[nasional_list] [ppiindia] Impor Beras dan Keruntuhan Semangat Bangsa

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Wed, 23 Nov 2005 23:55:51 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **      
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0511/24/opini/2236160.htm

     

      Impor Beras dan Keruntuhan Semangat Bangsa 

      Agusdin Pulungan



      Surat Menteri Perdagangan RI per 1 November 2005, No 05/M-DAG/II/2005, 
yang dilaporkan sebagai hasil rapat kabinet yang dipimpin langsung Presiden 
Susilo Bambang Yudhoyono, telah mengizinkan Perum Bulog mengimpor beras 70.050 
ton. Dengan keputusan ini, apalagi yang ingin dikatakan selain rasa heran dan 
kecewa?

      Kalangan petani dan organisasi-organisasi tani mengatakan, keputusan 
mengimpor beras sebagai tindakan yang keterlaluan dan pengkhianatan terhadap 
rakyat (Kompas, 17-18/11/2005).

      Heran, mengapa pemerintah tidak membeli beras petani di sentra-sentra 
produksi. Karena, saat ini produksi beras nasional hingga akhir tahun 2005 
dalam keadaan surplus jutaan ton dan harga gabah di tingkat petani sedang dalam 
keadaan baik.

      Kecewa, karena beras yang diimpor dari Vietnam atau Thailand akan masuk 
pertengahan Januari 2006, bertepatan dengan panen raya Februari. Kemungkinan 
besar itu akan menekan dan mendistorsi harga-harga hasil panen sebelum dan 
sesudah panen raya Februari 2006.

      Petani miskin

      Petani Indonesia terdiri dari tiga strata sosial, yaitu petani pemilik 
tanah (rata-rata kurang dari 0,3 hektar); petani bagi hasil; dan buruh tani, 
lebih kurang 72 persennya adalah petani miskin.

      Dapat dikatakan, selain dari apa yang dimiliki dan tantangan alam yang 
dihadapi, sebenarnya negara diharapkan dapat membantu dan menyelenggarakan 
keadilan serta memberi kesempatan setara untuk memperbaiki kehidupan petani.

      Untuk itu, pemerintah bisa melakukan dua hal. Pertama, memotivasi petani 
dengan cara memberi insentif yang menunjang usaha tani, yaitu selain memberi 
jaminan pasar, juga membantu memperluas akses dan mengurangi sebesar-besarnya 
hambatan serta biaya-biaya pemasaran dan distribusi.

      Pemerintah juga dapat memberi insentif terhadap kebutuhan permodalan 
usaha tani sehingga mudah diakses sesuai dengan latar belakang dan 
karakteristik sosio-ekonomi petani. Termasuk di dalamnya memberi insentif pada 
pengadaan sarana produksi, peningkatan dan penggunaan teknologi, infrastruktur, 
pemilikan hak atas tanah (reforma agraria), dan hal-hal yang menyangkut 
kebutuhan sosial (dasar) petani.

      Kedua, pemerintah bisa melindungi petani dari serbuan komoditas impor 
yang murah dengan cara mengendalikan tekanan-tekanan liberalisasi perdagangan 
sehingga terkendali dalam bentuk perdagangan berkeadilan.

      Perlu diingat, selain telah disubsidi di negara asal, komoditas itu 
merupakan produk residu yang sudah melampaui batas skala ekonomi usaha sehingga 
dapat dijual di bawah harga pokok.

      Terkesan pemerintah bersikukuh mengimpor beras dengan aneka alasan, 
kekeringan, kebanjiran, inflasi, stok nasional, dan lainnya yang berlangsung 
sejak Juni 2005. Fenomena ini menggambarkan jauhnya tekad Presiden SBY 
merevitalisasi pertanian. Antara tekad dan praktik, "jauh panggang dari api".

      Kredibilitas

      Pemberian izin impor beras 70.050 ton menunjukkan lemahnya kredibilitas 
pemerintah secara keseluruhan. Keputusan untuk tidak mengimpor yang pernah 
dibuat Juni 2005 didasari proyeksi kredibel Departemen Pertanian dan Badan 
Ketahanan Pangan Nasional. Diramalkan produksi nasional akan surplus 1,5-3 juta 
ton sampai akhir 2005.

      Hingga kini situasi beras masih surplus. Hingga akhir tahun 2005 
kebutuhan beras terpenuhi dari dalam negeri. Dengan kinerja pemerintahan 
seperti ini, amat logis jika rakyat membaca, aneka kebijakan pemerintah 
terkesan labil dan inkonsisten. Terutama bila dikaitkan tekad revitalisasi 
pertanian yang dicanangkan Presiden SBY pada 11 Juni 2005.

      Keinginan membeli beras 70.050 ton, atau 300.000 ton sebagaimana 
disepakati dalam kontrak impor (Kompas, 19/11/2005), sebenarnya merupakan 
peluang yang amat baik bagi pemerintah untuk memulihkan kepercayaan rakyat jika 
dibeli dari petani Indonesia. Apalagi pembelian dilakukan dengan harga yang 
baik sehingga mampu mengurangi dampak kenaikan harga BBM.

      Dampak lain, petani termotivasi untuk terus meningkatkan 
produktivitasnya. Rakyat pun melihat, pemerintah telah sungguh-sungguh 
mempraktikkan komitmennya karena dalam keterpurukan seperti ini telah 
mendahulukan kepentingan pembangunan perekonomian rakyat. Bukankah harapan agar 
pemerintah membeli hasil usaha tani sehingga petani mendapatkan harga yang baik 
adalah sebagai sebuah kepatutan yang wajar?

      Tetapi, bila terjadi sebaliknya, impor beras oleh Perum Bulog selain 
menurunkan moral dan motivasi petani, juga akan membuat pemerintah menjadi 
asing bagi petani. Bahkan, dianggap sebagai kekuatan yang menindas karena 
kebijakannya cenderung antipetani dan anti-insentif bagi pembangunan pertanian 
Indonesia. Secara pragmatis, kalangan petani dapat menyimpulkan, pemerintah 
yang sebenarnya merupakan faktor pembela terkuat bagi petani malah berperan 
membongkar dan meruntuhkan pertahanan sosial-ekonominya.

      Keputusan impor beras tidak dapat dilihat secara sederhana dari jumlah 
besar atau kecil. Keputusan itu harus dilihat sebagai simbol tekad sebuah 
bangsa yang bervisi. Karena, berapa pun jumlah impornya, akan berdampak pada 
semangat bangsa.

      Jika demotivasi terus terjadi kepada petani, akan mempercepat menurunnya 
moral dan minat generasi muda di desa untuk membangun pertanian. 
Konsekuensinya, kita akan gagal membangun sebuah bangsa yang mampu memenuhi 
kebutuhan pangannya secara mandiri. Apalagi menjadi sebuah negara yang memiliki 
ketahanan pangan nasional yang tangguh, yang tidak bergantung kepada bangsa 
lain.

      Agusdin Pulungan Ketua Dewan Pimpinan Nasional HKTI
     


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital.
http://us.click.yahoo.com/cRr2eB/lbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Impor Beras dan Keruntuhan Semangat Bangsa