** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Mawar Merah Café Bandar: "IMRE KERTESZ DAN BEBERAPA PENDAPATNYA TENTANG SASTRA. [2] Apakah perihal 'inventer une histoire' ini bisa mempunyai pengertian setara dengan konsep 'avant-garde'? Terhadap pertanyaan ini Imre Kartész mengatakan bahwa ia tidak percaya pada pengertian 'avant-garde' seperti yang biasa diartikan. Bagi Kertész, 'avant-garde autentik' [l'avant-garde authentique] senantiasa menunjuk kepada suatu tradisi'. Tapi bukan kepada tradisi sebelumnya, melainkan kepada tradisi berbagai generasi pendahulu. Dengan pemahaman beginilah Imre Kertész memahami karya-karya Samuel Becket , tokoh -tokoh sedih Giacometti atau musik Schoenberg... Soal tradisi atau peninggalan berbagai generasi ini jugalah yang dimaksudkan ketika Imre berbicara tentang 'stasiun-stasiun Kasih-sayang Kristus', walau pun Imre sendiri bukanlah seorang yang relijius. 'La Passion du Christ' , bagi Imre tidak lain dari suatu genre literer tradisional. Dan dalam hal ini ia merujuk kepada, misalnya, Jedermann dari Hugo von Hofmannsthal, dan Imre, menurut pengakuannya, memang ingin menulis dan tercatat di dalam tradisi begini. Menurut Imre, genre sastra ini bertautan dengan bentuk warisan estetika dan puitik, merupakan kelanjutan dalam sejarah perkembangan sastra. Jika dihubungkan dengan holokos, maka genre ini dilihatnya juga punya kaitan. Seperti sudah saya katakan di atas, bagi Imre, holokos mempunyai arti universal dilihat dari segi 'pengalaman intim' [l'expérience intime] dalam memandang kejadian. Oleh karenanya, Imre menolak dimasukkan kedalam kategori penulis 'sastra holokos', yang dipandangnya sebagai suatu pembatasan. Imre menolak pembatasan dalam usahanya memburu universalitas. Dalam hubungan ini, ingatan saya menjalar ke Tiongkok sesudah Revolusi Besar Kebudayaan Proletar [RBKP] pada tahun 1966 dan seterusnya sampai munculnya kembali Deng Xiao-ping dengan ide reformnya, di mana para sastrawan negeri ini menulis yang oleh sementara kritikus disebut sebagai 'sastra luka'. Luka karena ditusuk oleh RBKP. Jika dilihat dari konsep Imre, maka 'sastra luka' di mana para sastrawan menumpahkan pengalaman-pengaman pahit mereka selama RBKP, barangkali bisa disebut 'suatu pembatasan'. Hanya saja apakah semua penulis 'sastra luka' tergolong ke dalam 'sastra luka', adalah suatu pertanyaan karena yang mengklasifikasikannya adalah kritikus, bukan para sastrawan itu sendiri. Masalah yang perlu disimak adalah bagaimana para sastrawan sebagai kreator menuangkan dan melihat kembali RBKP sebagai kejadian besar. Apakah mereka melihatnya dari 'l'expérience intime' dan 'inventer histoire' model Imre ataukah lebih sebagai suatu kesaksian biografis dan gugatan spesifik? Barangkali metode Imre ini bisa juga dijadikan acuan bandingan dalam melihat karya-karya seni di berbagai bidang ketika mengangkat tragedi-tragedi nasional di Indonesia, baik itu yang ditulis oleh anggota-anggota Lekra mau pun yang non-Lekra seperti karya-karya Taufiq Ismail, Yudhistira, Umar Khayam, Rendra, NH.Dini, Ngarto. Saya berkesan metode Imre lebih membebaskan sastrawan untuk lebih jauh menjelajahi dunia nilai yang lebih luas dan tidak sebatas kejadian di permukaan. Dengan metode ini, kita tidak bisa mengatakan bahwa Imre tidak memilih pihak. Hanya dalam berpihak, ia berpihak kepada nilai yang universal karena itu ia menolak sebagai penulis 'sastra holokos'. Dengan metode ini, nampak bahwa Imre sekali pun memanfaatkan pengalaman pahit masa remajanya di kamp konsentrasi Nazi Hitler, sebagai bahan mentah untuk mencari hakekat dan menciptakan suatu metode dan 'inventer histoire'. Ia tidak menjadi kroniker. Tapi menjadi kreator, menjadi pencipta, bernama sastrawan, seniman yang menggunakan sastra sebagai sarana pengungkap diri. Hal lain menarik yang terdapat pada Imre Kertész adalah pandangannya tentang pesan sastra atau hubungan sastra dan pendidikan dihubungkan dengan pendapat bahwa sastra selayaknya menyandang misi mendidik [educative]. Jika kita perhatikan dari karya-karya sastra yang ditulis yang sangat mementingkan pesan ini, tidak jarang penganut pandangan ini jatuh kedalam sloganisme atau propaganda karena terlalu mengutamakan pesan, sehingga akan masalah taraf artistik pengungkapan. Sedangkan di pihak yang berhasrat menjadi 'avant-garde' ada kecenderungan yang mejurus ke seksisme dangkal. [Pembicaraan soal di luar konteks ini di sini saya cadangkan]. Tentang masalah ini Imre menegaskan kepada Harian La Croix, Paris [16 Februari 2006] , bahwa ia justru membaliknya. Saat ia menjelaskan tentang roman utamanya 'Etre Sans Destin' [Fateless, 'Keberadaan Tak Menentu'], Imre menggunakan istilah "roman pendidikan terbalik'. Apakah itu 'pendidikan terbalik' itu? "Ungkapan ini", jelas Imre, "menunjuk kepada tradisi sastra yang sangat menonjol di negeri-negeri Skandivia dan lebih-lebih lagi di Jerman [seperti diketahui Imre sangat fasih berbahasa Jerman -- JJK] , sebagaimana terdapat pada karya Thomas Mann, Les Buddenbrook. "Etre Sans Destin", menurut nImre , justru 'menggunakan metode berbalikan. Roman ini merupakan suatu sejarah dekonstruksi dan pembinasaan. 'Tentu saja', ujarnya, 'pada saat terjadi suatu pembinasaan, maka ia menghadapkan dua kemungkinan kepada tokoh-tokoh, yaitu berdiam dalam pembinasaan tersebut dan atau melakukan pembangunan kembali [se reconstruire]'. Dari sini saya memahami bahwa bagi Imre, tokoh adalah alat penyampai ide dan perasaannya. Tokoh yang oleh sang kreator diusahakan secara maksimal tampil sebagai tokoh hidup dan bukan sebagai wayang di tangan dalang [Bandingkan dengan tokoh-tokoh yang sangat hidup dalam cerita 'Water Margin' Tiongkok ]. Dari sini juga nampak dengan metode-metodenya, Imre masih berpegang kokoh pada keberpihakan [engagement] yang oleh Nathalie Crom disebut tradisi sastra 'bildungroman'. Dengan memberi tekanan pada arti penting pengalaman masa silam atau tradisi, Imre menunjukkan bahwa pembaharuan, penemuan, bukanlah sesuatu yang lepas akar dan tanpa dasar sebagaimana yang dirumuskannya dengan 'les stations de la Passion du Christ'. Terus-terang Imre mengakui bahwa ia berada pada jalaran sastrawan yang disebutnya "sastra Mitteleuropa' seperti Joseph Roth, Kafka... selain juga mendapat pengaruh dari Albert Camus atau Kierkegaard. Jika dihubungkan dengan keadaan kita di Indonesia, konsep dan metode Imre nampaknya ada kesejajarannya dengan konsep 'sastra-seni kepulauan' Halim HD dan kawan-kawan yang tanpa lelah mereka usahakan pengembangannya. Kesan begini karena saya melihat pada ide 'sastra-seni kepulauan' ada kesadaran melihat dan memanfaatkan khazanah sastra-seni pulau-pulau di tanahair yang kaya raya sehingga Picasso dan Artaud pun memungut manfaatnya dan mendapatkan ilham untuk menciptakan hal-hal baru di bidang masing-masing. Ide sastra-seni kepulauan agaknya sesuai pula dengan pandangan Paul Ricoeur yang melihat bahwa kedirian budaya memungkinkan kita melakukan dialog dengan budaya lain, bahwa 'kebudayaan itu majemuk, sedangkan kemanusiaan itu tunggal'. Membaca sebagian pandangan-pandangan Imre Kertész ini, saya sekaligus sedang membaca apa-bagaimana pekerjaan sastrawan itu sesungguhnya yang membuat saya makin merasa diri tidak lain dari seorang murid kecil "Sekolah Dasar' di dunia sastra-seni ini.*** Paris, Februari 2006. ---------------------------- JJ. Kusni [Selesai] [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **