[nasional_list] [ppiindia] surat jembatan sembilan [2-- selesai]: kau dengarkah? ada gemercik air segar di suara itu!

  • From: "Kusni jean" <katingan@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: "kmnu2000" <kmnu2000@xxxxxxxxxxxxxxx>, <wanita-muslimah@xxxxxxxxxxxxxxx>, "ppiindia" <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Fri, 28 Jul 2006 10:30:42 +0200

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Surat Jembatan Sembilan:


KAU DENGARKAH? ADA GEMERCIK AIR SEGAR DI SUARA ITU! 


2.


Dalam pertunjukkannya 26 Juli 2006 di Kapel des Missions Etrangères de Paris, 
kali ini, Grup Maranatha menampilkan 20 lagu secara non stop, terbagi dalam dua 
bagian, terdiri dari : 10 lagu-lagu asing dan 10 lagu-lagu dari berbagai daerah 
Indonesia. 


Lagu-lagu daerah yang ditampilkan malam ini yaitu: Yamko Rambe [Papua Barat]; O 
Inani Keke [Minahasa], Soleram [Riau], Sik Sik Sibatumanikam [Tapanuli], Gai 
Bintang [Madura], "Kerraban Sape [Madura] , Luk Luk Lumbu [Banyuwangi], Janger 
[Bali], Cing Cang Keling [Sunda], Wak Wak Gung [Betawi].


Para penyanyi tampil dengan mengenakan pakaian berbagai daerah tanahair, seakan 
mau mengingatkan bahwa Indonesia itu, Indonesia kita  adalah  negeri yang 
majemuk. Agaknya kemajemukan dan keindahan dari kemajemukan ini masih perlu 
berulang-ulang diingatkan dan digarisbawahi. Kalau dalam perjalanan waktu 
berbangsa, bernegeri dan bernegara, terjadi saling susup budaya saling 
menguntungkan serta saling memperkaya, biarkanlah proses ini berlangsung  
secara alami tanpa pemaksaan atas nama apa pun. Pemaksaan hanya akan 
menyobek-nyobek Indonesia yang didirikan dengan darah dan nyawa semua etnik 
baik besar mau pun kecil. Mayoritas atau pun minoritas dari segala agama dan 
aliran pandangan serta keyakinan. Pemaksaan sama dengan melupakan sejarah 
lahirnya negeri dan bangsa ini. Demikian juga pemerasan daerah oleh bangsa 
sendiri hanya akan berujung dengan penyobekan dan penghancuran bangsa dan 
negeri, pengkhianatan terhadap nilai-nilai republiken dan Indonesia.Pemaksaan 
sama dengan ketidakmampuan berpikir.


Melihat putera-puteri Bandung tampil dalam berbagai pakaian daerah melantunkan 
lagu-lagu daerah, terbetik di benakku, apakah anak-anak muda ini sadar akan 
makna bentuk yang mereka hadirkan malam ini? Ataukah sebatas menyuguhkan 
eksotisme ke hadapan pendengar dan penonton asing -- walau pun sebagian besar 
adalah berasal dari Indonesia juga? Aku sangat berharap sebagai seniman, mereka 
mengkhayati adanya isi tertuang di bentuk. 


Pertanyaan begini melintas di tempurung kepala kecilku, karena aku tak yakin 
bahwa pendidikan yang sudah dicecapi menjamin secara sertamerta menjamin adanya 
kesadaran ini. Makna Indonesia dan Republik tidak otomatis dikhayati melalui 
sekolah. Tidak jarang, Republik dan Indonesia hanya suatu rangkaian kata-kata 
hapalan yang tidak diresapi maknanya. 


Lepas dari apakah para penyanyi Maranatha ini mengkhayati atau tidak makna 
republik dan Indonesia sebagai suatu konsepsi strategis, indah dan agung, yang 
jelas melalui pertunjukan malam ini, para pendengar dan penonton asing melihat 
indahnya Indonesia yang majemuk. Dan Indonesia itu adalah suatu kemajemukan, di 
mana sekaligus terletak keindahan dan kebesarannya.Karena itu pemaksaan tidak 
lain dari suatu kekerdilan. Dan praktek selama sekian dasawarsa sampai sekarang 
memperlihatkan, terutama yang mayoritas, bahwa kita pada kenyataannya, tidak 
lain dari suatu bangsa yang kerdil tapi berlagak sebagai bangsa yang besar, 
ramahtamah dan lain-lain kata sifat yang indah-indah.Pola pikir dan mentalitas 
"menjilat ke atas menginjak ke bawah", "main kroyok", "menggunakan kekerasan" 
baik fisik mau pun verbal,dan nalar ada di lutut,  bukan makin meredup tapi 
masih mengental melekat di jiwa kita. Bagiku, ini bukan perspektif Indonesia 
dan apalagi perspektif republiken. Yang dianggap copet dan maling akan dihajar 
habis-habisan sampai mati. Dihajar dengan kebanggaan. Republik dan Indonesia 
adalah tujuan yang masih harus disongsong.


