Bismillah...
Mengingat ada rilis di sekian media massa terkait isi dari
laptop Noordin Top, yang disana ada surat Syaefudin Zuhri yang
mengatakan : " Teman-teman Indonesia tidak ada yang memahami pergerakan
Udin ini karena sudah antipati dan menuduh Udin ikut gerakan salafi
mukbil," tulisnya dalam surat." (JP 30/09)
Jelas tertulis Udin hanya dituduh ikut gerakan salafi mukbil, namun
kenyataannya ternyata tidak. Maka Pustaka Qaulan Sadida yang para
penulisnya adalah murid syaikh Muqbil Bin Hadi al Wadi'i, maka
perkenankan kami mengirimkan informasi terkait siapa beliau
sebenarnya. Silakan menyimak.
=====================================================
Dakwah Salafiyyah Ahlus Sunnah wal Jama’ah di negeri Yaman - bahkan di
dunia Islam secara umum - tidak bisa dilepas dari sosok besar
Asy-Syaikh Muqbil Al-Wadi’i rahimahullah. Beliau lah yang kembali
berhasil melakukan tajdid (pembaharuan) Dakwah Salafiyyah di Yaman pada
abad ini. Semenjak masa Al-Imam ‘Abdurrazzaq bin Hammam Ash-Shan’ani
rahimahullah tidaklah Dakwah Salafiyyah Ahlus Sunnah wal Jama’ah di
Yaman tersebar sebagaimana tersebarnya pada masa Asy-Syaikh Muqbil
rahimahullah.
Beliau
adalah Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi bin Muqbil bin Qa`idah Al-Hamdani
Al-Wadi’i dari qabilah Alu Rasyid rahimahullah. Beliau adalah duri bagi
para pengusung kebatilan, baik dari kalangan Syi’ah Rafidhah, Khawarij,
Teroris, Liberalis, Komunis, Shufiyyah, dan kelompok-kelompok sesat
lainnya.
Beliau adalah sosok yang dikenal dengan kejujuran,
keikhlasan, ‘iffah (menjaga kehormatan dan harga diri), kesabaran, zuhd
dalam kehidupan dunia, berjalan di atas aqidah yang benar dan manhaj
salafi yang lurus, sikap bijak, santun, lembut, keberanian, serta
tampil menyerukan kebenaran. Sungguh sosok beliau mengingatkan dengan
sosok para ‘ulama salafush shalih, terutama sosok Al-Imam Ahmad bin
Hanbal rahimahullah.
Sepulang beliau dari belajar di negeri
Tauhid dan Sunnah Kerajaan Saudi ‘Arabia, beliau mulia merintis taklim
dan dakwah di negeri Yaman. Maka Allah ‘Azza wa Jalla membukakan pintu
kemenangan dan keberhasilan bagi beliau dalam wujud yang sangat besar.
Dengan diiringi dan dibantu oleh teman sepejuangan beliau sekaligus
murid besar beliau, Al-‘Allamah Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-Wushabi
hafizhahullah, berdirilah Pondok Pesantren beliau di desa Dammaj -
Sha’dah Yaman, yang diberi nama Ma’had Darul Hadits. Sungguh Allah
barakahi dakwah dan perjuangan beliau. Pesantren beliau menjadi
pesantren yang sarat dengan ilmu. Berbagai disiplin ilmu agama
diajarkan di sana. Dengan dilandasi keikhlasan niat, kesungguhan, kasih
sayang, akhlaq mulia, kesantunan, jauh dari sikap brutal dan ekstrim.
Para murid berdatangan dari seantero dunia Islam dari seluruh penjuru
dunia. Kalau dulu dikatakan bahwa tidak ada seorang ‘ulama yang paling
banyak didatangi oleh para Ahli Hadits dari berbagai penjuru negeri
seperti Al-Imam ‘Abdurrazzaq Ash-Shan’ani rahimahullah. Maka pada masa
ini, tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa tidak ada seorang ‘ulama
yang paling banyak didatangi oleh para penuntut ilmu dari berbagai
penjuru negeri seperti Asy-Syaikh Muqbil Al-Wadi’i rahimahullah.
Jerih
payah upaya dakwah beliau - tentunya setelah pertolongan dan taufiq
dari Allah ‘Azza wa Jalla - benar-benar membuahkan hasil yang sangat
indah di negeri Yaman dan dunia Islam pada umumnya. Dakwah Salafiyyah
Ahlus Sunnah wal Jama’ah menjadi dikenal, dihormati, dan diterima serta
diikuti oleh umat.
Beliau berhasil melahirkan tokoh-tokoh yang
menjadi ‘ulama besar Ahlus Sunnah di Yaman. Mereka kini juga mendirikan
pondok-pondok pesantren yang juga memiliki banyak murid. Di antaranya,
di kota Al-Hudaidah ada ma’hadnya Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab
Al-Wushabi, di Ma’bar ada ma’hadnya Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam, di
Mafraqhubaisy ada ma’hadnya Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Al-Bura’i, di
Shan’a ada Asy-Syaikh Muhammad Ash-Shaumali, di Hadhramaut ada
ma’hadnya Asy-Syaikh ‘Abdullah Mar’i, di ‘Aden ada ma’hadnya Asy-Syaikh
‘Abdurrahman Mar’i, demikian juga di desa Dzamar ada ma’hadnya
Asy-Syaikh ‘Abdullah Adz-Dzamiri, dan lainnya, semuanya adalah para
murid besar Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullah.
Beliau
juga meninggalkan karya-karya tulis yang sangat banyak. Mayoritasnya
dalam bidang ilmu hadits. Beliau sangat perhatian terhadap seleksi
hadits, mana yang shahih mana yang bukan. Dan memang beliau termasuk
salah seorang ‘ulama ahlul hadits abad ini. Karya-karya besar beliau
mayoritasnya beliau tulis dengan metode para ‘ulama ahlul hadits.
Karya-karya tersebut menjadi rujukan penting kaum muslimin sekaligus
termasuk khazanah keilmuan yang sangat penting.
● Prinsip Dakwah Asy-Syaikh Muqbil
Dakwah
yang beliau kibarkan adalah Dakwah Salafiyyah Ahlus Sunnah wal Jama’ah,
yaitu dakwah berdasarkan Al-Qur`an dan As-Sunnah di atas metode
pemahaman dan pengamalan para salafush shalih (para shahabat, tabi’in,
dan tabi’ut tabi’in).
Beliau menegaskan, bahwa Pendiri Dakwah
Salafiyyah yang beliau kibarkan di Yaman tidak lain adalah Nabi besar
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena memang Dakwah Salafiyyah
Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah dakwah yang murni seratus persen
mengikuti dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
menghidupkan sunnah-sunnah dan ajaran beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Jadi Dakwah Salafiyyah bukan dakwah milik perorangan atau pun
kelompok atau bangsa tertentu. Bukan dakwah yang baru-baru muncul,
bukan pula organisasi atau pergerakan tertentu yang didirikan oleh
orang tertentu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang prinsip dan jalan Ahlus Sunnah wal Jama’ah :
ما أنا عليه اليوم وأصحابي
Yaitu jalan yang aku (Rasulullah) dan para shahabatku berada di atasnya pada hari ini.
Dakwah
Asy-Syaikh Muqbil ditegakkan di atas ilmu, kasih sayang, akhlaq,
kelembutan, dan hikmah (menempatkan segala sesuatunya pada tempatnya
sesuai bimbingan ilmu), jauh dari sikap brutal, reaksioner, kekerasan
versi para khawarij-teroris, syi’ah rafidhah, jauh pula dari sikap
mengentengkan kalangan shufiyyah, liberalis, dan semisalnya.
● Semangat Beliau dalam Berpegang dengan As-Sunnah
Beliau
termasuk orang yang antusias untuk bepegang dengan Sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itulah Allah Subhanahu wa
Ta’ala memuliakan sebutan beliau. Sebagaimana ditegaskan oleh Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah: “Sesungguhnya Allah memuliakan seseorang sesuai
dengan kadar berpegang teguhnya dia dengan As-Sunnah.”
Di antara
ucapan yang sering beliau katakan ialah : “Sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan kita tinggalkan meskipun kita
harus menggigitnya dengan gigi kita.”
● Sikap Beliau terhadap Pemahaman Salafush Shalih
Beliau
rahimahullah mengatakan: “Kita beribadah kepada Allah dengan pemahaman
salafush shalih yang sesuai dengan dalil. Dan kita katakan:
Sesungguhnya mereka telah mendahului kita dalam setiap kebaikan.
Apalagi sudah jelas sanjungan terhadap mereka, seperti firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala :
وَالسَّابِقُونَ اْلأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَاْلأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ
"Orang-orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara
orang-orang Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik.” (At-Taubah: 100)
Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
خَيْرُكُمْ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik kalian adalah generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.”[1]
Dalam hadits ini terdapat isyarat bahwasanya harus mengambil sesuai dengan pemahaman mereka.
● Sikap Bijak Beliau
Asy-Syaikh
Muqbil rahimahullah adalah seorang yang bijak dalam berdakwah mengajak
manusia ke jalan Allah di tengah-tengah masyarakat dan kaumnya, beliau
bukanlah sosok yang kasar dan brutal. Sebab beliau tahu bahwa dakwah
ini bukan ditegakkan di atas tindakan revolusioner dan pemberontakan.
Cara seperti itu (revolusioner dan pemberontakan) sudah dilakukan
sebagian kelompok, yang akhirnya justru menimbulkan kejelekan; memecah
belah persatuan kaum muslimin serta menjadikan tercorengnya citra Islam
dan kaum muslimin di mata penduduk dunia.[2]
Padahal dakwah ini dibangun di atas dasar hikmah dan nasehat yang baik, sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla :
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Serulah
(manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (An-Nahl: 125)
Beliaupun
selalu menganjurkan agar bertahap dalam memberikan pelajaran dan
dakwah, agar jangan sampai ada yang bersemangat tapi tidak mempunyai
hikmah dan ilmu. Di antara anjuran beliau, hendaknya seorang penuntut
ilmu ketika kembali ke kampung halamannya jangan kemudian shalat dengan
memakai sandal di dalam masjid. Karena orang di sekitarnya tentu akan
menganggapnya sebagai kemungkaran dan akan memicu fitnah. Sedangkan
shalat dengan sandal adalah sunnah, bukan wajib.
● Sikap Santun dan Kehati-hatian Beliau
Beliau
betul-betul berhati-hati dan tenang dalam menghadapi persoalan. Betapa
sering beliau berupaya memperbaiki satu permasalahan dan bersabar
menghadapi para penentangnya, dengan harapan mudah-mudahan suatu ketika
dia menjadi baik. Namun kalau tidak bermanfaat juga, beliau bangkit
menerangkan kepada masyarakat tentang kejelekannya dan membongkar
syubhat-syubhatnya serta membantah hujjah-hujjah mereka yang lemah.
Beliau
sering ditanya tentang satu masalah dan selalu mengatakan: “Wallahu
a’lam.” Betapa sering beliau ditanya tentang seorang tokoh, namun
beliau mengatakan: “Saya menahan bicara tentang dia.” Dan beliau diam
selama beberapa tahun sampai sangat jelas keadaan orang tersebut.
Lantas apakah ada keburukan dalam kata-kata beliau sesudah itu?
Sesungguhnya demi Allah, di kalangan mereka yang jujur dan adil, inilah
yang dinamakan tatsabbut (teliti). Namun memang kebaikan itu tidak
mungkin bisa melenyapkan celaan.
● Kebencian Beliau yang Sangat Besar terhadap Terorisme
Beliau sangat membenci gangguan keamanan dan munculnya kegelisahan serta rasa takut pada kaum muslimin.
Tentang sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
أُمِرْتُ
أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا
الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ
وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ اْلإِسْلاَمِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ
“Saya
diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan syahadat
bahwa tidak ada berhak diibadahi kecuali Allah, dan Muhammad itu adalah
Rasul Allah, menegakkan shalat dan menunaikan zakat. Jika mereka
melakukannya, maka terjagalah dariku darah dan harta mereka kecuali
dengan hak Islam, dan perhitungan mereka di sisi Allah.”
Asy-Syaikh
Muqbil rahimahullah menjelaskan : “Dalam hadits ini terdapat bantahan
terhadap kelompok-kelompok (sesat) yang ada sekarang ini, seperti
Jama’atut Takfiir (kelompok yang selalu mengkafirkan orang lain yang
tidak segolongan dengannya) yang menganggap halal darah kaum muslimin.
Juga Jama’atul Jihad (kelompok yang mengaku mujahidin, padahal teror)
yang juga menganggap halal darah kaum muslimin. Anggaplah bahwa
pemerintah itu kafir dan rakyatnya muslim, tentu akan terjadi bencana
di atas kepala rakyat muslim yang pantas dikasihani ini.
Demikian
pula bantahan terhadap para tokoh revolusioner, yang mengarahkan
masyarakat untuk melakukan tindakan revolusi, pemberontakan (dan
sejenisnya).”
Dan ketika beliau ditanya tentang para turis, apakah mereka terhitung mu’ahad? [3]
Beliau
menjawab : “Di antara mereka ada yang datang untuk merusak di negeri
kaum muslimin, ada pula yang menjadi mata-mata. Akan tetapi melampaui
batas (yakni dengan menyerang) terhadap mereka justru hanya menimbulkan
kekacauan. Saya tidak menganjurkan hal ini (menyerang mereka -ed).
Demikian pula halnya semua yang dapat menimbulkan kekacauan, tidak
boleh.
Membunuh para wisatawan asing adalah suatu kesalahan.
Kami tidak tahu kecuali akibatnya yang satu menyerang yang lain.
Akhirnya dakwah terbengkalai, begitu juga dengan pendidikan, pertanian
dan perdagangan. Namun perlu diingat pula bahwa ini bukan berarti kami
ridha dengan (kedatangan) mereka.”
Inilah sikap kaum mukminin.
Mereka tidak ingin menimbulkan gangguan keamanan. Berbeda dengan
orang-orang munafik, mereka sangat antusias terhadap hal-hal seperti
ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ
الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْمُرْجِفُونَ فِي
الْمَدِينَةِ لَنُغْرِيَنَّكَ بِهِمْ ثُمَّ لاَ يُجَاوِرُونَكَ فِيهَا
إِلاَّ قَلِيلاً
“Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang
munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang
yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya
Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak
menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar.”
(Al-Ahzab: 60)
Meresahkan kaum muslimin adalah haram secara
syar’i. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan-nya (2/720) dan Ahmad
dalam Musnad-nya (5/362) dari Abdurrahman bin Abi Laila:
قَالَ:
حَدَّثَنَا أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْهُ،
أَنَّهُ قَالَ: لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا
“Katanya:
Para shahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita
kepadaku, bahwa beliau (Nabi) bersabda: “Tidak halal bagi seorang
muslim untuk mengagetkan dan membuat takut muslim lainnya.”
Hadits ini shahih, Asy-Syaikh Muqbil menyebutkannya dalam karya beliau Ash-Shahihul Musnad mimma Laisa fish Shahihain (2/418).
● Sikap Beliau terhadap Usamah bin Laden
Terhadap salah satu tokoh teroris international nomor wahid ini, Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah mengatakan :
“Aku
berlepas diri di hadapan Allah dari (kesesatan) Usamah bin Laden. Dia
merupakan kejahatan dan musibah terhadap umat ini, dan aktivitasnya
adalah aktivitas kejahatan.”
Beliau juga berkata :
“Kami
semua berlepas diri darinya dan aktivitas-aktivitasnya sejak jauh
sebelum ini. Realita menyaksikan bahwa kaum muslimin yang hidup di
negeri-negeri Barat tertekan dengan sebab adanya gerakan-gerakan yang
diperankan oleh kelompok Ikhwanul Muslimin dan kelompok-kelompok
lainnya. Wallahul Musta’an.”
(dari surat kabar Ar-Ra`yul ‘Am Kuwait tanggal 19 Desember 1998).
Dalam
kitab Tuhfatul Mujib, transkrip ceramah beliau berjudul Di Balik
Peristiwa Peledakan-Peledakan di bumi Al-Haramain, Asy-Syaikh Muqbil
berkata :
“Di antara contoh-contoh fitnah (yang menimpa kaum
muslimin) adalah fitnah yang sudah hampir menguasai negeri Yaman yang
dihembuskan oleh Usamah bin Laden … .”
” … untuk menjelaskan
kepada umat bahwa urusan agama ini tidak boleh diambil dari orang
semisal Usamah bin Laden, Al-Mis’ari, atau yang semisalnya. Tapi urusan
agama ini harus diambil dari kalangan ‘ulama … Bahkan sesungguhnya umat
ini masih sangat membutuhkan seribu ‘ulama semisal Asy-Syaikh bin Baz,
dan seribu ‘ulama lain semisal Asy-Syaikh Al-Albani.”
● Rahmah dan Kasih Sayang Beliau
Beliau
menyayangi semuanya, tua muda, laki-laki dan perempuan. Bahkan
anak-anak kecil sangat menyukai beliau karena kedudukan dan kebaikan
beliau terhadap mereka. Beliau pantas dikatakan demikian, tanpa harus
berlebihan. Boleh dikatakan bahwa beliau termasuk orang yang paling
penyayang terhadap sesamanya di zaman ini. Terutama terhadap para
penuntut ilmu, di mana beliau memandang mereka sebagai anak-anaknya
sendiri.
Beliau sering juga merasakan kesulitan bila terjadi
kekurangan dari kebutuhan para penuntut ilmu. Bahkan beliau pernah
mengatakan bahwasanya dia tidak pernah menemukan kesulitan yang lebih
berat dirasakannya daripada hal ini.
Beliau sering manfaatkan
waktu untuk duduk bersama orang banyak dengan memberikan nasehat,
pengarahan, faedah, dan diskusi. Sehingga hampir tidak ada yang keluar
dari majelis itu melainkan sudah mendapatkan faedah.
Nasehat-nasehatnya
sangat disenangi, dan beliau memilih yang sesuai dengan pemahaman
mereka tanpa membosankan. Dan kalimat-kalimat yang ringkas tidak akan
membosankan siapapun.
Di antara sifat rahmatnya, beliau mengirim
para da’i yang mengajak ke jalan Allah ke seluruh daerah di Yaman
bahkan juga ke luar Yaman untuk menyebarkan dien Allah, mengajari
manusia kebaikan dan mentahdzir mereka dari kejahatan.
Dari
sifat rahmatnya, beliau selalu menumbuhkan kecintaan terhadap ilmu di
hati murid-muridnya. Beliau selalu menyebutkan keadaan yang dialami
salafus shalih, berupa kesabaran menempuh kesulitan dalam mencari ilmu.
● Wafatnya Beliau
Asy-Syaikh
Muqbil rahimahullah Awal 1 Jumadil Awal tahun 1422 H, bertepatan dengan
22 Juli 2001 M, setelah Isya’ di Saudi Arabia. Beliau dishalatkan
setelah shubuh, kemudian dimakamkan di pekuburan Al ‘Adl dekat makam
Asy-Syaikh Ibnu Baz dan Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin Rahimahumullahu.
Semoga Allah merahmati Asy-Syaikh Muqbil dan menempatkannya di
jannah-Nya yang tertinggi. Serta menjadikan segala jerih payah dan amal
usaha beliau termasuk timbangan amal shalih beliau di sisi-Nya. Amin
Footnote :
[1] HSR. Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim dari ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu.
[2]
Tindakan revolusioner dan pemberontakan ini sudah pernah dicoba oleh
sebagian aktivis dakwah. Namun hasilnya justru menyebabkan Islam
menjadi sasaran tuduhan sebagai agama teroris dan kekerasan. Wallahul
musta’an.
[3] Orang kafir yang terikat perjanjian dengan negara muslimin.
(Dikutip dari http://www.merekaadalahteroris.com/mat/?p=67#more-67)