[breaktime-corner] Pasar Kota Kembang, Bandung: Cermin Pembajakan yang Terbiarkan

  • From: "gunawan prakoso" <gunawan.prakoso@xxxxxxxxx>
  • To: <tea-corner@xxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Sun, 8 Jan 2012 22:24:37 +0700

Pasar Kota Kembang, Bandung: Cermin Pembajakan yang Terbiarkan


 

 

SUATU hari di tahun 2005, teman kosan saya mengajak saya ke Kokom dengan
gaya nakal. Yeah, jangan tanyakan ke saya gimana gaya nakal temen cowok saya
itu. Tapi di pikiran saya, Kokom adalah sejenis Saritem atau Dolly. Saya pun
menggeleng ogah. Dia pun kemudian bilang, kalau kita akan dapat kepuasan
hanya dengan membayar lima ribu. Yeah, saya mulai berpikir macem-macem. Tapi
setelah dipuringkal-puringkeul, tahulah saya kalau Kokom adalah Kota
Kembang, sebuah areal toko yang isinya DVD/VCD/MP3/CD PS yang sialnya
bajakan semua.


 
<http://3.bp.blogspot.com/-mxJirsUVF0E/Twl51pxMhlI/AAAAAAAAHuo/AsJkb-35BfU/s
1600/asewtey.JPG> Description: Description:
http://3.bp.blogspot.com/-mxJirsUVF0E/Twl51pxMhlI/AAAAAAAAHuo/AsJkb-35BfU/s4
00/asewtey.JPG


Terletak di Dalem Kaum, Alun-Alun Bandung. Foto: wikimapia.org

 


 
<http://4.bp.blogspot.com/-HqQdLlLQXTI/Twl7TdXlqUI/AAAAAAAAHu4/t0Rey23e8b0/s
1600/turtud.JPG> Description: Description:
http://4.bp.blogspot.com/-HqQdLlLQXTI/Twl7TdXlqUI/AAAAAAAAHu4/t0Rey23e8b0/s3
20/turtud.JPG


Parkir motor selalu penuh di sepanjang pinggir jalan.

 


 
<http://3.bp.blogspot.com/-r-7orDYA6uM/Twl7X3c0RxI/AAAAAAAAHvA/mHghKive3GQ/s
1600/gfjdd.JPG> Description: Description:
http://3.bp.blogspot.com/-r-7orDYA6uM/Twl7X3c0RxI/AAAAAAAAHvA/mHghKive3GQ/s3
20/gfjdd.JPG


Kokom tampak pinggir (featuring: cewek pegang BB)

Yeah, siapa, sih, yang enggak suka bajakan? Mungkin cuma orang kaya yang
tentu enggak pelit yang suka nonton DVD orisinal yang harganya bisa sampe
ratusan ribu per keping. Tapi Kokom selalu didatangi berbagai kalangan.
Mulai dari mahasiswa, pekerja, kalangan menengah, bawah, orang kaya raya
yang nyewa pembokat buat beli di sana. Pokoknya itu  tempat bener-bener rame
terutama pas weekend: Sabtu dan Minggu.


 
<http://3.bp.blogspot.com/-9jMRX99ZwrY/Twl7cF96_nI/AAAAAAAAHvI/AIij7ojrYYo/s
1600/ste.JPG> Description: Description:
http://3.bp.blogspot.com/-9jMRX99ZwrY/Twl7cF96_nI/AAAAAAAAHvI/AIij7ojrYYo/s4
00/ste.JPG


Tampak depan (featuring: cewek berselempang putih dijual terpisah).

Dan pada tahun 2005 itu, tempatnya lumayan kumuh, dengan lantai yang tidak
dikeramik. Jika hujan turun, lantai pun becek dan bikin alas sandal atau
spokat kita kotor.  Lapak-lapak dipenuhi DVD-DVD yang berjejer rapi, para
pedagang dan konsumen sibuk sendiri tanpa sempat memperhatikan orang
sekitar. Harga per keping pun lima ribu rupiah sampai sekarang, meski sempat
naik serebu perek eh perak pada tahun 2009-2010-an.  Bertahun-tahun
kemudian, si Kokom ini sudah lebih modern. Meski enggak banyak lapak yang
nyediain TV plus DVD player buat ngecek-ngecek dipidi oleh konsumen, namun
lantai yang berkeramik bikin tempat ini lumayan nyaman. Yah, tentu saja
dengan desak-desakan yang sudah menjadi ciri khas.


 
<http://1.bp.blogspot.com/-dC_ZYhdpz88/Twl5nlJL7fI/AAAAAAAAHuY/3aOg_liika0/s
1600/bvm%252C.JPG> Description: Description:
http://1.bp.blogspot.com/-dC_ZYhdpz88/Twl5nlJL7fI/AAAAAAAAHuY/3aOg_liika0/s3
20/bvm%252C.JPG


Penjual dipidi. Ada 3 orang. Keknya kakak adik.

 


 
<http://2.bp.blogspot.com/-nNNAQ24ydrc/Twl5rvbzCyI/AAAAAAAAHug/hA-nUkGMnbQ/s
1600/fgjd.JPG> Description: Description:
http://2.bp.blogspot.com/-nNNAQ24ydrc/Twl5rvbzCyI/AAAAAAAAHug/hA-nUkGMnbQ/s3
20/fgjd.JPG


Kadang ini ibu penjual suka ngomel sendiri, lho.

Saya sendiri selalu ke Kokom terutama sepanjang tahun 2007. Selepas itu saya
jarang banget ke sana. Dan pada Kamis dan Sabtu kemarin saya kembali ke
pangkuan Kokom dan bayangan masa lalu pun terlintas. Yeah, pedagang yang
sama dengan seseorang di samping saya yang berbeda. Itu pasti menyakitkan
jika menyadari kita tidak lagi ke tempat dengan orang yang sama seperti yang
pernah terjadi di masa lalu. Dan . cukup. Saya enggak akan membiarkan
tulisan ini jadi mellow.

Pasar Kota Kembang, Bandung: Cermin Pembajakan yang Terbiarkan

SEBENARNYA pas saya masuk kuliah dan pikiran kritis saya semakin mengeong,
saya sadar kalau apa yang selama ini saya lakukan adalah kesalahan. Yeah,
saya telah mendukung pembajakan yang tentu mengangkangi hukum karena
melanggar hak cipta. Tapi saya sudah mengonsumsi yang bajakan sejak SMA
-saat itu format VCD. Tapi untuk skala kaset, saya selalu membeli yang
orisinal sejak SD. Maklum, kalau kaset bajakan enggak akan ada sampul
liriknya. Dan kemudian, kegiatan mengonsumsi DVD bajakan pun menjadi hobi
lantaran kesukaan saya menonton film. Saya tentu hanya salah satu dari
sekian ratus  juta orang Indonesia yang melakukan hal yang sama. Dan saya
pun beralibi: toh yang saya beli adalah bajakan film luar, jadi sekalian
melawan kapitalisme orang barat. Dan lagi, toh yang bikin-bikin itu
(produser) sudah pada kaya, jadi 'tak masalah' jika karyanya dibajak. Wong
mereka sudah mendapatkan keuntungan lebih di negara asalnya.


 
<http://2.bp.blogspot.com/-2AUMJ7f9vls/Twl5emrWTRI/AAAAAAAAHuI/VYqSUN0vlAk/s
1600/b%252Cn%252C.JPG> Description: Description:
http://2.bp.blogspot.com/-2AUMJ7f9vls/Twl5emrWTRI/AAAAAAAAHuI/VYqSUN0vlAk/s3
20/b%252Cn%252C.JPG


Tampak dalam (featuring: dua sejoli yg mu nuntun di kos2an).

 


 
<http://3.bp.blogspot.com/-y2rvm839ZTQ/Twl5jpalL1I/AAAAAAAAHuQ/SwdxMaEBCig/s
1600/bmvm.JPG> Description: Description:
http://3.bp.blogspot.com/-y2rvm839ZTQ/Twl5jpalL1I/AAAAAAAAHuQ/SwdxMaEBCig/s3
20/bmvm.JPG


Toilet, bayar serebu (featuring: pembersih WC).

Di sisi lain, sebenarnya saya (kita) sudah beneran jadi kriminal pelaku
smooth criminal. Di sisi lain, apa yang kita lakukan adalah suatu apresiasi
besar terhadap film. Ah, gaya amat itu kalimat. Ngomong aja, keinginan
membutuhkan hiburan. Yeah, apapun, masyarakat enggak akan mendapatkan akses
mendapat bajakan jika pemerintah mengunci peredaran DVD bajakan. Namun
faktanya, Kokom misalnya, tidak pernah di-banned sampai sekarang. Kokom pun
sempat 'menghilang' atau ditutup, itu pun hanya berlangsung dalam hitungan
pekan. Dan kita pun tahu apa yang terjadi 'di dalam'. Yeah, keberpihakan
aparat terhadap praktek ilegal ini.

Sebab jika pemerintah kita tegas, lapangan pekerjaan dari penjual DVD itu
akan hilang, masyarakat kelas menengah ke bawah yang butuh hiburan itu pun
cuma bisa nonton TV doang. Positifnya, masyarakat jadi kehilangan akses
mendapatkan film-film tanpa sensor seperti film berbau seks dan kekerasan.
Maklum, hari gini anak kecil aja bisa nonton Saw atau American Pie. Alias,
semua genre film bisa dibeli secara bebas tanpa tebang pilih konsumen. Bagi
penjual dipidi, yang penting mah laku. Lihat aja cara beberapa pedagang di
luar toko nawar-nawarin bokep terutama ke cowok-cowok brondong atau tipikal
mahasiswa.

Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI)

Siapapun enggak sudi karya kita dibajak. Hal yang sering dialami oleh
blogger yang karyanya wara-wiri tanpa izin di kancah internet. Sementara
sang blogger sendiri sebenarnya sudah melakukan 'kejahatan'
(nyindirdirisendiri.com). Yeah, dunia hukum mengenal sistem perlindungan Hak
atas Kekayaan Intelektual. Adalah peran antara pencipta/inventor,
pengusaha/industri dan pelindung hukum. Pada kenyataan di lapangan, sistem
ini tidak berjalan baik karena beberapa faktor berikut (referensi: Fenomena
VCD Bajakan di Antara Hak Kekayaan Intelektual
<http://www.berpolitik.com/static/myposting/2008/11/myposting_17466.html> .

 

 
<http://2.bp.blogspot.com/-xrzvfQU4x60/Twl5Yr3ggcI/AAAAAAAAHuA/REEefG0iRWo/s
1600/gfhf.JPG> Description: Description:
http://2.bp.blogspot.com/-xrzvfQU4x60/Twl5Yr3ggcI/AAAAAAAAHuA/REEefG0iRWo/s3
20/gfhf.JPG

1.  Lemahnya penegakan hukum

Karya yang punya izin dan nomor hak cipta saja bisa dibajak, apalagi
karya-karya blogger yang dipublikasikan bebas di internet. Saya tidak mau
berpanjang-panjang karena bagian ini saya emang sengaja enggak mau banyak
omong. Yeah, kalian tahu sendiri tentu. Di Bogor, jarak antara kantor polisi
dan  areal yang konon masih menjadi tempat prostitusi waria di Taman Topi
saja masih tetap 'hidup'. Simak artikel hasil  googling berikut:
<http://i-publish.tumblr.com/post/615860963/tugas-jurnalisme-artikel-feature
> Tugas Jurnalisme - Artikel Feature

2. Kesadaran Masyarakat

Masyarakat kita memang perlu diberi banyak pemahaman. Namun pihak 'sono'
mungkin merasa cukup dengan iklan layanan masyarakat yang menjamur pada
akhir 2011, dan sayangnya udah jarang ditemukan (mungkin biaya pasang iklan
di TV itu mahal). Soal pemahaman pun enggak hanya soal HKI, tapi aspek yang
lainnya pula. Ini tentu PR yang susah dikerjakan. Jadi yang paling praktis
adalah 'membiarkan' selama chaos tidak tampak ke permukaan.  Yeah, fenomena
gunung es. Dan kita enggak bisa berharap banyak dari Tanah Air kita.

3. Keadaan Ekonomi

Jual beli film bajakan merupakan bidang pekerjaan yang menguntungkan
produsen dan pelapak. Ini juga menguntungkan masyarakat kita yang kebanyakan
kalangan menengah untuk mendapatkan tontonan yang 'layak'. Ketika TV hanya
menawarkan akting sejenis Nikita Willy nangis yang lebih mirip orang nahan
berak, penonton cerdas lebih milih drama Korea yang sialnya cuma bisa
didapetin di Kokom atau Glodok, Jakarta.

Kesimpulan

KITA memang punya budaya memilih produk bajakan karena punya harga yang
berbeda dengan kualitas yang setara dengan yang orisinal. Enggak hanya soal
DVD, produk-produk pakaian saja banyak yang kawe (palsu). Dan ketika kita
menggunakannya, tidakkah hati nurani kita mengatakan: wah, malu sebenarnya
karena selama ini gue udah pake barang kawe bin bajakan. Tapi kata-kata
batin itu dikikis manakala banyak orang yang melakukannya, sehingga membeli
barang kawe, sudah bukan hal yang memalukan, apalagi dianggap melanggar
hukum.  Hanya, saya menyarankan untuk tidak membeli produk bajakan karya
dalam negeri. Yah, meskipun saya juga pernahlah beli-beli MP3 bajakan
Indonesia yang notabene jauh lebih murah dengan konten lagu yang sama-sama
jernih dengan album aslinya.

Pihak distributor musik pun sempat bikin MP3 yang murah meriah. Namun
sepertinya kurang mendapat perhatian masyarakat. Meski dilabeli harga
sepuluh ribu rupiah, namun masyarakat tentu mempertimbangkan hal lain:
kelengkapan lagu. Distributor musik juga membuat pembelian lagu  via
internet secara legal dengan biaya lewat pulsa. Yah, semacam Itunes namun
dengan pembayaran via pulsa. Namun saya enggak tahu apa cara ini berhasil.
Sebab kayaknya mereka (produsen/musisi) lebih banyak kaya raya dari hasil
RBT atau manggung di acara-acara alay sejenis Dahsyat, dll.

Tapi para musisi ini tentu enggak salah kalau sempat keki sendiri lantaran
angka pembajakan begitu liar di sini. Dan kelihatannya mereka mengutuk
pengonsumen bajakan. Yeah, lihat dulu keberpihakan aparat kitalah. Lagian
cobalah lihat kalangan yang lebih miskin dari mereka. Okey, dibajak itu
nyakitin banget, tapi mereka masih bisa hidup enak. Sementara rakyat yang
banting tulang tiap hari, kepinginlah sekali-kali nonton film berkualitas
atau musik berkualitas tanpa keluar uang banyak. Atau kalau mau beneran
bersih, pemerintah harus lebih tegas memberhangus pembajakan, dan produsen
musik mengurangi harga kaset/CD.

 

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

Other related posts: