[nasional_list] [ppiindia] mawar merah café bandar: tentang keberanian berpikir

  • From: "Kusni jean" <katingan@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: "kmnu2000" <kmnu2000@xxxxxxxxxxxxxxx>, <wanita-muslimah@xxxxxxxxxxxxxxx>, "ppiindia" <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Sat, 25 Feb 2006 17:15:10 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **TENTANG KEBERANIAN BERPIKIR

Tukar-pendapat yang sekarang sedang berlangusng di kalangan orang-orang Dayak 
melalui milis dayak@xxxxxxxxxxxxxxx dalam menanggapi Visi-Misi Gubernur-Wakil 
Gubernur Kalteng: Agustin Teras Narang dan Ir. H. Achmad Diran, saya baca 
sebagai sesuatu yang cukup penting. Seperti diketahui 26 Januari 2006 lalu, 
A.T. Narang telah mengorganisasi pertemuan ribuan sarjana asal Kalteng dan yang 
berminat akan pembangunan Kalteng dalam rangka mensosialisasikan 'Visi-Misi'nya 
dan juga untuk memperoleh masukan-masukan. Dalam pertemuan inilah Teras Narang 
menyampaikan teks "Visi-Misi"nya ke publik. Sejak itu berupa-rupa tanggapan 
terbuka dilakukan, antara lain melalui milis dayak@xxxxxxxxxxxxxxx .

Tukar-pendapat yang terus-terang, tanpa canggung dan aling-aling ini, seperti 
saya katakan di atas merupakan hal yang berarti jika dilihat dari segi-segi 
berikut:

1. Peserta: 

Tukar-pendapat ini diikuti oleh kalangan cendekiawan muda Dayak dari berbagai 
tempat tinggal, baik di Kalteng atau daerah  Indonesia di luar Kalteng bahkan 
ada yang tinggal di luar di luar negeri seperti Ben Abel atau pun Alma Adventa. 
Turut-sertanya mereka dalam tukar-menukar pendapat ini memperlihatkan bahwa 
mereka mempunyai perhatian dan keprihatinan terhadap pemberdayaan serta 
pembangunan kampunghalaman mereka di mana pun mereka berada. Perhatian dan 
keprihatinan begini, hanya bisa saya pahami sebagai adanya perasaan berhutang 
moral dan hutang moral yang patut dibayar kepada kampunghalaman. Dalam hal ini, 
saya teringat akan semangat yang tersirat pada kata-kata mantan walikota 
Palangka Raya, Kol. Salundik Gohong kepada saya: "Jika saya ingin enak untuk 
apa saya pulang kampung. Lebih baik saya tetap tinggal di Bandung sebagai 
kolonel intelijen Angkatan Darat. Saya memilih pulang kampung, karena saya 
punya hutang moral pada kampung yang harus saya bayar". Barangkali semanga
 t ini jugalah yang melatarbelakangi para peserta perhatian dan keprihatinan 
yang tercermin dalam tukar-pendapat sekarang. Hal yang saya anggap suatu modal 
sangat berharga dalam usaha pemberdayaan dan pembangunan daerah.  

Silang pendapat yang terjadi saya pandang tidak lain dari cara menapis guna 
mendapatkan sari. Sedangkan cara penyampaian menjadi kurang berarti jika 
dilihat dari arah umum perhatian dan keprihatinan. Apalagi masing-masing orang 
mempunyai latarbelakang dan pengalaman sendiri-sendiri. Di sinilah barangkali 
kita belajar berbeda, belajar mendengar dan menenggang, memilah-milah yang 
pokok  dan yang sekunder, belajar menangkap hakiki persoalan bersama agar bisa 
melangkah lega ke hari harapan melalui segala rupa lika-liku. Tidak kalah 
artinya melalui tukar-pendapat begini, masing-masing belajar bertukar-pendapat 
dengan argumen, tetap berpegang pada masalah sentral sedangkan anak-anak 
persoalan dicatat untuk dibicarakan selanjutnya setapak demi setapak secara 
sistematik.

Masih dari segi para peserta ini, tukar-pendapat menjadi berarti lebih lagi, 
karena umumnya yang turut terdiri dari angkatan muda, baik lelaki atau 
perempuan, paling tidak satu angkatan di bawah generasi saya.Kiranya semua 
sepakat arti penting generasi muda sebagai calon atau bahkan sudah mulai 
memikul tanggungjawab atasa timbul-tenggelamnya nasib daerah [yang juga bisa 
dibaca: negeri]. Wajah berikut daerah dan negeri di hari esok dan lusa, akan 
bisa dilihat dari pola pikir dan mentalitas angkatan mudanya. Ditentukan oleh 
mutu angkatan mudanya -- tanpa mengabaikan peranan, pengaruh dan mutu angkatan 
terdahulu. 

Dalam tukar-pendapat begini, saya tidak menganggap relevan arti usia, sebab 
usia bukanlah jaminan sejati bagi benar-tidaknya suatu pendapat. Di sini yang 
penting, barangkali, kemampuan mendengar, menganalisa, kelengkapan data untuk 
berargumentasi guna mendapatkan solusi, bukan mencari menang kalah atau 
menyelamatkan muka. Di daerah Katingan tradisi begini disebut "pupung". [Di 
sini, saya membatasi diri untuk tidak memasuki lebih lanjut masalah 
perkembangan "pupung" sampai hari ini. Dengan menyentuh masalah ini yang ingin 
saya tunjukkan bahwa tradisi tidak identik dengan kadaluwarsa, karena ada 
nilai-nilai yang masih tanggap zaman dan aspiratif sehingga kita tidak usah 
tergesa-gesa dan sedikit-sedikit membuka buku pakar Barat atau dari mana pun 
tanpa mengabai artinya sebagai acuan].

Tukar-pendapat, bagi saya, berarti meletakkan masalah di meja agar bisa dilihat 
bersama guna mendapatkan penyelesaian yang disepakati bersama demi "mendapatkan 
nasi" [manjari bari] bahkan lebih dari "manjari bari". Kukira inilah arti  dari 
tukar-pendapat yang sesungguhnya, dan bukan hanya "blabala". Tindakan tanpa 
jelas mau ke mana dan bagaimana, sama dengan membuang enerji tanpa menentu. 
Karena itu, apriorisme, kupahami sebagai kekurangmampuan mendengar dan hanya 
mau mendengar diri sendiri.Tukar-pendapat tidak mungkin berjalan dialur semula 
jika hanya mau mendengar diri sendiri.

2. Keberanian Berpikir:

Hal lain yang tersirat  dari tukar-pendapat yang sekarang masih berlangsung, 
berangkat dari perhatian dan keprihatinan semua pihak yang terlibat, adalah 
keterus-terangan mengemukakan pendapat. Perhatian dan keprihatinan telah 
mendorong masing-masing berpikir, berani serta didorong berpikir serta kemudian 
berani mengemukakan pendapat. Masalah berpikir dan berani berpikir ini kuanggap 
sangat penting karena ia berarti melepaskan diri dari belenggu mental budak 
yang menjadi "his master's voice" [suara tuannya], hanya bisa mengatakan "ya" , 
tidak berani mengatakan "tidak" yang diciptakan secara sistematik oleh Orde 
Baru Soeharto dengan pendekatan "keamanan dan stabilitas nasional" demi "agama" 
pembangunan. Pendekatan ini melahirkan ketakutan yang sering disebut sebagai 
"budaya takut". Dilihat dari segi keberanian berpikir yang merupakan tanda 
perhatian dan keprihatinan, saya mengabaikan siapa benar dan salah, apakah 
pikiran yang dikemukakan itu benar atau salah dahulu, karena kala
 u masing-masing pandai mendengar dan berani jujur pada diri sendiri, 
masing-masing akan berani mengakui kebenaran [betapa pun relatifnya] dari pihak 
lain. Salah kuanggap sebagai hak, sebagaimana pula adalah hak tak tergugat 
untuk memperbaiki kesalahan.

Adanya keberanian berpikir ini, saya lihat sebagai suatu modal lain sangat 
berharga bagi daerah dan bangsa.

Sebagai orang pertama dan kedua di Kalteng, selayaknya, Teras Narang dan Diran, 
bergembira akan adanya segala pendapat ini karena ia merupakan masukan 
berharga, asalkan jangan diperlakukan sebagai kertas orat-oret lalu dibuang ke 
keranjang sampah. Menyerap semua hakekat pendapat, memang seniscayanya menjadi 
pekerjaan humas sehingga humas bukan hanya jadi corong pengeras suara 
pengumuman resmi. Gubernur dan wakilnyalah bersama "kabinet"nya yang mengolah 
dan mengelola semua ini, termasuk segala potensi yang ada di dalam masyarakat. 
Mengapa tidak bahwa pemberdayaan dan pembangunan masyarakat dan daerah Kalteng 
dilakukan dengan berpijak di dua kaki: kaki pemerintah dan kaki 
masyarakat.Pemerintah tidak akan mungkin melakukan segalanya seorang diri. 
Seorang manusia akan lebih kokoh berdiri jika berdiri di atas dua kaki. 
Jalannya pun akan wajar jika berjalan menggunakan dua kaki.

Apakah saya terlalu optimis jika mengatakan bahwa melanjutkan perjalanan di 
alur keberanian berpikir ini, dilanjutkan dengan keberanian bertindak,  kita 
akan sampai pada yang kita cari sekali pun penemuan itu masih saja penemuan 
kesementaraan yang akan terus dikoreksi oleh praktek yang tak kenal henti 
seperti kalimat tak punya titik dan selalu berakhir pada tanda koma. Tapi 
apalagi yang memberi api pada diri saya jika bukan optimisme ini?***


JJ.Kusni
-------
Paris, Februari 2006.




[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] mawar merah café bandar: tentang keberanian berpikir