Pandangan begini kembali menyusup ke hati dan kepala kecilku saat menyaksikan 
pertunjukkan Grup Maranatha. Paling tidak demikianlah makna yang sampai kepada 
diriku ketika menyaksikan mereka. Ia merangkai ulang segala kenangan masa-masa 
silam remajaku bagaikan aku mendengar adanya gemercik air segar di tengah 
kanikul musim panas kota Paris tahun ini yang sampai kemarin malam sudah 
merenggut 64 nyawa.  


Irama lagu akapela yang dilantunkan oleh grup akapela Maranatha, yang tampil di 
negeri asing, menyuarakan dan membayangkan Indonesia, merupakan gemercik air 
segar di tengah-tengah bermacam-macam berita buruk yang datang seperti riam 
dari hari ke hari. Yang senantiasa menerpa mimpi dan cinta. Aku melihat potensi 
bangsa dan negeri. Aku melihat adanya Indonesia dan republik masih punya esok 
sekali pun esok yang jauh. Jauh sekali. Tapi bukan fatamorgana.Untuk mana tokoh 
seperti Kraeng Galesong dan lain-lain sanggup mempertaruhkan nyawa tanpa 
menyerah. Cinta dan mimpi bukanlah fatamorgana.Tapi arah yang disongsong. 
Indonesia hari ini, seperti Cordoba yang dinyanyikan oleh Lorca: "sayup dan 
sepi". Tapi untukmu Indonesia, untukmu sayangku,  "zaitun cinta ada di kantong 
kembara".


Kehadiran Grup Maranatha yang hampir saban tahun di Eropa Barat, sesungguhnya 
merupakan bentuk memperkenalkan Indoesia secara lain. Memperkenalkan Indonesia 
yang lain dari masakre, kekerasan. Memperkenalkan jiwa Indonesia. 
Memperkenalkan potensi Indonesia dan Indonesia yang sesungguhnya. Maka akan 
sangat baik jika kesempatan berada di Eropa Barat begini dimanfaatkan secara 
maksimal. Maksimalitas akan mungkin terwujud jika Grup seperti Maranatha 
memperluas kontak  jaringan dengan lembaga-lembaga yang bekerja tentang 
Indonesia seperti Lembaga Persahabatan Perancis-Indonesia, dan Lembaga-Lembaga 
Swadaya Masyarakat Perancis yang punya kaitan dengan Indonesia sejak lama. 
Dengan cara begini, jumlah publik Perancis dan Eropa Barat yang dicapai pun 
akan lebih luas. Rasanya agak mustahil jika hal begini tidak bisa dilakukan. 
Lebih-lebih dengan Perancis yang hubungannya dengan Indonesia di berbagai 
bidang makin berkembang, termasuk kebudayaan. Untuk kepentingan ini, 
barangkali, sebelum meninggalkan tanahair, diperlukan lobbie-lobbie sehingga 
keberadaan di Eropa Barat menjadi maksimal, bukan sekedar terbatas pada usaha 
merebut medali suatu festival. Medali yang lebih penting barangkali adalah 
medali internasional, pengakuan internasional tentang pemanusiawian bangsa dan 
negeri. Tentang adanya Indonesia yang manusiawi dan memang berbudaya! Tentang 
Republik dan Indonesia! Entah kalau yang disebut penyanyi itu hanyalah mereka 
yang  berbekal suara merdu belaka tapi kosong hati dan kepala. Tapi ini pun 
satu tipe penyanyi sedangkan tipe lain ada orang seperti Victor Jara yang 
membuat militerisme Chile gemetar hanya karena petikan gitar patriotiknya.Gitar 
dan suara Victor seharga nyawa.

Kalau Lu Sin berkata bahwa ia mendengar suara guruh di kejauhan ketika Mao 
Zedong bertarung melawan Jepang dalam PD II, Grup Maranatha malam itu 
menajamkan telingaku hingga mendengar adanya gemercik air segar di suara 
mereka. Gemercik air sungai dan air terjun menandakan bahwa republik dan 
Indonesia belum sirna. Ada di hati kita. Siapakah yang bisa membinasakan 
sesuatu yang ada di hati?! Manis, manisku, Meldiwa anakku sayang, kau dengarkah 
gemercik air segar itu?


Paris, Juli 2006.
----------------
JJ. Kusni



Keterangan foto:
Grup Paduan Suara KBRI Paris, di mana  terdapat juga anggota koperasi Restoran 
Indonesia Paris.Hal yang tidak terbayangkan terjadi pada masa Orba. Foto ini 
diambil pada saat merayakan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2004 di Wisma Duta, 
Boulevard Bineau, 92200 Neully-sur-Seine [Dok. Jelitheng & JJK]. 



[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] surat jembatan sembilan [2-- selesai]: kau dengarkah? ada gemercik air segar di suara itu!