[breaktime-corner] Re: Pertama Kali Iblis Mampir Ke Pulau Jawa.

  • From: "Adhi ikhwan Noviyanto" <adhi.ikhwan@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: <tea-corner@xxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Sat, 5 May 2012 16:43:49 +0800

Cukup membingungkan

 

________________________________

From: tea-corner-bounce@xxxxxxxxxxxxx [mailto:tea-corner-bounce@xxxxxxxxxxxxx] 
On Behalf Of gunawan prakoso
Sent: Saturday, May 05, 2012 1:17 PM
To: tea-corner@xxxxxxxxxxxxx
Cc: gunawan.prakoso@xxxxxxxxx
Subject: [breaktime-corner] Pertama Kali Iblis Mampir Ke Pulau Jawa.

 

 

Pertama Kali Iblis Mampir Ke Pulau Jawa.

 

 

Penduduk dan Agama Asli Jawa.

Gagasan bahwa umat manusia berasal dari Adam diceritakan oleh mitos lain yang 
menghubungkan mata rantai antara generasi saat ini dan nenek moyang mereka. 
Menurut mitos di kalangan penduduk Cirebon, pertama kali Adam mendapat 
keturunan adalah ketika ia berusia sekitar 130 tahun, Hawa mengandung dan 
melahirkan anak kembar, satu pria dan satu wanita, yang diberi nama Qabil dan 
Iqlima. Secara keseluruhan Hawa melahirkan sampai 42 kali, dan setiap kelahiran 
adalah kembar (satu laki-laki dan satu perempuan), kecuali pada kelahiran yang 
ke-6, yaitu ketika Hawa mengandung hanya satu anak laki-laki, yaitu Syits, dan 
yang ke-40 kali, yaitu ke-tika mengandung hanya seorang anak perempuan, Hunun.

Ketika Hawa melahirkan pasangan kembar yang kelima, Adam menetapkan aturan 
perkimpoian, bahwa anak lak-laki yang tampan harus menikah dengan anak 
perempuan yang tidak cantik, sedangkan anak laki-laki yang tidak tampan harus 
menikah dengan anak perempuan yang cantik. Karena setiap Hawa melahirkan selalu 
kembar dua, sehabis kembar cantik dan tampan, kemudian kembar tidak cantik dan 
tidak tampan, dengan demikian menurut aturan ini dipastikan bahwa tak seorang 
anaknya pun yang bisa menikahi kembarannya.

Pada tahap ini, Iblis -yang telah menyebabkan mereka dilempar dari surga- 
menyiapkan sebuah rencana baru. Ia mencoba lagi mengganggu Adam dan Hawa, 
tetapi tidak bisa melakukannya dengan cara yang sama seperti ia telah melakukan 
di surga, sebab alam mereka telah menjadi sangat berbeda. Adam dan Hawa adalah 
makhluk fisik (jasmani, kasar), sedangkan iblis sendiri adalah makhluk 
non-fisik (rohani, halus). Iblis kemudian memasuki hati Siti Hawa dan berbisik 
kepadanya agar memberontak melawan terhadap aturan perkimpoian Adam dengan 
menentang dan mengesankan sebagai aturan yang kontroversial; yaitu, putranya 
yang tampan juga harus menikah dengan putrinya yang cantik, dan putra yang 
tidak tampan juga harus menikah dengan putrinya yang tidak cantik.

Untuk mendukung pernyataan mereka, Adam dan Hawa masing-masing mengklaim berhak 
atas anak-anak mereka dan oleh karena itu juga berhak untuk menetapkan 
peraturan perkimpoian. Masing-Masing bersikeras bahwa anak-anak itu benar-benar 
berasal dari badannya; menurut Adam dari spermanya dan menurt Hawa dari sel 
telornya. Untuk memecahkan masalah tersebut akhirnya mereka sepakat untuk 
menuangkan kedua unsur tersebut (sperma dan sel telur) ke dalam dua bejana 
(atau cupu) yang berbeda untuk memohon bimbingan Tuhan.

