** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum ** Surat Kembang Kemuning: PAMERAN SALIM DI KOTAPRAJA PARIS Vème [11] Rendra, sempat mengomentari tentang "keunikan" seorang Semsar itu dengan mengatakan bahwa, "[...]setiap tempat dan waktu selalu sulit buat idealisme. Tak ada tempat atau suatu masa yang begitu saja memuliakan idealisme. Idealisme, ujar Rendra mengutip syair Amir Hamzah, adalah "...kaulah kandil kemerlap pelita jendela di malam gelap. melambai pulang perlahan. sabar, setia selalu." "Saya menaruh hormat pada Semsar. Dengan posisi keseniannya, dia sebagai komentator sosial dan politik di negeri kita. Dia bisa saja kalah dan terbaring, namun dia tak mengkhianati kenyataan," ujar Rendra. [dari:Sihar Ramses Simatupang:"In Memoriam" Semsar Siahaan Tak Ada Masa yang Begitu Saja Memuliakan Idealisme",Harian Sinar Harapan Jakarta, 26 Februari 2005]. Kata-kata Rendra di atas diucapkan ketika mengomentari meninggalnya pelukis Semsar Siahaan yang dimakamkan di Makam Padepokan Bengkel Teater Rendra, Citayam di antara makam pelukis Roedjito, teaterawan Rotua Pardede. Kata-kata Rendra itu juga, saya kira melukiskan pengalaman Salim ketika ia memutuskan meninggalkan Indonesia menuju Marseille setelah Sjahrir dan Hatta -- teman-teman dekatnya ditangkap pemerintah kolonialis Belanda. "..setiap tempat dan waktu selalu sulit buat idealisme" tapi idealisme seperti kata penyair Amir Hamzah yang terbunuh dalam Revolusi Sosial di Sumtera Timur tetap merupakan ".. kandil kemerlap pelita jendela di malam gelap. melambai pulang perlahan. sabar, setia selalu." Idealisme ini pulalah yang sampai sekarang juga selalu merupakan "kandil kemerlap pelita jendela di malam gelap" kehidupan Salim yang membuatnyha juga "tak mengkhianati kenyataan" sampai sekarang. "Kijang/minta pengurbanan/tanda/kejantanan" jika menggunakan kata-kata sastrawan Ramadhan KH [lihat:Ramadhan KH, "Priangan Si Jelita", Pustaka Jaya, Jakarta, 1965, hlm.30]. Salim memperlihatkan kejantanannya ketika ia akhirnya tiba di pelabuhan Marseille, kota pelabuhan utama Perancis, dengan kantong kosong. Dalam keadaan demikian, satu-satunya jalan , Salim menggunakan haknya sebagai pemegang paspor Nederlandsch Onderdaan mendatangi Konsulat Belanda. Dengan santunan dari Konsulat negeri penjajah bangsanya, Salim dikirimkan ke Negeri Belanda dan di sini hidup dari tunjuangan pengangguran.Setahun kemudian, Salim kembali berangkat menuju Paris. Sementara itu Paris seperti halnya dengan negeri-negeri Eropa lainnya diancam oleh agresi Nazi Hitler. Akhirnya agresivitas Hitler membuat Perang Dunia II tak terelakkan meletus. Salim kembali meninggalkan Paris menuju Negeri Belanda yang sudah diduduki oleh Hitler. Untuk mencari selamat tidak sedikit seniman-seniman berlindung dalam "Kulturkammer" Nazi sebagaimana halnya tidak sedikit seniman Indonesia yang tiarap dan berpihak pada fasisme pada masa pendudukan Jepang dan kekuasaan militeristik Orba. Tapi Salim yang setia pada nilai-nilai idealisme manusiawinya tidak menyertai arus umum ini. Seperti halnya dengan sejumlah pemuda Indonesia lainnya yang sedang belajar di Negeri Belanda,seperti alm.Abdul Madjid , Salim bergabung dengan gerakan perlawanan bawah tanah terhadap fasisme. Sebagai pelukis anti fasis, Salim banyak membuat ilustrasi untuk penerbitan-penerbitan bawah tanah anti Nazi Hitler seperti membuat ilustrasi untuk karya-karya Gyuy de Maupassant,Guillaume Appolinaire, Andre Gide, Paul Valéry, Paul Verlaine, John Steinbeck, Gerrit Achterberg, Baba Tahir, Arthur Rimbaud, dan lain-lain.... Keikutsertaan Salim dalam gerakan perlawanan anti fasis di Negeri Belanda makin mengokohkan pendirian politiknya dan kesetiaannya pada idealisme yang ia kenal semenjak bertemu Sjahrir dan Hatta -- walaupun Sjahrir dinilainya sebagai angkuh, sikap yang kemudian membuat Salim mengambil jarak dan kritis terhadap Sjahrir. Sjahrir dipandang oleh Salim memang padan untuk berbicara dengan kalangan cendekiawan tapi tidak nyambung dengan rakyat jelata. Sedangkan Hatta dilihat oleh Salim sebagai ilmuwan yang dingin tapi buta sastra-seni. Berbeda dengan Sjahrir yang suka sastra. Terkesan pada Salim bahwa Hatta memandang membaca karya sastra itu tidak lebih sebagai suatu kebodohan dan kesalahan. Malangnya, sampai sekarang, tidak sedikit politisi negeri ini yang buta budaya dan tidak berkebudayaan sehingga ketika para politisi begini memegang kekuasaan mereka menjadikan kekuasaan di tangan itu sebagai alat "penggebuk lawan" belaka. Mereka pun hanya tahu "budaya" gebuk. Setelah Republik Indonesia berdiri, Salim segera menggantikan paspor Nederlandsch Onderdaan-nya dengan paspor Republik Indonesia [RI], apalagi Hatta sudah menjadi wakil presiden dan Sjahrir menjadi Perdana Menteri. Tentu saja penggantian paspor begini adalah suatu sikap politik yang bukan tidak berarti sehingga sulit dikatakan sebagai penganut l'art pour l'art adalah seniman yang buta politik. Penggantian paspor dari paspor Nederlandsch Onderdaan menjadi paspor RI, secara nyata memperlihatkan pemihakannya. Humanisme Salim bukanlah humanisme seperti yang pernah dipahamkan secara dangkal di Indonesia hingga memecah kubu seniman negeri kita. Untuk apa Salim bekerja di Majalah "Daoelat Ra'jat" dan ikut dalam gerakan perlawanan anti fasis Jerman, jika ia tidak memihak. Untuk apa ia mengutuk pelarangan buku-buku Pram oleh Orba dan memihak perjuangan rakyat Palestina jika humanisme Salim bukan humanisme yang memihak kemanusiaan dan keadilan?! Bukan pula kebetulan jika sampai sekarang menyatakan diri seperti yang ia ucapkan dalam sambutannya di Pameran Kotapraja Paris Vème bahwa ia adalah seorang Indonesia-Prancis atau Franco-Indonésienne. Prancis adalah warna kebudayaan dominannya, sedangkan Indonesia adalah sikap politiknya. Paris, Februari 2005. -------------------- JJ.KUSNI Catatan: Foto-foto lukisan Salim terlampir berjudul "pluie sur tegal"; "quêtte du gral" dan "reine mumbaz mahal" [Dari dokumentasi Jelitheng & JJK] [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today! http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **