[nasional_list] Re: [ppiindia] [communicationsIndonesia] fwd : 10 + 1 Alasan untuk Tidak Kawin <--- katanya

  • From: Iwan Wibawa <iwanw1963@xxxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Wed, 2 Feb 2005 01:52:22 -0800 (PST)

** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum **

Saya setuju sekali, dengan Ayu Utami, saya sangat kagum dengan pendiriannya 
yang begitu cerdas, bernas dan melawan arus.
Memang mindset perempuan : perkawinan adalah akhir perjalanan, banyak kawan 
perempuan saya yang berusia 27 keatas mulai panik cari jodoh karena didesak 
kanan kiri untuk segera menikah, seolah-olah kalau perempuan tidak menikah 
merupakan sebuah aib keluarga, celakanya ikatan perkawinan sekarang begitu 
mudah dilanggar, kawin cerai, ribut dipengadilan saling menjelekan, setelah 
sebelumnya mereka saling peluk cium dan bersetubuh bahkan darah mereka jadi 
satu mengalir di anak-anak mereka.
Bahkan seringkali saya berkenalan dengan perempuan di mana saja bahkan diluar 
negeri sekalipun selalu mendapat pertanyaan yang sama : Mas sudah kawin belum ?
Pertanyaan ini terlontar spontan dari mulut perempuan yang saya kenal, dari 
semua tingkatan pendidikan. So what gitu lho ???
 
 
salam
IWAN

Carla Annamarie <Carla.Annamarie@xxxxxxxxxxxxxxxx> wrote:

----- Forwarded by Carla Annamarie/PRUIDN/IDN/Prudential on 02/02/2005
04:01 PM -----
                                                                                
                           
                      Ukis                                                      
                           
                      <oekis@xxxxxxxxx>        To:       
alumni97db2@xxxxxxxxxxxxxxx, Antie                
                                                <antie@xxxxxxxxxxxxx>, 
apriliath@xxxxxxxxx, martizelly     
                      02/02/2005 03:49          arif <permata_arif@xxxxxxxxx>, 
Yana Arshad                 
                      PM                        <yanalho@xxxxxxxxx>,            
                           
                      Please respond to         
bisnis_sendiri_untung_besar@xxxxxxxxxxxxxxx,               
                      communicationsInd         bogor-milis@xxxxxxxxxxxxxxx, 
browners_96@xxxxxxxxxxxxxxx,  
                      onesia                    Budi <b_ion_blue@xxxxxxxxx>, 
Bunda                         
                                                <nanawir@xxxxxxxxxxxxxx>, 
cantik_jelita@xxxxxxxxxxxxxxx,   
                                                
communicationsindonesia@xxxxxxxxxxxxxxx,                   
                                                de_onengs@xxxxxxxxxxxxxxx, 
Detha deta deta                 
                                                <me_adeth@xxxxxxxxx>, Dian 
<dy4n_nofitasari@xxxxxxxxx>,    
                                                dita <thy_ant5s83@xxxxxxxxx>, 
dsanusi@xxxxxxxxxxxxxx, Hany 
                                                <hanylovesblue@xxxxxxxxx>, 
Keumala Hayati                  
                                                <keu_ha@xxxxxxxxx>, 
isnaini.amru@xxxxxxxxxxxxxxx,          
                                                
jclclubindonesia@xxxxxxxxxxxxxxx,                          
                                                jual-beli@xxxxxxxxxxxxxxx, 
Mba_Dena Mba_Dena Mba_Dena      
                                                <dna_2112@xxxxxxxxx>, melan 
<manieztkaleey@xxxxxxxxx>,     
                                                mudawijaya@xxxxxxxxxxxxxxx, 
mumut2001@xxxxxxxxxxxx, nofri  
                                                <constantio@xxxxxxxxx>, 
novie@xxxxxxxxxxxx, Oneng          
                                                <rieke_gue_banget@xxxxxxxxx>, 
pesantren@xxxxxxxxxxxxxxx,   
                                                premium_nation@xxxxxxxxxxxxxxx, 
                           
                                                pustakatasawuf@xxxxxxxxxxxxxxx, 
                           
                                                
radioonejakarta@xxxxxxxxxxxxxxx,                           
                                                ranahminang@xxxxxxxxxxxxxxx, 
rini@xxxxxxxxxxx,             
                                                rio_ariansyah89@xxxxxxxxx, 
riono.budisantoso@xxxxxxxxxxx,  
                                                Ruli <ruli_kbr@xxxxxxxxx>, 
Saefudin                        
                                                <dien_jiblun@xxxxxxxxx>,        
                           
                                                
selingkuhclubjakarta@xxxxxxxxxxxxxxx, Ukis Ukis Ukis       
                                                <oekis@xxxxxxxxx>, charoline 
dewi virasari                 
                                                <oline_ines@xxxxxxxxx>, Vita 
<vita@xxxxxxxxxxxxxxxxxx>,    
                                                Wati 
<rahmawati_sjukri@xxxxxxxxx>                          
                                               cc:                              
                           
                                               Subject:  
[communicationsIndonesia] fwd : 10 + 1 Alasan     
                                                untuk Tidak Kawin <--- katanya  
                           
                                                                                
                           





      10 + 1 Alasan untuk Tidak Kawin
       by Ayu Utami

       Inilah sebelas alasan kenapa tidak menikah adalah sikap politik
saya,
dan karenanya saya tidak layak diundang oleh Jeremy Thomas sebagai tamunya
dalam Love & Life

       1      Memangnya harus menikah?

       2      Tidak merasa perlu

       3      Tidak peduli

       4      Amat peduli. Jika di satu sisi saya mudah dianggap tidak
peduli pada nilai yang dipercaya ibu saya, di sisi lain saya sesungguhnya
amat peduli.Awalnya sederhana saja. Sejak kecil saya melihat masyarakat
mengagungkan pernikahan. Ironisnya, dongeng Cinderella, Putri Salju, Putri
Tidur,
Pretty Woman tamat pada upacara, tukar cincin, dentang lonceng, atau
ciuman di balkon. Artinya, tidak ada dongeng tentang perkawinan itu
sendiri.

Sesungguhnya pada titik dongeng berhenti, seorang enak diperkenalkan pada
yang realistis. Yang tidak diceritakan itu. Yaitu, bahwa pernikahan tidak
ideal. Selain kasih sayang, juga ada kebosanan, penyelewengan, pemukulan.
Tetapi itu tabu dibicarakan. Sebaliknya, masyarakat mereproduksi terus
nilai yang mengagungkan pernikahan. Mereka menempatkan jodoh sebagai titik

nadir sejajar dengan kelahiran dan kematian. Suatu proses yang wajib
dilalui manusia. Seolah-olah alamiah, bahkan kodrati. Barangkali
percintaan memang amat romantis sehingga orang, misalnya saya dan pacar
saya kalau lagi jatuh cinta, suka berkhayal bahwa kami dipersatukan oleh
malaikat (tentu khayalan ini berakhir bersama selesainya hubungan).
Perasaan melambung itu mungkin yang membuat kita ogah mengakui bahwa kita
lahir dan mati adalah proses biologis, sementara menikah adalah konstruksi

sosial belaka.< /P

Persoalannya, selalu ada yang tidak beres dengan konstruksi sosial. Pada
umumnya pernikahan masih melanggengkan dominasi pria atas wanita. Kecuali
di beberapa negara liberal Eropa, hukum tidak terlalu berpihak pada istri.

Di Indonesia ini terlihat pada setidaknya undang-undang perkawinan,
perburuhan, maupun imigrasi. Di masyarakat, begitu banyak pengaduan kasus
kekerasan domestik terhadap perempuan. Kita dengar dari media massa
tentang pemukulan atas pembantu rumah tangganya Imaniar hingga atas Ayu
Azhari oleh suaminya sendiri. Ketimpangan jender harus diakui.

Tapi puncak pengesahan supremasi pria atas wanita adalah dalam poligami.
Tema yang hampir-hampir tak pernah dikembangkan, bahkan dalam dongeng 1001

malam. (Menurut saya topik ini digarap dengan amat muram dan mencekam
dalam Raise the Red Lentern oleh Zhang Yi Mou). Bahwa seorang lelaki boleh

memiliki banyak bini, tapi seorang istri tidak diperkenankan memiliki
banyak laki. Padahal, secara biologis perempuanlah yang bisa betul-betul
yakin bahwa anak yang dikandungnya adalah anaknya sendiri. Waktu remaja
tentu saja saya merasa tidak nyaman membaca berita bahwa Rhoma Irama kawin

lagi dengan Rika Rachim, yang lebih muda dan segar daripada Veronica,
istri pertamanya yang kemudian minta cerai karean tidak mau dimadu. (Saya
menyetujui perselingkuhan, sebab perselingkuhan istri maupun suami
sama-sama tidak disahkan hukum).

Saya anti-poligami. Tapi bukannya tidak bisa melihat rasionalisasi di
balik kawin ganda ini. Poligami adalah masuk akal di dalam masyarakat yang

amat patriarkal, yang berasumsi bahwa pria superior, bahwa pria menyantuni

perempuan dan tak mungkin sebaliknya, sehingga tanpa lelaki seorang
perempuan tak memiliki pelindung. Para pendukung poligami umumnya gagal
untuk mengakui bahwa poligami hanya adil untuk sementara, yaitu dalam
konteks masyarakat patriarkal. Dan bahwa kita punya pekerjaan besar untuk
mengubah sistem yang cenderung berpihak pada pria itu. Makanya, saya
kecewa ketika dalam periode Gus Dur, Menteri Pemberdayaan Perempuan tidak
menentang pencabutan PP 10 yang melarang pegawai negeri beristri banyak.
(Dalam hal ini saya lebih suka Soeharto daripada Hamzah Haz.)

Lantas, apa hubungan semua perkara besar itu dengan saya? Hubungannya
adalah bahwa saya peduli, yaitu jengkel dengan idealisasi tadi. Barangkali

saya ingin mengatakan bahwa ada persoalan di balik pengagungan atas
pernikahan. Pernikahan tidak dengan sendirinya membuat hidup Anda sempurna

atau bahagia. Saya ingin mengingatkan, ada jalan alternatif. Perempuan tak

perlu menjadi istri kesekian atau kawin dengan lelaki bertelapak tangan
ringan hanya demi jadi Nyonya Fulan.

Catatan: Jika perkawinan ibarat pasar, orang-orang yang memutuskan tidak
menikah sesungguhnya mengurangi pasokan istri seperti OPEC mengatur suplai

minyak. Juga memperingatkan para suami bahwa istri bisa tak bergantung
pada dia. Dengan demikian, mestinya harga istri menjadi lebih mahal
sehingga harus diperlakukan dengan sebaik-baiknya. (Nah, saya peduli dan
berniat baik, kan?)

5      Trauma. Saya punya trauma. Bukan pada lelaki, sebagaimana
diperkirakan banyak orang, misalnya seorang ibu pendakwah di televisi.
Melainkan pada sesama perempuan yang tidak sadar bahwa mereka tunduk dan
melanggengkan nilai-nilai patriarki.

Saya punya dua bibi pemuja perkawinan. Salah satunya begitu mengagungkan
persuntingan sehingga jika saya menikah, ia takkan menyapa saya dalam
suratnya sebagai Ayu, melainkan sebagai Nyonya Anu. Tapi mereka sendiri
tidak menikah. Bukan tak mau, melainkan karena tak dapat suami. Mereka
juga pencemburu pada perempuan lain yang bukan sedarah dalam keluarga
kami. Mereka cenderung menganggap anak laki-laki lebih berharga ketimbang
anak perempuan. Syukurlah bahwa ayah-ibu saya memperlakukan sama
puta-putrinya, sehingga saya tidak punya dendam, sembari tetap melihat
ketidakadilan.

Saya juga punya guru-guru di SD dan SMP yang memenuhi segala stereotipe
tentang perawan tua, perempuan "tidak laku" yang dengki. Mereka
mengidealkan perkawinan. Mereka tidak mendapat suami. Mereka adalah
guru-guru paling killer di sekolah. Mereka menghukum dengan berlebihan.
Mereka membenci murid-murid yang cantik, setidaknya begitu mudah berang
pada wajah ayu. Syukurlah, saya tidak ayu dan cenderung tomboy sehingga
mereka baik pada saya. Dengan demikian, saya punya simpati baik pada si
guru maupun pada korbannya, teman saya yang cantik. Sembari tetap
merasakan ketidakadilan.

Pada masa kanak dan remaja, kesejajaran antara "perawan tua" dengan tabiat

pendengki tampak begitu nyata, sehidup kakak tiri Cinderella. Untuk
mengatakan bahwa hal-hal tersebut tidak saling berkaitan adalah naif. Lagi

pula, demikianlah stereotipe yang dilanggengkan masyarakat. Tapi, untuk
mempercayai bahwa perempuan yang tidak kawin niscaya mempunyai problem
psikologis juga terlalu menyederhanakan persoalan.

Inilah trauma saya: bahwa saya melihat sindrom perawan tua. Sejak remaja
saya merasa terganggu olehnya. Bertahun lalu saya menulis dalam diary,
"Barangkali saya tidak akan menikah kelak, tetapi saya tidak akan menjadi
pencemburu." Mungkin inilah jalan yang saya pilih: masuk ke dalam trauma
itu dan membalikkannya. Masuk ke dalam prasangka masyarakat dan
membuktikan kesalahannya.

Bibi saya, guru saya, adalah orang yang terluka. Mereka dilukai oleh
masyarakat yang hanya menganggap sempurna wanita berkeluarga dan
menganggap tak laku perempuan lajang tua. Dan luka itu adalah milih setiap

perempuan.
Saya ingin mengorak luka itu, luka saya juga, dan menunjukkan bahwa ini
hanya konstruksi sosial, sehingga kita tak perlu menjadi sakit karenanya.

Tapi alasan ini kok terlalu heroik ya? Nah alasan berikutnya adalah:

6      Tidak berbakat. Rasanya, saya tidak berbakat untuk segala yang
formal dan institusional. Contohnya, sejak SMP saya tidak pernah menjadi
murid yang baik.

7      Kepadatan penduduk. Saya tidak ingin menambah pertumbuhan penduduk
dengan membelah diri.

8      Seks tidak identik dengan perkawinan. Wah, pertama ini konsekuensi
alasan ke-5 tadi: saya kan harus membuktikan bahwa perawan tua dan tak
menikah tidak berhubungan. Kedua, siapa bilang orang menikah tidak
berhubungan seks dengan bukan pasangannya.

9      Sudah terlanjur asyik melajang.

10      Tidak mudah percaya. Ibu saya selalu mengatakan bahwa menikah
membuat kita tidak kesepian di hari tua. Tapi siapa yang bisa jamin bahwa
pasangan tak akan bosan dan anak tidak akan pergi? Tak ada yang abadi di
dunia ini,
jadi sama saja.

+1      Dan kenapa saya menceritakan semua itu? Sebab selalu ditanya.
Inilah anehnya kesadaran. Ketika kita menjalani hidup, sebetulnya semua
mengalir begitu saja. Tetapi ketika kita ditanya, kita seperti dipaksa
untuk menyadari dan merumuskan. Lantas, sesuatu yang semula terasa wajar
menjelma sikap politik.


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com




Yahoo! Groups Links












***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx




---------------------------------
Yahoo! Groups Links

   To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/
  
   To unsubscribe from this group, send an email to:
ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx
  
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 


                
---------------------------------
Do you Yahoo!?
 Yahoo! Mail - 250MB free storage. Do more. Manage less.

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts: