[nasional_list] [ppiindia] Warga Jakarta Suka Tentara?

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sun, 9 Jul 2006 22:32:50 +0200

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.gatra.com/artikel.php?id=96084


Warga Jakarta Suka Tentara?


Laksana primadona sri panggung, lenggak-lenggoknya tak pernah surut menyedot 
minat. Usianya yang renta, 479 tahun lewat, justru menambah daya tarik. Semakin 
banyak saja orang kesengsem dan jatuh cinta dibuatnya. Mereka berebut mencari 
perhatian dan unjuk diri agar bisa bersanding dengannya. Itulah Jakarta, kota 
yang tak pernah berhenti menebar pesona.

Lihat saja gairah orang berebut kursi gubernur. Walau perhelatan akan digelar 
setahun lagi dan loket pendaftaran belum dibuka, antrean para peminat sudah 
begitu panjang. Mereka pun bukan orang sembarangan. Hingga pekan ini, seabrek 
tokoh kaliber nasional sudah menyatakan siap turun gelanggang. Mulai politikus 
tulen, pensiunan jenderal, birokrat karier, hingga kalangan kampus.

Sarwono Kusumaatmadja, misalnya. Politikus yang matang di Golkar dan beberapa 
kali dipercaya jadi menteri pada era pemerintahan Soeharto ini pagi-pagi hari 
sudah menyatakan berminat. "Saya akan kerja keras untuk bisa mengikuti 
seleksi," kata Sarwono. Anggota Dewan Perwakilan Daerah ini memilih PDI 
Perjuangan sebagai kendaraan politiknya. Dari "kandang banteng", muncul juga 
nama Ketua Umum KONI Letnan Jenderal TNI (purnawirawan) Agum Gumelar dan dosen 
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Faisal Basri.

Agum malah digadang-gadang juga oleh Partai Demokrat. Namanya masuk daftar 
incaran bersama bekas Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Nurfaizi, juru bicara 
kepresidenan Andi Mallarangeng, dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.

Partai Keadilan Sejahtera (PKS), pemenang pemilu di DKI Jakarta, tak 
ketinggalan menggodok calon. "Banyak nama yang sudah masuk," kata Anis Matta, 
Sekjen DPP PKS. Karena jadwal pemilihan masih lama, Anis belum mau bicara lebih 
jauh. Hanya saja, sejumlah nama sudah beredar keluar dari kantong PKS. Sebut 
saja Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault, Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, 
Sekjen Departemen Pertahanan Letnan Jenderal Sjafrie Sjamsoeddin, dan Rano "Si 
Doel" Karno.

Dari sederet nama calon itu, ada indikasi PKS pada akhirnya bakal menyodorkan 
kadernya sendiri. "Porsi kami di DPRD DKI Jakarta cukup untuk melakukan itu," 
ujar Tifatul Sembiring, Presiden PKS. Tifatul boleh pede. Dari 75 kursi DPRD 
Jakarta, mereka menguasai 18 kursi, jumlah terbanyak dibandingkan dengan partai 
politik lainnya.

PKS bersama Demokrat dan PDI Perjuangan menjadi tiga partai politik yang bisa 
langsung mengajukan calonnya. Sesuai persyaratan pencalonan yang diatur 
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang diatur 
lebih rinci dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005, hanya partai politik 
yang mengumpulkan suara 15% yang boleh mencalonkan langsung. Artinya, dari 75 
kursi dewan, minimal partai itu memiliki 11 wakil.

Nah, pada kelompok ini, PKS bertengger di urutan pertama dengan 18 kursi. 
Berikutnya Demokrat 16 kursi dan PDI Perjuangan 11 kursi. Sedangkan partai 
lainnya, seperti Golkar (7), PPP (7), PAN (6), PKB (4), PDS (4), dan PBR (2), 
harus berkoalisi bila ingin meramaikan bursa.

Tapi pencalonan baru satu sisi. Karena kini pemilihan secara langsung, jumlah 
anggota legislatif tak akan jadi penentu kemenangan. Kehendak partai politik 
belum tentu senada dengan keinginan rakyat. Figur gubernur macam apa yang 
diinginkan warga Jakarta?

Sebagai kota megapolitan yang majemuk, tentu keinginan itu beragam pula. Tokoh 
Betawi yang juga anggota DPRD DKI Jakarta, Biem Benyamin, melihat Fauzi sebagai 
jagoan. Sebagai Ketua Badan Musyawarah (Bamus) Betawi, kata Biem, Fauzi sudah 
menunjukkan kepedulian terhadap kemajuan warga Betawi. Pria kelahiran Jakarta, 
10 April 1948, yang doktor teknik arsitektur lulusan Universitas Kaiserlautern, 
Jerman, itu telah teruji mengopeni Jakarta. Ia dianggap berhasil mendampingi 
Gubernur Sutiyoso.

Tapi tokoh Betawi lainnya, Ridwan Saidi, bersuara beda. Bagi Penasihat Bamus 
Betawi ini, tidak penting calon dari etnik Betawi. Ia menganggap kriteria yang 
tepat adalah calon berlatar belakang militer. "Lebih bagus lagi kalau pernah di 
Kodam V Jaya," kata budayawan sekaligus wartawan itu kepada Basfin Siregar dari 
Gatra. Alasannya, Jakarta adalah kota yang keras.

Karenanya, ketika berbicara soal figur, Ridwan langsung menjatuhkan pilihan 
pada Agum. "Saat ini saya melihat dia (Agum) yang paling tepat," katanya. Namun 
syaratnya, lanjut Ridwan, Agum harus merangkul orang Betawi. "Kalau tidak, ya, 
goodbye," ujarnya sambil menunjukkan sensus penduduk 2002 bahwa etnik Betawi 
berjumlah 27% dari keseluruhan warga Jakarta.

Kalau Ridwan menyokong militer, Wardah Hafidz, Koordinator Urban Poor 
Consortium --LSM yang kerap menyuarakan kaum miskin kota Jakarta-- justru 
terkesan "alergi". Baginya, calon dari kalangan sipil-lah yang mesti memimpin. 
"Militer, meski sudah pensiun, budaya dan cara berpikirnya tetap tentara," kata 
Wardah.

Beragamnya suara tersebut menunjukkan betapa tidak gampang menakar keinginan 
warga Jakarta. Untuk merabanya, beberapa lembaga pengkajian mencobanya lewat 
berbagai survei. Lingkaran Survei Indonesia (LSI), misalnya, melakukan 
penelitian pada Mei lalu. Mereka mewawancarai 440 responden. Ada tiga kriteria 
yang ditetapkan. Yakni popularitas, kompetensi, dan sumber daya. "Meski semua 
(kriteria) penting, buat LSI, yang terpenting adalah popularitas calon," kata 
Muhammad Qodari, Direktur Eksekutif LSI.

Hasilnya cukup mengejutkan. Fauzi Bowo bertengger di puncak dengan raihan suara 
20,1%. Kemudian disusul oleh Agum Gumelar (15,3%) dan Rano Karno (13,9%). 
Sedangkan Hidayat Nur Wahid dan Sarwono terlempar dari urutan tiga besar. 
Masing-masing hanya menghimpun suara 9,1% dan 6,2%.

Survei serupa dilakukan Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis 
(Puskaptis), bekerja sama dengan Lembaga Survei Pembangunan Indonesia (LSPI). 
Survei yang berlangsung pada 20-27 April lalu itu mengambil 6.000 calon pemilih 
(sekitar 0,01% dari pemilik hak pilih) sebagai responden. Hasil survei, muncul 
tiga kriteria pemimpin yang diinginkan. Yakni: berani, visioner dan penuh 
inovasi, serta punya kemampuan manajerial dan keahlian.

Atas dasar kriteria itu pula, mayoritas responden menginginkan calon yang 
berlatar belakang militer (41%). Menyisihkan calon dari birokrat sipil (27%) 
dan tokoh partai politik (22%). Suara ini semakin jelas ketika responden 
menyebut figur yang diinginkan. Tiga peringkat atas diborong tokoh militer. 
Sutiyoso, yang sudah dua kali menjadi gubernur, tetap menjadi favorit dengan 
dukungan 91%. Kemudian diikuti Agum (85%) dan Sjafrie (83%). Sedangkan dari 
kalangan sipil, Hidayat Nur Wahid dan Fauzi berbagi posisi keempat, 
masing-masing mengoleksi 82% suara.

Bagi kebanyakan responden, kata Husin Yazid, Direktur Eksekutif Puskaptis, pada 
sosok militer terdapat ciri pemimpin yang teruji, disiplin, dan mampu bekerja 
sama dengan lembaga lain. Lain halnya dengan calon sipil yang dianggap belum 
teruji. "Jakarta ini tidak bisa dipimpin secara uji coba," kata kandidat doktor 
bidang kebijakan publik di Universitas Indonesia itu. Sekalipun untuk sebuah 
perubahan?

Hidayat Gunadi dan Arief Ardiansyah
[Nasional, Gatra Nomor 34 Beredar Kamis, 6 Juli 2006] 

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Warga Jakarta Suka Tentara?