Menurut Hadist Islam itu akan terbagi menjadi 73 golongan dan hanya 1 golongan yang benar. /dedi --- yayantea@xxxxxxxxxxxxx wrote: > Memahami Kehadiran Islam Liberal > Nur Sholihin, Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam > Negeri, Jember > MENJAMURNYA gerakan pemikiran Islam di Indonesia > dewasa ini sebenarnya > diharapkan lebih konvergen, sehingga setiap gerakan > dapat saling > sinergi. Kategori Islam tradisional, Islam kultural, > Islam modernis, > Islam neomodernis, Islam politik, Islam liberal, dan > label-label > Islam lainnya mungkin tidak begitu relevan lagi. > Atau, setidak-tidaknya > sekadar menjadi catatan kaki untuk kepentingan > menghadirkan Islam > yang lebih komprehensif dan secara kontekstual mampu > tampil sebagai > syuhada 'ala-nnas di tengah tantangan kemanusiaan, > keumatan, > dan kebangsaan yang demikian berat dan kritis dewasa > ini. > Islam dan umat Islam saat ini makin memerlukan rumah > besar yang > setiap orang di dalamnya memperoleh ruang yang lebih > leluasa, > sekat-sekat yang terlalu rigid dan pada akhirnya > membawa kembali > ke kamar-kamar sempit. Kehadiran Islam liberal > sebagai citra > suatu kelompok baru jika terlalu diangkat secara > berlebihan mungkin > akan mengulang dikotomi di kalangan kaum muslim. > Bahkan tidak > tertutup kemungkinan kian memancing kehadiran > kelompok Islam > dari pendulum lain, sebutlah misalnya Islam garis > keras. Namun, > sebagai sebuah apresiasi, jika pada saat ini tumbuh > kegairahan > yang demikian tinggi dari sebagian kaum muslim, > khususnya kaum > terpelajar, maupun sebagai penerimaan terhadap > realitas gerakan > pembaruan Islam sejak dasawarsa 1970-an, maka > kehadiran Islam > liberal tentu merupakan sesuatu yang positif. > Lebih-lebih ketika > gerakan Islam ini memberikan harapan-harapan baru > bagi pencerahan > umat dan dunia kemanusiaan. Kita juga perlu > memberikan apresiasi > positif atas gagasan-gagasan dari gerakan Islam > liberal ini. > Kontribusi positif dari kehadiran Islam liberal > adalah koreksi > terhadap pemikiran modernisme Islam yang dalam > beberapa hal memang > memerlukan kontekstualisasi. Sebutlah tentang > paradigma kaum > modernis yang selama ini memakai tajdid yang > cenderung menguat > ke dimensi purifikasi yang skriptual melalui > pemberantasan syirik, > takhayul, bidah, dan khurafat yang demikian perkasa. > Pada saat > yang sama gerakan ini kehilangan fungsi tajdid > dinamisasi atau > kontekstualisasi yang lebih progresif. Sumbangan > berharga lainnya > dari kehadiran Islam liberal ialah apresiasi yang > terbuka terhadap > pluralisme, yang selama ini kurang memperoleh > perhatian serius > kaum modernis. > Kehadiran Islam liberal juga telah memberikan > apresiasi positif > terhadap isu-isu kontemporer seperti demokrasi, hak > asasi manusia, > dan nilai-nilai humanisme universal yang selama ini > kurang diapresiasi > oleh gerakan Islam modernis. Kendati, sekali lagi > dalam hal aktualisasinya > dan konsisten perilakunya masih perlu diuji di > tingkat empirik. > Sebagian Islam modernis bahkan terkesan bergerak ke > arah lain > dengan menunjukkan antitesis yang ekstrem terhadap > isu-isu kontemporer > tersebut. Misalnya isu Piagam Jakarta, yang makin > memperkuat > stigma lama tentang fundamentalisme Islam. > Apresiasi dan optimisme atas kehadiran Islam liberal > itu tentu > disertai catatan bahwa gerakan kini tengah > dihadapkan pada masalah-masalah > besar umat Islam khususnya serta bangsa Indonesia > dan dunia kemanusiaan > pada umumnya, baik pada level lokal, nasional, > maupun global. > Dalam konteks ini Islam liberal pada fase-fase > berikut akan diuji > keberadaan dan peran konkretnya dalam menawarkan > jawaban-jawaban > atas masalah dan tantangan mendasar sebagaimana > disebutkan itu. > Beberapa agenda sekaligus kritik dapat diajukan > sebagai catatan > kaki bagi Islam liberal, antara lain, pertama, > seberapa jauh > gerakan Islam liberal mampu menawarkan > institusi-institusi sosial-keagamaan > baru sebagai buah dari ijtihad atau pembaruannya > yang jauh lebih > cemerlang daripada prestasi yang diukir oleh > modernisme Islam > di masa lalu. Islam liberal tentu tidak ingin > mengakhiri proyek > pembaruannya dengan sekadar membangun sekolah dan > universitas > yang sebenarnya telah dirintis secara lebih cerdas > dan mapan > oleh Islam modernis. > Kedua, jawaban apa yang dapat diberikan oleh Islam > liberal dalam > memecahkan konflik-konflik sosial-keagamaan yang > bercorak primordialisme > ketika gerakan ini secara radikal telah lama > menawarkan teologi > inklusif untuk pluralisme sosial dan agama. Peran > profetik apa > yang dapat diberikan oleh Islam liberal ketika > menghadapi konflik > Ambon, Sampit, dan konflik-konflik sosial lainnya > yang hingga > kini terus berlangsung. Pertanyaan lain ialah > bagaimana Islam > liberal dapat bersikap inklusif terhadap > kepusparagaman di tubuh > umat Islam sendiri. Dari yang bercorak radikal > hingga akomodatif, > ketika pada saat yang sama mampu menunjukkan > apresiasi yang inklusif > terhadap minoritas nonmuslim di Tanah Air. > Ketiga, model aktualisasi politik dan sosial semacam > apa yang > dapat direkomendasikan oleh gerakan Islam liberal > dalam konteks > Indonesia, manakala gerakan ini menolak > institusionalisasi agama > ke dalam sistem politik/negara, juga menolak keras > politik aliran/ > sektarian. Kenyataan empirik menunjukkan bahwa di > negeri ini > agama dan politik secara niscaya melekat dengan > kebutuhan dan > dinamika kehidupan seluruh bangsa yang kebetulan > mayoritas umat > Islam. > Keempat, Islam liberal komitmen untuk pencerahan > melalui gerakan > Islam kultural. Masyarakat madani atau civil society > juga menjadi > tumpuan dalam gerakan sosial-keagamaan Islam > liberal. Kelima, > apa yang telah diperbuat oleh gerakan Islam liberal > dalam dua > puluh tahun terakhir dalam memberikan solusi moral > berdasar teologi > sufisme yang dikembangkannya, ketika bangsa ini dari > hari ke > hari dililit oleh krisis moralitas yang luar biasa. > Apakah kaum > Islam liberal akan tetap menjaga jarak dari problem > moral tersebut > dengan sekadar memberikan fatwa-fatwa teologis yang > pada akhirnya > bersifat normatif juga jika tanpa disertai dengan > gerakan emansipatoris > untuk menyikapi kebobrokan dengan sikap tegas. Atau > cukuplah > Islam liberal sesuai dengan teologi inklusifnya > berdiri dalam > posisi netral agar tidak terjebak pada gaya nahi > munkar kaum > modernis yang serbalugas, karena hal semacam itu > jauh lebih memberi > keamanan dan tidak menyakiti siapa pun di Republik > ini. > Ketika kaum modernis muslim dinilai tengah > kehilangan peran tajdidnya > maka seberapa jauh Islam liberal dapat memberikan > jawaban cemerlang > yang konkret atas krisis moral maupun krisis > kehidupan di tubuh > bangsa ini yang mekar secara luar biasa itu? > Lebih-lebih dalam > memberikan jawaban profetik terhadap persoalan > struktural seperti > kemiskinan, penindasan, dan berbagai penyakit sistem > dalam kehidupan > bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Persoalan > moral === message truncated === __________________________________________________ Do You Yahoo!? Yahoo! - Official partner of 2002 FIFA World Cup http://fifaworldcup.yahoo.com =============================================================== (C)opyright 1999-2002 UntirtaNet Milis ini dikelola oleh alumni Universitas Tirtayasa Banten - Indonesia dan terbuka untuk semua Civitas Academica Universitas Tirtayasa Banten Untuk berlangganan, kirim email ke: untirtanet@xxxxxxxxxxxxx, dengan Subject 'Subscribe' atau lansung ke //www.freelists.org/cgi-bin/list? list_id=untirtanet Untuk kirim pesan: untirtanet@xxxxxxxxxxxxx Please visit our Homepage: http://www.untirtanet.org ---------------------------------------------------------------------------