Suatu hari setelah berdoa, muncullah angin yang cukup kencang menerbangkan 
bejana Siti Hawa. Ketika itu Adam berusia sekitar 160 tahun, di dalam bejananya 
berkembanglah seorang bayi laki-laki yang manis. Mereka kemudian paham bahwa 
semua yang telah terjadi adalah Kehendak Tuhan lalu memberi nama bayi itu 
Syits. Sejak saat itu, aturan perkimpoian yang dirancang oleh Adam pun berlaku. 
Keseluruhan populasi manusia dunia, oleh karena itu turun dari Adam 
melalui/sampai anak-anak nya (kecuali Hunun, yang tidak menikah sebab dia 
dilahirkan tanpa kembaran, dan Habil, yang dibunuh sebelum mempunyai anak), 
termasuk Syits, yang mendapatkan isterinya dengan cara berbeda.

Gagal menggoda Hawa, Iblis tidak berhenti mengganggu; ia beralih kepada 
anak-anaknya. Sebagai hasil usahanya, diluar dari yang empatpuluh perkimpoian 
antara anak-anak Adam, ada tiga pasang yang memilih menentang aturan 
perkimpoian dan menikahi pasangan kembar mereka yang tampan dan cantik. Mereka 
adalah: pasangan kembar sulung, Kabil menikahi Aklima; pasangan kembar kelima, 
Harris menikahi Dayuna; pasangan kembar kelimabelas, Lata menikahi Ujiah 
('Uzza). Kabil menikahi Aklima setelah pembunuhan suaminya, Habil. Untuk 
menyatakan pemberontakannya mereka meninggalkan tempat Adam; Kabil-Aklima ke 
selatan Afrika; sedangkan Lata-Ujiah ke arah barat Afrika (Eropa?); dan 
Harris-Dayuna pergi ke arah timur ke negeri China.

Tanpa menetapkan dari pasangan mana penduduk asli Jawa dimulai, mitos ini 
mengatakan bahwa ekspedisi laut yang pertama ke Pulau Jawa diadakan oleh Wazir 
Asia barat, Alexander The Great (Iskandar Zulkarnain, Nabi Dzul Qarnayn). Ia 
sengaja mengirim sebanyak 2.000 laki-laki dan perempuan untuk menduduki Pulau 
Jawa. Sayangnya mereka menemui ketidakramahan dan sebagian besar mereka dibunuh 
oleh penghuni asli, termasuk beberapa macam binatang buas liar, lelembut dan 
dedemit (hantu). Tidak lebih dari 100 orang yang tersisa dan kembali ke Asia 
barat.

Ekspedisi kedua dikirim lagi tetapi dengan kewaspadaan tinggi, turut serta 
sejumlah tetua yang bijak dan suku-suku yang berbeda, terutama sekali 
orang-orang dari selatan dan Asia tenggara (Keling dan Campa). Ada sekitar 
20.000 laki-laki dan perempuan, yang dipimpin oleh Syeikh Subakir yang mendarat 
di Pulau Jawa. Syeikh Subakir segera pergi ke Gunung Tidar di mana ia menemui 
Semar dan Togog, para pemimpin mahluk halus di Jawa dan merundingkannya dengan 
mereka.

Mereka akhirnya mencapai suatu persetujuan dengan membiarkan pendatang baru itu 
untuk tinggal di Pulau Jawa dengan syarat mereka harus sadar bahwa Pulau Jawa 
sesungguhnya dihuni oleh banyak mahluk halus, sehingga kedua belah pihak 
-terutama pendatang pertama (penghuni asli)- yang lebih dulu harus berusaha 
untuk mendukung kehidupan bersama yang tenang (rukun) satu sama lain. Sejak 
saat itu Pulau Jawa telah dihuni oleh makhluk halus dan juga manusia.

Posisi keturunan Adam, Syits, menjadi makin signifikan. Mitos mengatakan bahwa 
Syits tadinya adalah salah satu dari anak-anak Adam yang paling terkasih, dan 
oleh generasi kemudian kepadanya figur mitos penting ditujukan. Ia menikah Dewi 
Mulat, namun siapa dia, dari mana dia datang, dan bagaimana Syits berjumpa 
dengannya, tidak diuraikan. Syits, pada sisi lain, digambarkan sebagai anak 
yang berkelakuan baik, sehingga kemudian setelah Adam meninggal pada usia 960 
tahun, Syits menerima warisan kenabian Adam.

Hal ini menjadikan kebanggan dan sekaligus kecemburuan pada diri Idajil, Raja 
jin. Idajil ingin, dan kemudian mencoba, untuk mempunyai keturunan yang bisa 
mengambil alih, atau paling tidak, membawa kemuliaan Adam dan Syits. Ia ingin 
Syits menikahi putrinya, Delajah. Namun sayangnya, Syits telah menikahi Dewi 
Mulat. Bagaimanapun juga Idajil tidak berputus asa, sebagai gantinya, ia 
membuat segala cara yang mungkin untuk mewujudkan hasratnya. Ia menyindir 
putrinya, Delajah, ke dalam diri Dewi Mulat dan dengan diam-diam menaruhnya di 
samping Syits. Pada waktu yang sama ia membawa Dewi Mulat. Setelah tahu dengan 
pasti bahwa Delajah telah dihamili ia melepaskannya dan dengan seketika 
menggantinya dengan Dewi Mulat karena takut ketahuan.

Dari perkimpoiannya dengan Syits, Dewi Mulat melahirkan anak kembar. Yang satu 
adalah seorang manusia sempurna bernama Anwas. Yang satu lagi adalah seorang 
yang mengesankan sebagai cahaya dalam figur manusia, bayi spiritual yang 
sebenarnya adalah putra Delajah dan Syits. Dinamakan Anwar (bentuk jamak dari 
kata Arab "Nur" yang artinya "cahaya").

Dua bayi tersebut (satu manusia dan satunya lagi, sesungguhnya, adalah jinn), 
dirawat dengan cinta dan kasih sayang, bahkan ketika Adam telah sadar bahwa 
Idajil yang telah campur tangan dalam hubungan tersebut. Selama masa 
kanak-kanak mereka, mereka menghormati kakek dan nenek dan orang tua mereka 
dengan sangat baik, dan bangga akan mereka, tetapi kemudian Anwas dan Anwar 
menunjukkan pilihan dan kebiasaan yang jelas sangat berbeda.

Anwas sangat jelas mengikuti kebijaksanaan dari kakek dan bapaknya, menjadi 
seorang yang beriman dengan tulus, gemar akan pelajaran kebenaran dan iman. 
Anwar, bagaimanapun, senang akan pengembaraan untuk mencari kebijaksanaan 
melalui perenungan dalam ketenangan dan tempat-tempat asing/aneh seperti di 
atas pegunungan, di dalam rimba raya dan di dalam gua. Sebelum kematiannya, 
Adam menceritakan kepada Syits agar seksama bahwa para putranya Anwas dan Anwar 
akan mengambil alur berbeda. Ramalan ini sebenarnya setelah Adam meninggal. 
Anwar selalu bersedih ketika mengingat bahwa manusia akhirnya mati, tak bisa 
bergerak dan dikuburkan. Syits menceritakan kepadanya bahwa itu adalah proses 
yang alami dan bahwa itu akan terjadi pada semua orang tanpa perkecualian. 
Tetapi duka cita Anwar tak tertahankan dan ia mengolah pikirannya untuk 
meninggalkan orang tuanya dan untuk mengambil tindakan apapun yang akan 
memungkinkan dia untuk menghindari penyakit dan kematian. Ia mengembara 
mencari-cari sesuatu yang akan memastikan harapannya. Idajil dengan segera 
mengambil keuntungan dari kesempatan; ia menemui Anwar, yang sesungguhnya 
adalah cucunya, dan menceritakan kepadanya bahwa keputusannya adalah baik dan 
ia berjanji untuk membantunya.

Idajil membimbing Anwar ke arah utara, ke Dulmat. Di sini Idajil melakukan 
suatu tindakan magis, pertama dengan membuat awan tebal yang membungkus badan 
mereka bersama-sama. Seketika awan menghilang, sebuah sumber air nampak di 
depan mereka. Ia meminta Anwar untuk minum sebanyaknya, sekuat kemampuannya, 
serta agar berendam di sumber air yang disebut Tirta Marta Kamandanu (air 
kehidupan), air kehidupan kekal. Ia juga memberi Anwar bejananya Siti Hawa, 
yang disebut Cupu Manik Astagina, bejana permata dengan delapan keistimewaan, 
yang telah ditemukan Idajil setelah bejana itu diterbangkan oleh angin yang 
kencang. Ia meminta Anwar untuk mengisinya dengan air, untuk beberapa keperluan 
di masa mendatang. Salah satu keistimewaan bejana tersebut bahwa air di 
dalamnya tidak pernah dapat habis.

 

Idajil kemudian memimpinnya keluar dari tempat ini dan menceritakan kepadanya 
agar mengambil sekuntum tumbuhan Rewan yang akan ia temukan dalam perjalanan 
kembalinya, akarnya disebut Latamansadi, yang mujarab untuk mengobati segala 
macam penyakit. Idajil kemudian menghi-lang, membiarkan Anwar dalam keadaan 
ragu-ragu kemana akan pergi. Tetapi pada akhirnya Anwar menemukan tumbuhan 
tersebut dan ia dengan gembira mengambil sebagian dari akar latamansadi.

Pada waktu itu Anwar telah menemukan berbagai hal yang penting yang ia 
benar-benar menginginkan: menghindari penyakit, dengan menguasai latamansadi, 
dan menghindari kematian dengan minum dan mandi dengan air kehidupan kekal. Ia 
mempunyai lebih banyak lagi bejana permata delapan keistimewaan dan beberapa 
cadangan air kehidupan kekal. Setiap ia menginginkan masih ada lagi.

Mitos melanjutkan dengan cerita bagaimana Anwar di bawah bimbingan Idajil, 
dapat berjalan dan bergerak dengan kecepatan rohani yang hebat. Misalnya, ia 
terdorong untuk melakukan petualangan lebih lanjut: ke laut Iraq, dimana disana 
ia berjumpa dengan para malaikat yang dikutuk, yaitu Harut Dan Marut, yang 
mengajarinya ilmu astrologi untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa 
datang.

Di Afrika ia berjumpa dengan paman dan bibinya, Lata dan Ujiah ('Uzza), putra 
dan putri Adam yang suka menentang yang mengajarinya bagaimana cara memperoleh 
hidup nyaman dengan berkelimpahan.

Di Gunung Cauldron di muara Sungai Nil, Anwar berjumpa lagi dengan Idajil, 
tetapi ia tak mengenalinya. Idajil memberinya pengalaman mistis melihat surga; 
diajarinya agar dapat bergerak lebih cepat dari angin; dan memberinya hadiah 
yang mahal, Ratna Dumilah, sebuah intan permata seperti lampu bersinar yang 
bisa membimbingnya ke jalan yang lebih terang; Idajil mengajarinya, dan 
memberinya hak otoritas untuk mengajarkan doktrin tentang kehidupan kekal 
melalui 'reinkarnasi', dan untuk mencapai surga bagi mereka yang tidak ingin 
menjelma lagi (dalam reinkarnasi).

Idajil juga memintanya untuk mengejar pengetahuan yang lebih lanjut seperti 
pencerahan di Maladewa (Maldive), suatu pulau di Lautan India, sebelah 
barat-daya India.

Setelah mengikuti semua instruksinya, Anwar meraih prestasinya yang paling 
tinggi dalam suatu bentrokan singkat dengan Nuradi, raja jin di pulau Maladewa, 
Nuradi menyerah kepadanya dan mengaku bahwa Anwar jauh lebih kuat. Nuradi 
menyerahkan tahtanya kepada Anwar. Ia meminta para pengikutnya untuk memuja 
Anwar dan menghormatinya sebagai dewa sejati. Mereka menyebut Anwar sebagai 
raja dewa yang baru dengan julukan Sang Hyang Nur Cahya, artinya Roh Super 
Cahaya.

Sejak Anwar memperoleh kekuasaan, 'agama Sang Hyang' secara formal dibentuk 
dengan reinkarnasi sebagai dok-trin utamanya. Ia menikahi Putri Nuradi, Dewi 
Rini, yang dengannya ia memperoleh keturunan. Agama Sang Hyang ini kemudian 
dibawa ke Pulau Jawa oleh Batara Guru, keturunan ke-4 Sang Hyang Nur Cahya. 
Batara Guru datang ke Pulau Jawa dari India, menikahi seorang perempuan Jawa 
dan memperoleh seorang putra. Ketika Batara Guru kembali ke India, posisinya 
digantikan oleh putranya yang asli Jawa. Ketika Bhagawan Abiyasa dan Pandu 
Dewanata -Keturunan ke-14th dan ke-13th Sang Hyang Nur Cahya dari Bhatara Guru- 
mengambil kepemimpinan, Agama Sang Hyang ini tersebar lebih luas. Agama ini 
telah diadopsi oleh orang Jawa sampai Islam datang.

Tidak sama dengan Anwar -yang dulu dilahirkan sebagai roh dan yang membentuk 
agamanya sendiri setelah mela-kukan perenungan dan pencarian panjang dalam hal 
kebijaksanaan di bawah bimbingan Idajil- Anwas dilahirkan sebagai manusia 
nyata, yang mengikuti agama risalah dari kakeknya (Adam) dan bapaknya (Syits). 
Ia memperoleh keturunan yang juga nabi, termasuk Muhammad, nabi yang terakhir. 
Mereka meneruskan agama Allah kepada yang mau menerimanya.

Menurut mitos, skenario Idajil tidak berakhir dengan Anwar, yang menjadi 
perhatian utamanya adalah untuk mempunyai keturunan yang menjaga kemuliaan 
Syits antara jin atau manusia. Di kemudian hari, dari perkimpoian silang 
keturunan Anwar dengan jenis manusia, muncullah beberapa jenis keturunan, ada 
yang jin, ada yang manusia, juga ada yang sete-ngah jin setengah manusia. 
Beberapa di antara mereka adalah figur terhormat: dari kalangan jin yaitu Sang 
Hyang, dari jenis manusia adalah Sang Prabu, Pandhita, dll., dan di antara yang 
setengah jin setengah manusia adalah Bhatara, dan Bhagawan. Keturunan yang 
terakhir ini, dengan tradisi agama mereka (agama Sang Hyang) yang menduduki 
Pulau Jawa yang mendahului Islam.

Di lingkungan wilayah Cirebon, keseluruhan mitos ini menjadi bagian dari 
tradisi kesusasteraan yang berkaitan dan menjadi mata rantai dengan bapak 
penemu mereka, Sunan Gunung Jati. Dari Adam dapat diusut dari kedua sisi: Anwar 
dan Anwas. Ibu Sunan Gunung Jati, Rarasantang, adalah putri Prabu Siliwangi, 
Raja Pajajaran, Keturunan Jawa ke-41 dari Batara Guru, dan keturunan ke-45 dari 
Sang Hyang Nurasa, Putra Syits, putra Adam. Ayah Sunan Gunung Jati adalah 
Syarif Abdullah, Wazir Kerajaan Turki di Mesir, keturunan ke-21 dari Nabi 
Muhammad, sedangkan Nabi Muhammad sendiri adalah keturunan ke-37 dari Anwas, 
putra Syits, putra Adam.

Pesan di balik mitos ini telah jelas sudah: pada satu sisi, Sunan Gunung Jati 
dan keturunannya mempunyai hak-hak legitimasi kepemimpinan baik secara rohani 
maupun politis bagi seluruh penduduk Jawa, baik itu para pengikut Sang Hyang, 
orang Islam, makhluk halus, atau manusia, sepanjang mereka adalah keturunan 
Adam atau jin. Dengan begitu mereka semua harus tinggal dalam keselarasan 
(rukun) di bawah kepemimpinan keturunannya.

Pada sisi lain, mitos ini secara implisit menyatakan bahwa Allah adalah Yang 
Maha Tertinggi dan Maha Esa. Sedangkan dewa-dewa lain yang sebagian besar jenis 
Sang Hyang adalah tak lain hanya nenek moyang kita yang layak untuk dihormati 
tetapi tidak untuk dipuja/disembah. Mereka tak berdaya menghadapi kuasa ilahi 
mandiri dan riil. Jika mereka menunjukkan suatu kekuatan, adalah sebab Tuhan 
telah memberikan kepada mereka. Kekuatan mereka dapat dicabut kapan saja Tuhan 
mau. Lebih dari itu, seperti halnya kita, mereka hanya keturunan Syits, putra 
Adam. Adam sendiri adalah ciptaan Tuhan, yang pernah suatu kali dihukum. Ia 
selamat setelah tobat dan telah diserahi posisi sebagai Wakil Tuhan di atas 
bumi (khalîfatullâh fil ardh), setelah dicurahkan RahmatNya. Meski demikian, ia 
juga mengalami mati karena ia hanya makhluk ciptaan.

Idajil, jinn hebat yang kuat, yang telah mendukung kelahiran Sang Hyang, adalah 
tak lain hanya sosok makhluk, posisinya di bawah Adam, bahkan di bawah Syits. 
Musuh mereka yang umum adalah setan, Iblis dan setan, yang selalu menawarkan 
godaan untuk melakukan kejahatan dan menyebabkan penderitaan. Bagaimanapun 
juga, Idajil telah jatuh ke dalam cobaan/tipuan ini.

 

 

JPEG image

JPEG image

Other related posts: