[apapun] Mengurai Akar Seteru TNI-Polri

  • From: "Gunawan Prakoso" <gunawan.prakoso@xxxxxxxxx>
  • To: <apapun@xxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Fri, 8 Mar 2013 23:46:34 +0700

 

 

Mengurai Akar Seteru TNI-Polri

 

 

Description: 13627125481946351796

Kamis, 7 Maret 2013, Jarum jam menunjukkan pukul 07.30 WIB. Sekitar 90
anggota Batalyon Armed 15/105 TNI mendatangi Mapolres OKU. Mereka datang
untuk menanyakan perihal perkembangan kasus penembakan Pratu Heru Oktavinus
oleh anggota polisi lalu lintas Polres OKU, Brigadir Wijaya.

Entah apa yang terjadi,pada pukul 09.30 WIB, para tentara itu naik pitam.
Mereka merusak dan membakar Mapolres OKU. "Mungkin mereka tidak mendapat
jawaban yang memuaskan. Maka terjadi keributan yang berujung dengan
pembakaran," kata Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Laksamana Muda Iskandar
Sitompul. ( VIVAnews.com ).

Akibat peristiwa itu, sebagian kantor Polres OKU habis dilalap api. Selain
itu, 4 mobil dan 70 motor turut dirusak dan dibakar. Tiga anggota Polres OKU
terluka dan harus dirawat di rumah sakit. Dan 16 tahanan kabur.

Jika kita merunut ke belakang, perseteruan antar dua lembaga TNI-Polri bukan
pertama kali terjadi. Pasca reformasi, seteru TNI-Polri memang telah sering
terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, terutama di daerah-daerah. Jadi,
peristiwa OKU ini adalah untuk yang kesekian kalinya.

Peristiwa paling fenomenal terjadi pada 2001. Bentrokan antar anggota
Polresta Madiun dengan Batalion 501 terjadi. Diawali dengan masalah yang
sepele, yaitu berselisih di antrean SPBU, bentrok kemudian melibatkan antar
korps penegak hukum. Dua warga sipil ikut jadi korban. Kantor Polresta
Madiun -bahkan- sempat dua kali diserbu oleh anggota TNI. Baku tembak tak
terhindarkan.

Kontras mempunyai catatannya sendiri. Sejak tahun 2005 hingga tahun 2012
telah tercatat setidaknya 27 kali peristiwa bentrokan terbuka antara anggota
dua korps tersebut di berbagai daerah di Indonesia. Dari seluruh peristiwa
itu, tercatat tujuh anggota polisi tewas. Empat dari TNI. Sementara yang
luka-luka sebanyak 32 personel polisi dan 15 orang tentara.

Akar masalah seteru TNI-Polri

Berulangnya peristiwa bentrok TNI-Polri jelas amat mengkhawatirkan. Sesama
Lembaga Tinggi yang seharusnya akur, mereka malah saling berseteru satu
dengan lainnya. Hal tersebut juga menimbulkan ragam pertanyaan mengenai akar
seteru dari TNI-Polri yang sebenarnya. Sebab, peristiwa yang terjadi dan
terjadi lagi jelas pertanda bahwa upaya mendamaikan kedua belah pihak selama
ini sama sekali tidak menyentuh hingga ke akar masalah.

Banyak pengamat yang menunjuk faktor kesejahteraan yang timpang antara
prajurit TNI dan Polri sebagai akar masalah seteru dua korps negara
tersebut. Di masyarakat awam beredar guyon bahwa TNI penuh dengan
"tantangan", sementara Polri penuh dengan "tentengan".

Hal ini masih diperburuk lagi dengan adanya aturan larang berbisnis bagi
institusi TNI, yang semakin menambahkan kecemburuan ekonomi. Karena secara
tak langsung aturan itu telah menutup peluang akses ekonomi bagi
petinggi-petinggi TNI dan oknum TNI lainnya.

Sementara itu, di sisi lain, anggota Polri justru bertambah "gendut".
Meskipun tak seluruhnya, anggota Polri dipandang lebih sejahtera tingkat
ekonominya ketimbang prajurit TNI. Belum lagi kesejahteraan para oknum Polri
yang didapat dari hasil-hasil yang tak wajar. Kasus simulator SIM yang
melibatkan petinggi Polri memberi bukti akan masih adanya peluang akses
ekonomi bagi para anggota Polri.

Kemudian, persoalan kewenangan TNI yang dipangkas oleh negara pun juga bisa
dipandang sebagai faktor laten. Sejak TNI pisah dengan Polri, praktis TNI
berfungsi jika negara dalam keadaan perang. Sementara wewenang keamanan
dalam negeri sepenuhnya berada dalam lingkar kekuasaan Polri. Persoalan
seperti ini yang dipandang mudah memicu kecemburuan psikologis anggota TNI
terhadap Polri.

Selain itu faktor koordinasi pun harus juga kita cermati dan layak disebut
sebagai akar seteru dari TNI-Polri. Peristiwa di OKU kemarin hari jelas
untuk kesekian kalinya menunjukkan adanya koordinasi yang kurang antara
petinggi dua korps negara tersebut. Sudah seharusnya petinggi TNI-Polri
melakukan komunikasi secara intens, demi mencegah terulangnya kembali
bentrok antara TNI-Polri yang amat memalukan negara itu.

Tentu saja selain faktor-faktor di atas, masih banyak variabel lainnya yang
bisa diduga merupakan akar seteru dari TNI-Polri. Pada akhirnya, penulis dan
juga masyarakat awam lainnya, hanya berharap agar bentrok antara dua lembaga
negara tidak terulang lagi. Bukankah seharusnya mereka menjadi suri-tauladan
yang baik bagi rakyat yang dilindunginya? Jika mereka saja masih
mengedepankan egonya, lalu salahkah rakyat pun akan bertindak sama dalam
menghadapi suatu masalah?.

 

JPEG image

Other related posts:

  • » [apapun] Mengurai Akar Seteru TNI-Polri - Gunawan Prakoso