** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Mawar Merah Café Bandar: KREATIVITAS SEBAGAI "HARTA KARUN". Beberapa hari yang lalu, Rini Nurul Badariah mengirimkan saya artikelnya yang ia sebut sebagai artikel "super pendek" berjudul "Gagasan Daur Ulang". Tulisan ini selain disiarkannya dalam websitenya, juga pernah diterbitkan di dalam Buletin Klab Baca Pramoedya. Artikel "super pendek" tersebut lengkapnya sebagai berikut: GAGASAN DAUR ULANG Setelah mendapat topik yang dirasa menarik dan belum pernah diangkat media mana pun, Anda bergegas mengembangkannya dalam satu tulisan lalu melayangkannya ke meja redaksi yang sesuai untuk menerbitkannya. Tak dinyana, buah pikiran tersebut tidak lolos seleksi. Apa yang Anda lakukan? Merobek-robek naskah itu hingga tak dapat dibaca lagi dan bertekad tak mau menulis untuk seterusnya? Jangan! Simak alasan penolakan yang dikemukakan redaksi jika ada. Bisa jadi redaktur tidak menemukan rubrik yang pas atau gaya bahasa tulisan kita kurang mencerminkan kekhasan media bersangkutan. Koreksilah naskah itu. Bila tidak mungkin mengirimkannya kembali karena sudah pernah dibahas, temukan media lain yang lebih cocok. Biar bagaimanapun, ide kreatif adalah harta karun kita. Gunakan berbagai siasat agar ia tidak sia-sia. Sebuah novel yang gagal terbit dapat dipersempit menjadi cerita pendek yang enak dibaca. Naskah drama Anda dikembalikan? Daur ulang menjadi cerita film atau komik. Pokoknya jangan sampai gagasan yang diperoleh dengan susah payah itu berakhir di keranjang sampah.*** [Sumber: Dokumentasi JJK; http://geocities.com/rinurbad; http://rinurbad.multiply.com] Dari artikel "super pendek" Rini ini, saya ingin mengangkat dua soal yaitu [1]. penolakan tulisan oleh redaksi suatu penerbitan baik itu majalah, harian atau pun badan penerbit; [2]. kreativitas sebagai "harta karun". [1]. Penolakan tulisan: Kalau kita simak riwayat hidup penulis dari berbagai kaliber, penolakan penulisan karya-karyanya oleh redaksi bukanlah sesuatu yang baru. Mayoritas penulis-penulis ini, pernah mengalami bahwa tulisan-tulisannya ditolak oleh redaksi. Dan menolak pemuatan sebuah tulisan memang hal penuh si redaksi seperti halnya sang profesor berhak tulisan-tulisan mahasiswa/i-nya. Redaksi adalah semacam penguasa mutlak di media cetak yang mereka tangani. Sebaliknya melalui seleksi ini pula, kita bisa me ngetahui kualitas atau kadar redaksi dari berbagai segi. Banyak alasan mengapa redaksi menolak sebuah tulisan. Barangkali karena alasan politik, bisa juga standar layak muat atau tidak yang digunakannya yang ditentukan oleh banyak faktor seperti faktor politik , ketetapan yang dipatokan oleh pemilik kapital, tingkat pendidikan dan pengetahuan serta apresiasi redaktur, pandangan hidup para redaktur, dan lain-lain... Yang paling konyol adalah jika pihak redaktur tidak memberikan hak jawab kepada pihak yang disasar oleh sebuah tulisan, hal yang paling minim untuk dipenuhi jika dilihat dari segi kode etik jurnalistik. Di Indonesia, peniadaan hak jawab ini berlaku umum pada masa Orde Baru. Misalnya Joebaar Ajoeb alm., sekjen Lembaga Kebudayaan Rakyat [Lekra] , pernah mengirimkan tulisan ke Harian Republika untuk menjawab tulisan yang menyasar Lekra. Tulisan Joebaar dikembalikan dengan surat pengantar bahwa tulisannya tidak bisa dimuat tanpa menjelaskan mengapa. Surat pengantar pemulangan tulisan Joebaar tersebut juga mengatakan bahwa pihak redaksi sudah mengkopie tulisan Joebaar. Dengan satu contoh ini, yang tentunya bisa saya tambahkan deretannya, saya ingin menunjukkan bahwa penolakan sebuah tulisan tidak identik bahwa tulisan itu buruk. Sungguh menarik adalah kasus antara Boni Triyana dan Endang S. Mustofa yang diangkat dalam berbagai milis. Dengan tema bahkan judul yang sama, Boni menulis tentang "Sartono Kartodirdjo: Sejarawannya Wong Banten." (dimuat di Harian Fajar pada 15 Februari 2006) setelah ditolak oleh Harian Kompas, Jakarta. Dengan judul dan masalah yang serupa dan Endang S. Mustofa , dengan embel-embel keterangan pada namanya, Endang S. Mustofa mengirimkan tulisannya ke Harian Kompas dan dimuat oleh Harian Kompas [18 Februari 2006]. Boni melihat tulisan tersebut sebagai suatu yang "mempunyai tingkat kemiripan". Ketika Boni mengajukan berbagai pertanyaan langsung kepada Endang, dengan alasan orangtuanya sakit, Endang menolak memberikan jawaban. Kasus ini selain menyangkut kredibilitas Endang, sebenarnya juga menyentuh kredibiltas redaktur opini Kompas. Dari tambahan contoh ini, yang mau saya katakan bahwa penolakan tulisan oleh redaktur suatu penerbitan, tidak usah mengecewakan penulis. Sekali lagi , penolakan tulisan tidak berarti karena tulisan itu jelek tapi mungkin disebabkan oleh berbagai sebab lainnya di luar tulisan sebagai tulisan. Tentu saja, bisa disebabkan karena kadar tulisan sebagai tulisan secara obyektif mempunyai kekurangan-kekurangan, sehingga penolakan selayaknya dibaca oleh penulisnya sebagai kritik dan kaca untuk bisa melangkah lebih jauh lagi. Dalam hal ini, saya tidak merasa adanya kemestian menulis tema yang sama dalam bentuk lain seperti naskah drama, cerita bergambar atau cerpen, dsb... walau pun bukan menjadi suatu kekeliruan jika mengangkat tema serupa dalam genre sastra atau karya lainnya. Redaktur suatu penerbitan, tidak otomatis menjadi standar obyektivitas keindahan, ketepatan pikir dan pandangan serta penilaian. Tidak jarang data yang ditampilkan oleh suatu penerbitan total keliru baik karena kecerobohan wartawan atau pun karena ketidakcermatan redaktur. Padahal ketepatan data, merupakan salah satu takaran wajar bagi kesungguhan suatu penerbitan. Jika demikian, mengapa penolakan tulisan mengecilkan hati si penulis. Kelompok 'sastrawan-seniman yang dibungkamkan' di Indonesia, apakah pembungkaman mereka dikarenakan karya-karya mereka tidak bermutu? Tentang hal ini kita bisa lebih rinci dalam berbagai bidang. Dalam hal ini saya menghargai usaha Manik Sinaga melalui Majalah Sastra-Seni "Aksara" [Jakarta] yang secara sadar mendorong tumbuh maraknya penulis-penulis muda di seluruh tanahair. Penghargaaan ini karena saya melihat Manik melihat jauh ke depan di samping menyalurkan karya-karya penulis yang sudah lama 'jam terbang'nya. [2]. Kreativitas Sebagai "Harta Karun". Mengembangkan kreativitas terus-menerus, saya kira, jauh lebih penting daripada kekecewaan karena penolakan karya oleh redaktur. Di sinilah saya melihat arti pentingnya milis-milis yang berkembang marak dewasa ini dan oleh sementara redaktur yang pongah dinilai sebagai 'keranjang sampah'. Apakah semua tulisan yang disiarkan di milis-milis adalah 'sampah'? Saya khawatir mengeranjang sampahkan milis dan karya-karya yang disiarkannya , justru pikiran demikian itu sendiri yang sejenis sampah, ujud dari kecupetan pandangan dan pernyataan gegabah. Ini pun suatu kualitas tentu saja. Kualitas manusia dan pikirnya. Kreativitas adalah sesuatu yang bersifat kunci bagi usaha pemanusiawian manusia dan diri sendiri, kehidupan serta masyarakat. Usaha ini tidak mungkin terujud dan berkembang tanpa kreativitas. Kreativitas hanya dimiliki oleh para pemimpi dan jiwa-jiwa pencari. Ia tidak akan dimiliki oleh manusia-manusia yang hanya bisa mengatakan "ya" dan tidak mampu mengatakan "tidak". Dan kreativitas hanya mungkin subur berkembang dan mendapatkan tanah subur di alam kebebasan dan toleran seperti yang tercantum dalam konsep republik dan Indonesia. Sastra-seni pun hanya mungkin marak di tanah subur begini. Dari segi perbandingan lain, saya kira Rini benar mengatakan bahwa kreativitas merupakan "harta karun" baik secara individual mau pun secara kolektif. Kreativitas membuat hidup menjadi kian hidup. *** Paris, Februari 2006. ----------------------------- JJ. Kusni [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **