diplomat itu sendiri merupakan pelaku diplomasi. > Sedangkan > diplomasi tersebut merupakan sebuah seni negosiasi atau suatu bentuk > manajemen hubungan internasional yang ditempuh melalui jalur negosiasi. > Berdasarkan Perjanjian Vienna (Vienna Convention) tahun 1961 tentang > Hubungan Diplomatik dimana didalam pembukaannya disebutkan mengenai > keharusan untuk menjalankan perjanjian internasional tentang hubungan > diplomatik ini. > > Para diplomat memperoleh hak istimewa dan kebebasan yang nantinya > diharapkan dapat membuahkan hubungan yang baik antara kedua negara dimana > konstitusi dan kondisi sosial masyarakat kedua negara tersebut berbeda. > Berbagai hak istimewa dan kebebasan serta kemudahan yang diberikan kepada > para diplomat tersebut adalah untuk melancarkan tugasnya dalam menjalankan > fungsi dan misi diplomatik sebagai utusan negara, bukan hanya sekedar > untuk > meraup kepentingan pribadinya semata. > > Kongres Vienna tahun 1815 telah memutuskan bahwa representatif diplomatik > dibagi kedalam tiga tingkatan. Namun pada Kongres Aix-lachapelle tahun > 1818 > ditambahkan satu tingkatan lagi. Berdasarkan tingkatan jabatan senioritas, > diplomat tersebut dapat diurut sebagai berikut: Pertama, Ambassadors (Duta > Besar), Papal Legates and Nuncios. - Mereka ini merupakan representatif > kepala negara yang telah mengangkatnya dan kepadanya dianugerahi > kehormatan > khusus. Setelah tiba di negara tempat mereka ditugaskan, mereka ini akan > menyerahkan Surat Kepercayaan yang diberikan kepada mereka tersebut kepada > negara tempat mereka ditugaskan. Mereka memiliki hak istimewa untuk > berkomunikasi langsung dengan kepala negara atau kepala pemerintahan > setempat. Kepada mereka ini juga dianugerahi gelar "Excellency". Adapun > duta > atau diplomat yang diutus oleh Holy See dikenal dengan sebutan Papal > Legates > atau Nuncios. > > Kedua, Ministers Plenipotentiary and Envoys Extraordinary atau Duta > Berkuasa Penuh dan Utusan Luar Biasa. - Mereka ini bukan merepresentasikan > atau mewakili kepala negara. Mereka ini memperoleh kesempatan untuk > melakukan pertemuan pribadi dengan kepala negara setempat pada saat mereka > menyerahkan Surat Kepercayaan dari Negara yang mengutusnya begitu tiba di > negara tempat mereka ditugaskan. Mereka menerima gelar "Excellency" hanya > sebagai bentuk penghormatan saja. Ketiga, Ministers Resident. - Mereka ini > juga diberi tugas sebagai duta negara. Dan posisinya berada dibawah > Ministers Plenipotentiary and Envoys Extraordinary. Mereka tidak berhak > menyandang gelar "Excellency" meskipun hanya sebagai bentuk penghormatan. > Tingkatan yang ketiga ini ditambahkan pada tahun 1818. > > Keempat, Charges d'Affaires. - Mereka ini tidak dilantik atau diangkat > oleh > kepala negara yang kemudian akan bertemu pula dengan kepala negara tempat > ia > ditugaskan. Mereka ini diangkat oleh Menteri Luar Negeri (Menlu), dan > mendapat kesempatan untuk melakukan pertemuan dengan Menlu setempat pada > saat mereka menyerahkan Surat Kepercayaan dari Menlu yang mengangkatnya > atau > melantiknya pada saat mereka tiba di negara tempat mereka ditugaskan. > > Sebagai duta negara, seorang diplomat dituntut untuk menjalankan fungsinya > sebagai ujung lidah negara, ia memiliki hak untuk memberikan interpretasi > mengenai kebijakan yang dikeluarkan oleh negaranya. Diplomat juga harus > selalu menyampaikan informasi seputar perkembangan mutakhir yang terjadi > di > belahan dunia kepada negaranya asalnya. Diplomat berkewajiban untuk > membangun dan menciptakan hubungan yang baik antara negaranya dengan > negara > tempat ia ditugaskan, menciptakan dan membangun imej positif negara > sehingga > negara tersebut berhak untuk dihormati oleh negara lain. Pada dasarnya, > fungsi dan tugas diplomat itu ada empat: pertama, sebagai representatif; > kedua, sebagai negosiator; ketiga, sebagai informan; keempat, melindungi > negara atau menjaga nama baik negaranya sekaligus melindungi dan menjaga > warga negaranya yang berada di luar negeri. > > Hanya saja kenyataan yang sering saya lihat di lembaga perwakilan RI di > negara tempat saya belajar saat ini, dan kemungkinan besar juga terjadi di > seluruh lembaga perwakilan RI yang lain bahwa diplomat kita sangat jarang > yang saya temukan mampu mengkounter pemberitaan miring mengenai Indonesia. > Bahkan yang membuat saya tak habis berpikir adalah mengapa di lingkungan > lembaga perwakilan RI ini, pembangunan tiada henti-hentinya. Tak jarang > pula > saya mendengar bahwa di lingkungan lembaga perwakilan RI itu juga sering > terjadi pergantian perangkat atau peralatan yang sebenarnya belum perlu > untuk diganti dan masih pantas untuk digunakan. Sudah jelas, dalam setiap > pengeluaran dana yang dikeluarkan oleh lembaga perwakilan RI itu mark-up > terjadi. Dan mark-up anggaranpun akan terjadi secara besar-besaran pula. > Apakah pemandangan yang semacam ini sudah lazim terjadi di semua lembaga > perwakilan RI kita tersebut? > > Disisi lain, suatu kalimat yang sering terdengar di lingkungan mahasiswa > dan > mahasiswi kita adalah bahwa pekerjaan diplomat yang ada di lembaga > perwakilan tersebut hanyalah menggunting kertas saja. Maksudnya adalah > diplomat kita tidak pernah memperlihatkan interestnya untuk bersosialiasi > ke > lembaga-lembaga terkait di negara tempat ia ditugaskan sesuai dengan > jabatannya di lembaga perwakilan itu. Sedangkan para stafnya hanya > memilah-milah berita yang ada di koran-koran dan selanjutnya dijadikan > sebagai bahan laporan ke Jakarta. Karena itu, pekerjaan diplomat yang kita > ketahui hanyalah menggunting kertas semata. > > Kita menginginkan seorang diplomat yang aktif dan kreatif. Sebagai contoh, > seorang diplomat yang membidangi pendidikan hendaknya bisa membangun > hubungan yang baik dan kerjasama pendidikan dengan setiap lembaga > pendidikan > yang ada di negara tempat ia ditugaskan itu. Atau, diplomat tersebut > minimal > bisa membangun hubungan yang baik dengan setiap lembaga pendidikan yang > disitu terdapat mahasiswa dan mahasiswi Indonesia. Karena dengan demikian > apapun persoalan yang dihadapi oleh para pelajar kita di lembaga > pendidikan > tersebut, tentunya persoalan itu akan cepat dapat diatasi. Begitu pula > dengan diplomat yang membidangi bagian-bagian lainnya. Kiranya mereka > mampu > meningkatkan kerjasama yang saling menguntungkan antar negara yang > mengutusnya dengan negara tempat ia ditugaskan, baik di bidang ekonomi, > sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi-informasi, dan lain > sebagainya. > > Kita semua sudah sama-sama memaklumi bahwa lembaga perwakilan RI itu > merupakan cermin bagi negara dan masyarakat dimana lembaga perwakilan RI > itu > berada untuk melihat Indonesia secara dekat. Sebagai contoh, bila > seseorang > itu mau merasakan masakan Indonesia, maka datanglah ke restoran Indonesia > atau ke kantin Indonesia. Atau bila seseorang itu ingin mendengarkan > bahasa > Indonesia, maka datanglah ke lembaga perwakilan RI. Begitu juga jika ingin > melihat lingkungan Indonesia, maka kunjungilah lembaga perwakilan RI. > Bersih > atau tidaknya lingkungan Indonesia, bisa dilihat dari lingkungan lembaga > perwakilan RI. Karena memang lembaga perwakilan RI merupakan cermin untuk > melihat wajah Indonesia. > > Keberadaan lembaga perwakilan RI itu sangat penting sekali. Oleh karena > itu, > seorang diplomat yang ditugaskan juga haruslah diplomat yang > bertanggungjawab. Untuk mendapatkan diplomat yang bertanggung jawab > terhadap > tugas dan fungsinya, maka Depertemen Luar Negeri (Deplu) harus melakukan > penerimaan calon diplomat secara transparan. Penerimanan tersebut juga > harus > berdasarkan pada kemampuan yang dimiliki oleh calon diplomat tersebut. > > Sudah bukan masanya lagi menerima seorang calon diplomat itu berdasarkan > sepucuk "surat ajaib" atau selembar surat rekomendasi. Seseorang yang > diterima disebuah instansi atau lembaga berdasarkan "surat ajaib" biasanya > merasa kurang bertanggung jawab terhadap tugas dan fungsinya. Hal ini bisa > terjadi karena yang memberikan rekomendasi tentunya seorang pejabat yang > juga berpengaruh di lingkungan instansi atau lembaga tersebut. Karena itu, > di Deplu jangan sampai terjadi jabatan diplomat dijadikan sebagai warisan > turun-temurun. Deplu juga harus bisa memilih dan menerima calon diplomat > yang visioner. Selanjutnya Deplu bertanggungjawab untuk memberikan > pendidikan yang benar-benar menyentuh dengan keperluan dan kebutuhan > diplomat. > > Disisi lain Deplu juga dituntut tegas untuk menarik kembali diplomat yang > tidak berkompeten dan tidak menjalankan tugas dan fungsinya secara > profesional. Deplu harus memantau langsung kinerja para diplomat di > lembaga > perwakilan RI tersebut. Jadi, Deplu tidak hanya menunggu laporan saja. Tak > kalah pentingnya, media massa juga memiliki peranan yang cukup besar dalam > menciptakan lembaga perwakilan RI yang bersih dari tindakan korupsi serta > menjadikan lembaga perwakilan yang benar-benar bisa menjadi jendela > Indonesia serta ujung lidah negara. [] > > Zamhasari Jamil, Mantan Ketua Umum Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) > India; Pelajar Ilmu Politik di Aligarh Muslim University, India. > > > > > > > > * * * * * > Zamhasari Jamil > Department of Political Science > Aligarh Muslim University, Aligarh > Website Kampus : http://www.amu.ac.in > Website Pribadi : http://www.e-tafakkur.blogspot.com > Website PPI India : http://www.ppi-india.org > Email: izamsh@ yahoo.com > > > > > > > > *************************************************************************** > Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia > yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org > *************************************************************************** > __________________________________________________________________________ > Mohon Perhatian: > > 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) > 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. > 3. Reading only, http://dear.to/ppi > 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx > 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx > 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx > > Yahoo! Groups Links > > > > > > > ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org! http://us.click.yahoo.com/wlSUMA/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **