[nasional_list] [ppiindia] surat sutera putih: menyertai kepergian wen peor [1]

  • From: "Kusni jean" <katingan@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: "kmnu2000" <kmnu2000@xxxxxxxxxxxxxxx>, <wanita-muslimah@xxxxxxxxxxxxxxx>, "ppiindia" <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: 31 Mar 2007 07:03:58 -0700
  • Date: Sat, 31 Mar 2007 16:03:18 +0200

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Surat Sutera Putih:


MENYERTAI KEPERGIAN PELUKIS WEN PEOR


Nama Wen Peor, salah seorang pelukis seangkatan pelukis Lekra,  Affandi [ketika 
kami sedang membentuk pengurus baru Lembaga Seni Rupa Lekra, Yogya, Affandi 
pernah mengingatkan aku sebagai sekretaris Lekra Yogya agar jangan sampai ia 
tidak diajak rundingan],  kukenal sejak masih remaja Yoyga. Bermula dari 
cukilan-cukilan kayunya yang bertanda unik. Garis-garisnya tajam dan tegas 
sehingga melihatnya aku seperti mendengar suara teriakan dan bentakan 
balas-balas terhadap kegarangan hidup serta ketidakadilan. Melalui garis-garis 
cukilan kayu Wen Peor aku seperti mendengar suara Bung Karno yang gagah,  
ketika berhadapan dengan rongrongan dan kepungan imperialisme yang dikepalai 
oleh imperialisme Amerika Serikat yang berkali-kali mau membunuh serta 
menjatuhkannya dan akhirnya berhasil mencapai tujuannya pada tahun 1965: "Ini 
dadaku, mana dadamu". Garis-garis cukilan kayu Wen Peor adalah garis-garis 
pemberontakan seorang seniman -- warga republik sastra-seni yang berdaulat -- 
tak bergeming di hadapan gerakan ketidakadilan, termasuk di hadapan repulik 
politik jika yang terakhir ini membelakangi usaha pemanusiawian manusia, 
masyarakat dan kehidupan sebagai nilai tunggal dan universal. Pada garis-garis 
cukilan serta ekspresi tokoh Wen Peor aku seperti menemukan diriku, menemukan 
orang yang menyuarakan  bahkan memekikkan isi hatiku.  Aku kehilangan jejak Wen 
semenjak meletusnya Tragedi September 1965 yang menjadikan sastrawan-seniman 
Lekra sebagai salah satu sasaran pengejaran, penangkapan dan pembunuhan. 
Pelukis Trubus sampai sekarang hilang tak tentu rimba dan tenggelam tak tentu 
lautnya. Pelarangan terhadap karya-karya para penulis Lekra sampai sekarang 
masih saja belum dicabut, termasuk terhadap karya-karya Pramoedya A Toer. Entah 
berapa penyanyi terbaik anak negeri seperti Sally Tan [lulusan konsevartori 
Jerman Timur, Evelyne Tjiao, bintang radio, Kondar Sibarani, juga bintang radio 
dan komponis, Siregar, penyanyi tenor dari Ansambel Tari-Nyanyi Maju Tak 
Gentar, Medan,  dan lain-lain nama...., melenyap dan tak pernah menyemaraki 
panggung kesenian Indonesia.  Wen Peo sendiri akhirnya ternyata mengungsi ke 
Hong Kong. Diktaturialisme, entah dari kiri atau kanan,  entah dengan varian 
apa pun,  di bawah nama apa pun, tidak lain dari lawan sastra-seni dan 
kebhinnekaan sari kehidupan, masyarakat dan Indonesia.  Di hadapan 
diktaturialisme hanya sastrawan-seniman yang berjati diri sebagai warga 
"republik sastra-seni yang berdaulat" yang bertahan, tidak menyerah, tidak 
tiarap, dan punya tulang keras serta tampil dengan kesetiaan sastrawan-seniman 
sebagai jiwa bangsa, masyarakat, negeri dan zaman. Kalau ini disebut sebagai 
"liberalisme" seorang seniman, maka liberalisme di sini kukira, berarti 
kemerdekaan dan kebebasan berpikir serta bertindak. Tanpa "liberalisme" jenis 
ini, kukira sastrawan-seniman, kehilangan watak sebagai sastrawan dan seniman. 
Merosot jadi burung tiung atau seekor anjing yang menggogongkan "his master's 
voice". Kukira, sastrawan-seniman sesungguhnya bukanlah seekor tiung dan atau 
anjing. 


Dari berita duka yang disebarluaskan oleh milis hksis@xxxxxxxxxxxxxxx Hong Kong 
ini kita bisa melihat secara garis besar tentang apa-siapa Wen Peor.


Bio-data dari hksis ini kukutip penuh untuk kumasukkan sebagai bagian dari 
dokumentasi pribadi menggunakan "surat sutera putih" ini, ujud lain dari "Notes 
Arjo Pilang" atau "Catatan Shangrila"ku. Dokumentasi dan catatan perlu segera 
kulakukan oleh makin menuanya ingatan sementara aku masih mencintai hidup 
sebelum malam merenggut matahari. Dokumentasi dan catatan atau notes merupakan 
jembatan pelangi antar generasi, mengurangi kebiasaan bicara dan menulis tanpa 
data sekedar "menurut aku". Kuharapkan saja, hksis tidak protes, kalau biodata 
Wen Peor yang ia siarkan kukutip lengkap di sini. "Surat" ini adalah caraku 
mengucapkan belasungkawa kepada keluarga Wen dan semua orang terdekat beliau, 
tanda hormat dan penghargaan serta mengantar kepergian beliau. Hormat pada 
konsep dan setianya pada konsep seninya serta sebagai anak manusia pemimpi dan 
pencinta. Hidup Wen Peor adalah kisah cinta kesenimanan yang diyakini dan 
dibela sampai mati seperti yang dikatakan oleh alm. penyair Agam Wispi, si anak 
Aceh:


"pita merah dan matahari
cinta berdarah sampai mati"


Sastrawan-seniman akhirnya kulihat sebagai pertarungan memenangkan cinta. Kisah 
kesungguhan dan kesanggupan mencintai atau mimpi serta mengejawantahkan mimpi, 
jika menggunakan istilah Zaki Laïdi, peneliti dan pengajar pada Science-Po, 
Paris [lihat: Harian La Croix, Paris, 30 Maret 2007].


"Surat Sutera Putih" tentang Wen Peor  ini pun kutulis juga dirangsang oleh ide 
Bung Karno "JASMERAH", "Jangan Sekali-sekali Melupakan Sejarah" di tengah 
penghancuran data sejarah di negeri kita sehingga data sejarah perlu 
direkonstruksi secara obyektif sebagaimana adanya sehingga kita dan angkatan 
selanjutnya tidak menapak ke perjalanan menuju esok di atas jalan kebohongan, 
tipuan dan ketidaktahuan.  


<BERITA DUKA<<

Wen Peor, pelukis Tionghoa termasyur kelahiran Padang.  Telah meninggal-dunia 
pada tanggal 18 Maret 2007 di Hong Kong










Wen Peor yang lahir di Padang 28 Desember 1920, di tahun 1941 ke Jakarta, mulai 
karier seni-lukis dari pekerjaan membuat poster, dan dimasa Jepang tahun 1943 
sempat dipenjarakan karena karyanya itu. Sejak tahun 1945 Wen Peor bersama-sama 
Afandi, Hendra, Sudarso tergabung dalam PELUKIS RAKYAT. 


   Tahun 1950 ? 1955, Wen kembali mengajar di sekolah menengah Tionghua Bukit 
Tinggi, pada jaman itu, dengan kebesaran hati Wen, penghasilan dari pameran 
lukisan digunakan untuk membeli lahan sekolah itu, dengan demikian 
menyelamatkan usaha sekolah tersebut.


      Di Jakarta tahun 1955, Wen Peor bergabung Lie Man-fong cs membentuk  
?Lembaga Seniman YIN HUA? ,  Pada saat menyelenggarakan Pameran tahun 1957, 
salah satu lukisan Wen dengan tema: ? Bulan Menerangi Kampung-halaman? dipilih 
menjadi salah satu koleksi-lukisan Bung Karno.

Sejak tahun 1959 Wen menggabungkan diri dan bersama LEKRA,  terjun aktif 
mendorong maju kesenian rakyat. Mendidik seni-lukis generasi muda, mendukung 
usaha grup seni-lukis pemuda Indonesia Jogya dan tidak sedikit memberikan 
bantuan mengatasi kehidupan pemuda-pemudi setempat yang sangat miskin. Jiwa 
me-Rakyat diri Wen sangat menonjol dari karya lukisan yang banyak bertemakan 
kehidupan kaum tani, nelayan miskin di Indonesia dan jiwa sosial yang ringan 
tangan memberikan bantuan pada pemuda-pemudi mengatasi kehidupan miskin ini 
dipertahankan terus sampai tahun 1966. Perubahan politik yang terjadi 
mengakibatkan Wen tidak bisa bertahan lebih lama lagi di Indonesia dan terpaksa 
menyingkir kenegeri leluhur, Tiongkok.


      Di Tiongkok, yang ketika itu sedang berkobar Revolusi Kebudayaan 
Proletar, Wen dipekerjakan di Pertanian Hua Kiao. Kemudian di tahun 1973 atas 
bantuan pelukis-wanita Xiao Shu-fang, Wen berhasil diangkat menjadi Pelukis 
Akademi Seni-lukis Guangdong . Dan terlibat dalam penyelenggaraan pameran 
lukisan beberapa kali.


      Sejak tahun 1980, Wen melewatkan hari-tua nya di Hong Kong , dan 
berkesempatan menjalin kembali hubungan dengan Indonesia. Wen dihari tuanya 
tidak tinggal diam, disamping tetap aktif berkarya dengan lukisan-lukisan yang 
ditekuni, aktif dibeberapa pameran dan menjadi ?Pelukis special over sea? dari 
? Guangdong  Academy of Printing?. Wen pernah menghadiri ?Pameran Lukisan 
Koleksi?  yang diselenggarakan oleh BCA di Jakarta tahun 1987. Dan setelah 
perjalanan tahun 1988 di Indonesia, Wen beberapa kali ikut mengeluarkan karya 
lukisannya dalam pameran lukisan di Jakarta, dan beberapa karyanya mendapatkan 
sambutan sangat baik dan terjual dengan harga sangat tinggi.  


Jiwa sosial yang sejak muda ada pada diri Wen tidak mengendur karena 
usia-lanjut, bahkan lebih gigih. Wen tidak segan-segan menjumbangkan sebagian 
besar dari hasil penjualan lukisannya untuk mendukung Bencana Banjir, 
mendirikan ?Sekolahan Harapan?, dan memberi beasiswa pada mahasiswa miskin, ? 
dengan bakti-sosial demikian ini, Wen di tahun 2006 mendapatkan surat 
Penghargaan dari lembaga pemerintah Tiongkok. Bahkan pesan terakhir Wen, 
sebelum menghembuskan nafas terakhir mengharapkan: ? separuh dari warisan yang 
ada bisa digunakan untuk mendirikan yayasan kebudayaan dan social?, ?

Wen meninggalkan kita untuk selama-lamanya pada tanggal 18 Maret yl. Selamat 
jalan kami ucapkan dengan penuh rasa kesedihan, dengan harapan bapak Wen Peor 
mendapatkan ketenangan abadi sedang keluarga yang ditinggalkan tetap tabah, 
tegar menghadapi duka yang tiada taranya ini.

SELAMAT JALAN BAPAK WEN PEOR!

Hormat kami,

Segenap Pengurus HKSIS

[Sumber  HKSIS ,Monday, March 26, 2007 10:45 AM.Subject: [HKSIS] Berita Duka - 
Wen Peor]



Paris, Maret 2007
----------------
JJ. Kusni


[Bersambung]




 

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 
    mailto:ppiindia-fullfeatured@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 
** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] surat sutera putih: menyertai kepergian wen peor [1]